Bangunan khas tionghoa yang berada di Jalan Tamblong Kota Bandung yang kita ketahui merupakan Masjid Lautze, menjadi saksi bisu bagi 298 orang warga non muslim memeluk agama Islam. Jumlah tersebut terhitung sejak delapan tahun lalu atau tahun 2017.
Banyaknya warga yang memeluk agama Islam di masjid itu tak terlepas dari peran seorang pria bernama Rahmat Nugraha atau yang karib disapa Koko Rahmat, sekaligus merupakan Ketua DKM Masjid Lautze Dua Bandung.
detikJabar berkesempatan berbincang dengan Koko Rahmat di Masjid Lautze. Menurutnya, jumlah 298 itu terhitung sejak kepengurusan baru DKM Masjid Lautze di tahun 2017 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah ada 298 mualaf. Karena kita pengurus baru. Kita kan pengurus baru di tahun 2017 lah. Sebelumnya bisa lebih banyak lagi, cuma kan tidak terdata gitu. Nah," kata Koko Rahmat kepada detikJabar, Minggu (9/3/2025).
Pria yang lahir pada tahun 1971 di wilayah Cikaso dan besar di Kecamatan Antapani ini menyebutkan, pada Tahun 2017 ada 28 orang warga yang menjadi mualaf, 2018 32 orang, 2019 48 orang, 2020 31 orang, 2021 31 orang, 2022 40 orang, 2023 49 orang dan 2024 31 orang.
"Tahun 2025 sudah ada 8 orang," ujarnya
Koko Rahmat mengisahkan, banyak suka dan duka yang dirasakannya selama menjadi saksi 297 orang memeluk agama islam.
"Memang banyak sekali suka-dukanya ya. Yang mungkin yang sukanya itu, saya bergembira lah. Namun yang saya sedihkan, tidak semua saudara-saudara kita mau ikut pembinaan, wajar kalau berada di luar kota, kalau di daerah Bandung atau Cimahi saya harapkan ikut pembinaan supaya mereka mendapat banyak keistiqomahan," ungkapnya.
![]() |
Koko Rahmat juga menceritakan, banyak cerita yang melatarbelakangi mereka ingin memeluk Islam dan berikrar syahadat. Dari sekian banyak alasan, rata-rata adalah ingin menikahi pasangannya yang beragama Islam.
"Nah ini dia. Hampir 90% itu karena pasangan, ya. Kemarin dari Taiwan juga, ikrar syahadat itu karena mereka taaruf dengan orang Bandung. Sudah tiga tahun, taaruf. Kemudian berencana ingin menikah," ujarnya.
Lalu apakah ada syaratnya warga non muslim ingin memeluk agama Islam di Masjid Lautze? Koko Rahmat sebut, agar sebelum berikrar syahadat untuk mengikuti pembinaan dahulu.
"Kita ada pembinaan, mengajarkan dasar-dasar Islamnya dulu, solat, wudhu dan sebagainya. Kan kita gak bisa melepaskan. Kan, kita juga punya tanggung jawab. Minimal dia, ilmunya, kita sampaikan dia bisa sholat, bisa wudhu, dan sebagainya. Kalau prakteknya dia solat atau tidak solat kan bukan urusan kita. Cuma saya pengennya itu dikuatkan dengan pengikut pembinaan," jelasnya.
Menurut Koko Rahmat pembinaan menjadi hal penting bagi mereka yang ingin memeluk agama Islam. "Islam itu mudah, tapi jangan dipermudah. Berikan kegembiraan, jangan dipersulit," tambahnya.
Tak hanya sebelum memeluk agama Islam, setelah menjadi mualaf pun, juga harus ikut pembeinaan yang rutin digelar di Hari Minggu di Masjid Lautze.
"Pembinaanya ada tadabbur Quran, ada pra tasim 1, tasim 2, 3, 4, ada aqidah, syariat dan akhlak, kita juga disupport salah satunya Rumah Zakat Salman dan BRI," ujarnya.
Cerita Kakek 69 Tahun Masuk Islam
![]() |
Selain itu, Koko Rahmat juga selalu merasa terharu tatkala ada seseorang yang ingin masuk Islam di usia tua. Hal tersebut dialaminya pada Januari 2025 lalu.
"Tidak perlu disebutkan namanya, pokoknya sebut Koko Ong, ya. Dia usianya 69 tahun loh. Dengan semangatnya naik sepeda ketemu sama saya satu hari. Ko Rahmat, saya mau ikrar syahadat. Loh Kenapa buru-buru? Saya nanti tanggal 26 Januari tahun 2025 ini, usia saya 70 tahun. Terus saya pengen ikrar syahadat supaya saya nanti meninggal dalam keadaan Islam. Luar biasa, ya," ungkap Koko Rahmat mengisahkan perbincangan dengan kakek tua itu.
"Dia sudah menikah, tapi baru kemarin ini dia dapat hidayahnya. Loh kenapa nggak belajar dulu dan sebagainya? Itu berproses, Ko Rahmat. Saya takut nanti misalkan ajal menjemput, saya belum beragama Islam. Saya ini sudah 69 tahun, Ko Rahmat. Saya pengen jadi imam keluarga, istrinya sudah Islam. Saya pengen jadi kepala rumah tangga yang beragama Islam, supaya bisa mimpin, bimbing istri dan anak-anak saya, gitu," tuturnya.
Koko Rahmat mengaku, langsung menangis mendengar alasan kakek tua itu ingin cepat-cepat masuk Islam.
Selain warga Indonesia, banyak juga bule atau warga negara asing yang berikrar syahadat di Masjid Lautze, Bandung.
"Kemudian orang Taiwan ini masuk Islam. Karena memang dalam agama Islam itu kan di Qur'an surat 13 ayat 23, Qur'an surat 52 ayat 21 dan Qur'an surat 2 ayat 221. Bahwa kelak di akhirat kita itu bisa bersatu dengan pasangan kita yaitu dengan satu iman. Akhirnya orang Taiwan ini pun masuk Islam," ujarnya.
Selain WNA Taiwan, Koko Rahmat juga sebut ada juga WNA Amerika, asal Los Angeles. "Dia usianya 80 tahun. Dia cinlok. Ceritanya gini. dulu kan dia Taaruf eh qodarullah menikah sama temennya, gitu. Cuma si pasangannya punya syarat, harus khitan. Ketika ditanya, kenapa mau masuk Islam? Sambil senyum sama pasangannya. Kan saya ingin menikahi kamu, gitu," tuturnya.
Selain karena pasangan, ada juga alasan lain yang buat orang non muslim memeluk Islam. "Ada juga yang mencari kebenaran, ada juga lingkungan, ada juga karena ikut orang tuanya. Ada juga faktor ekonomi," tuturnya.
Kiprah Koko Rahmat
Sebelum menjadi pengurus DKM Lautze, Koko Rahmat banyak memberikan pembinaan di lapas hingga rumah tahanan di Kota Bandung.
"Sebelum saya ke sini, saya aktif melakukan pembinaan rohani di lapas-lapas di Kota Bandung. Seperti Lapas Anak, Lapas Wanita, Lapas Banceuy, Rutan Perempuan dan pernah di Lapas Jelekong," ujar pria lulusan Magister UIN SGD Bandung itu.
Sebelum mendapatkan gelar magister, Koko Rahmat pernah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Islam Bandung (Unisba).
"Saya kemarin habis kuliah di Pasca Sarjana UIN SGD Bandung, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). S1 di Unisba Jurusan Dakwah, insyaallah S3 di UIN lagi ambil Studi Agama-agama," ucapnya.
Saat ini, Koko Rahmat tinggal di Kota Cimahi bersama istrinya, bernama Fani Nur Wulan.
(wip/yum)