Nestapa Jaka Sahur dan Buka Puasa Ditemani Banjir

Kabupaten Bandung

Nestapa Jaka Sahur dan Buka Puasa Ditemani Banjir

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 04 Mar 2025 15:34 WIB
Banjir di GBI Kabupaten Bandung
Banjir di GBI Kabupaten Bandung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Banjir menerjang Komplek Griya Bandung Indah (GBI) Kabupaten Bandung. Warga terpaksa menjalani aktivitas bulan suci Ramadan ditemani genangan banjir.

Salah satunya dialami oleh Jaka Rajib Satria (20). Warga Perumahan GBI RW 10 Desa Buahbatu, Kecamatan Bojongsoang ini terpaksa menjalani sahur dan buka puasa di tengah banjir.

"Kalau banjirnya sih sudah terbiasa. Cuma yang pertama kali nya adalah di waktu bulan suci ramadan. Posisinya lagi puasa, kita harus bersihin air. Kejadiannya kemarin kan gak lama waktu berbuka kan," ujar Jaka kepada detikJabar, Selasa (4/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaka menjelaskan peristiwa banjir tersebut terjadi menjelang waktu berbuka puasa. Sehingga saat banjir merendam kediamannya, dia terpaksa harus buka puasa seadanya.

"Kita juga kemarin berbuka dengan seadanya, hanya dengan gorengan. Karena susah beli takjil ke depan. Jadi sedih juga situasi GBI selalu banjir terus kaya gini. Apalagi di SDN GBI mah gak ujan, gak apa-apa juga suka banjir," katanya.

ADVERTISEMENT

Dia menyebutkan pada waktu sahur juga memerlukan perjuangan. Pasalnya air di rumahnya masih belum surut-surut.

"Apalagi pas sahur juga sedih aja, lucunya juga ada. Saya baru pertama kalau menggenang air di dalam rumah ketika sahur. Sudah mah dingin, ngantuk, makan juga seadanya. Masak juga jadi sulit," jelasnya.

Menurutnya saat ini air banjir sudah mulai sedikit surut. Namun dirinya harus tetap berjuang untuk membersihkan sisa-sisa banjir yang melanda kediamannya.

"Saya rasa ini banjir paling parah. Soalnya bisa masuk ke rumah airnya. Sebelum-sebelumnya mah air gak pernah masuk ke rumah," bebernya.

Banjir di GBI Kabupaten BandungBanjir di GBI Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Dia berharap pemerintah bisa segera meninjau banjir di lokasi tersebut. Sehingga banjir tersebut bisa segera ditangani.

"Semoga ini bisa segera ada solusinya. Kemudian pemerintah supaya bisa survey dan melihat secara langsung ke lokasi kejadian. Jadi bisa mencari solusi bersama-sama. Sehingga komplek kami tidak terdampak banjir lagi," kata Jaka.

Sementara itu berdasarkan pantauan detikJabar area yang terdampak banjir parah terdapat di RW 10 Komplek GBI. Pasalnya permukiman di RW 10 berada di bagian selatan komplek dan berdekatan dengan sungai Cipeso.

Terlihat air banjir menggenang disepanjang jalan di komplek tersebut. Ketinggian banjir bervariatif dari 20 cm sampai dengan 60 cm. Air banjir tersebut sempat menggenang hingga masuk ke beberapa rumah warga.

Hujan dengan intensitas tinggi melanda kawasan tersebut terjadi pada, Senin (3/3). Kemudian hal tersebut membuat debit air sungai Cipeso meluap dan merendam permukiman warga.

Sementara itu, Ketua RW 10 Komplek GBI, Ahmad Sanusi (58) mengungkapkan, wilayah RW 10 berada di area terendah di Komplek GBI. Sehingga RW tersebut kerap dilanda banjir.

"Banjir itu karena sungai Cipeso meluap. Kalau misalkan sore ini hujan (lagi), ya otomatis daerah kami komplek GBI terutama RW 10 itu kena banjir," ujar Ahmad Sanusi.

Pihaknya menjelaskan banjir tersebut juga disebabkan area permukiman letaknya berada di bawah sungai Cipeso. Sehingga air selokan pembuangan warga tidak bisa dibuang ke sungai.

"Karena aliran dari perumahan tidak mengalir ke Cipeso, karena debit Cipeso tinggi gitu. Ketika pintu air ditutup, perbandingannya kelihatan bahwa Cipeso 40 cm lebih tinggi dari permukaan aliran dari perumahan," katanya.

Banjir tersebut merendam beberapa RW, di antaranya RW 10, RW 12, RW 9, dan RW 8. Namun, kata Ahmad, yang paling parah terdampak banjir adalah di RW 10.

"Di RW kami itu 320 KK, berarti ada 270 rumahan (terdampak banjir). Itu belum RW yang lain gitu ya. RW 12, RW 9, RW 8. Tapi ya yang paling parah 10. Kalau RW 9 cuman sedikit, ini aja," jelasnya.

Banjir di GBI Kabupaten BandungBanjir di GBI Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Menurutnya wilayah RW 10 merupakan bagian terendah di komplek tersebut. Sehingga jika hujan dengan intensitas tinggi wilayah tersebut langsung terendam banjir.

"Cuman yang paling parah wilayah kami RW 10. Karena mungkin lebih rendah atau lebih rendah. Mungkin tadi juga lihat di SD ya, itu di SD paling rendah elevasinya dibanding dengan daerah lain," kata Ahmad.

Ahmad mengaku peristiwa banjir pernah terjadi pada tahun 2010 silam. Kemudian peristiwa banjir paling parah terjadi tahun 2015 lalu. Makanya dirinya meminta pemerintah bisa melakukan normalisasi sungai Cipeso.

"Harapan kami dari pemerintah adanya normalisasi Sungai Cipeso. Karena kan titik utamanya penyebab banjir di daerah kami itu ya Sungai Cipeso. Kalau Sungai Cipeso lancar, otomatis ya pembuangan dari selokan komplek kami lancar juga," ucapnya.

Dia menambahkan sejauh ini pemerintah hanya melakukan pembersihan tanaman rumput yang ada di bagian sungai. Namun proses normalisasi belum dilakukan secara signifikan.

"Rutinitas normalisasi ya cuman pengerjaan pembabadan rumput aja gitu. Jadi pengerukan enggak ada. Nah, itu ya harapan warga kami itu sampai ke pengerukan gitu. Jadi supaya signifikan ketika hujan datang, aliran lancar gitu," pungkasnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads