Ketangguhan Pasukan 'Bergigi Tajam' Polda Jabar di Lokasi Bencana

Ketangguhan Pasukan 'Bergigi Tajam' Polda Jabar di Lokasi Bencana

Wisma Putra - detikJabar
Minggu, 02 Mar 2025 08:30 WIB
K-9 Polda Jabar
K-9 Polda Jabar (Foto: Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Gonggongan anjing, terdengar nyaring memecah keheningan kawasan kaki Gunung Manglayang. Gonggongan itu, bukanlah tanda bahaya, melainkan berasal dari anjing-anjing pasukan K-9 Polisi Satwa Ditsamapta Polda Jabar.

Anjing-anjing itu menunjukkan ekspresi senang karena mereka akan diajak berlatih di lapangan luas yang ada di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Setelah diturunkan dari kandang sementara yang ada di mobil Ranger K-9, anjing-anjing itu lantas dipakaikan seragam yang biasa digunakan di lapangan. Ada lima anjing yang diboyong untuk latihan di lapangan tersebut, satu anjing berusia tua berumur 12 tahun, tiga anjing usia produktif dan satu anjing usia muda. Dari lima anjing itu hanya empat anjing yang diajak berlatih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

K-9 Polda JabarK-9 Polda Jabar (Foto: Wisma Putra/detikJabar).

ADVERTISEMENT

Dari empat anjing yang ikut berlatih, satu anjing memiliki kemampuan pelacakan kriminal umum dan tiga lainnya memiliki kemampuan pelacakan jihandak. Meski anjing pelacak ini memiliki penciuman yang sangat tajam, pelatihan ini harus dilakukan agar satwa ini tahu bagaimana menggunakan kemampuannya dengan strategi yang efektif.

Selain itu, pelatihan ini dilakukan demi meningkatkan fokus dan disiplin, membentuk kepatuhan terhadap keeper atau pawang, menyesuaikan situasi hingga membentuk kepercayaan diri anjing dalam menjalankan tugas yang diperintah pawangnya.

PS Kasubnit Cakal, Ditsamapta Polda Jawa Barat Bripka Sunarto mengatakan, untuk di Polda Jawa Barat ada 20 ekor anjing K-9 dan dibagi beberapa jenis di antaranya Herder, Melanius, Labrador, Rottweiler, Doberman hingga mix. Kandang anjing K-9 ini ada di Markas Brimob Polda Jabar.

"Kalau untuk kegunaan atau fungsi kita, kebetulan kita ada lima fungsi untuk unit Polsatwa, untuk K-9 sendiri khususnya. Itu ada untuk pelacakan handak, pelacakan narkotik, pelacakan SAR, untuk PHH, sama pelacakan kriminal atau pelacak umum," kata Sunarto kepada detikJabar di Bumi Perkemahan Kiara Payung, Rabu, 19 Februari 2025.

Misi Besar yang Dilakukan K-9 Polda Jabar

Sunarto menuturkan, anjing pelacak K-9 Polisi Satwa Ditsamapta Polda Jabar banyak dilibatkan dalam tugas pengamanan hingga event besar dan kegiatan kepresidenan.

"Misi-misi besar, kita pernah melaksanakan G20 di Bali, terus PAM kedatangan Paus di Jakarta, terus untuk SAR sendiri, kita melaksanakan kegiatan kayak di SAR Cimanggung, gempa bumi di Cianjur dan masih banyak lagi," jelasnya.

Menurut Sunarto, operasi SAR longsor di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang pada Januari 2021 lalu merupakan operasi SAR yang paling sukses, karena seluruh korban meninggal dunia berhasil ditemukan berkat kemampuan anjing pelacak ini.

K-9 Polda JabarK-9 Polda Jabar (Foto: Wisma Putra/detikJabar).

"Untuk Cimanggung sendiri, itu alhamdulillah dari sekian banyak korban itu bisa terungkap semua, bisa terangkat semua. Kita ke sana itu dari hari kedua sampai hari ketujuh kita ada di Cimanggung, dan hari ketujuh itu kita bisa mengungkap, kasih titik ke rekan-rekan Basarnas, itu tujuh titik, dan alhamdulillah titik itu semua benar," jelasnya.

"Kebetulan kita waktu itu pakai Aigo yang Labrador, Bonsar dan Chelsea," tambahnya.

Selain longsor Cimanggung, anjing pelacak K-9 Ditsamapta Polda Jabar ini juga diterjunkan untuk membantu pencarian jenazah korban gempa bumi di Cugenang, Kabupaten Cianjur November 2022 lalu.

Pencarian 7 Korban Terakhir Longsor Cimanggung

40 orang warga warga Dusun Bojongkondang, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang dinyatakan meninggal dunia dalam insiden longsor. Sunarto menyebut, sebelum operasi SAR berakhir ada sekitar 7 korban masih tertimbun, untuk memudahkan pencarian sisa korban yang belum ditemukan K-9 Polisi Satwa Ditsamapta Polda Jabar menurunkan tiga anjing pelacaknya bernama Aigo, Bonsar dan Chelsea. Ketiganya bergantian meninjau lokasi kejadian.

"Kita ngasih tujuh titik, alhamdulillah semua itu benar, ada tujuh korban," ujar Sunarto.

Beda dengan jenis anjing pelacak kriminal umum atau jihandak, saat diterjunkan ke lokasi bencana, anjing jenis pelacak SAR ini dilepaskan. Jika anjing menemukan korban akan memberi tanda kepada sang pawang dan langsung diberi tanda untuk ditindaklanjuti Basarnas.

"Kalau pelaksanaan di lapangan biasanya kita di-oblisen, jadi dilepas. Jadi setelah anjing itu ngasih tanda, ngasih petunjuk ke pawang, biasanya pawang itu atau pelindung, kan setiap pergerakan kita ada pawang, ada pelindung. Jadi pelindung itu akan ngasih tanda, biasanya ngasih bendera atau pokoknya tanda bendera, kayu atau apa, itu setelah ada tanda itu baru kita sampaikan ke Basarnas bahwa di situ anjing kita ada reaksi," terangnya.

Kuda Turangga dan K-9 Ditsamapta Polda Jabar.Kuda Turangga dan K-9 Ditsamapta Polda Jabar. (Foto: Wisma Putra/detikJabar).

Menurut Sunarto, untuk anjing pelacak SAR biasanya diterjunkan di hari ketiga kejadian bencana atau tiga hari operasi SAR. Disinggung mengapa harus tiga hari, Sunarto sebut jika jenazah korban biasanya jika setelah tiga hari tertimbun tanah longsor menimbulkan bau yang dapat tercium tajam oleh anjing pelacak.

"Setelah tiga hari itu biasanya sumber bau dari korban itu, dari mayat itu udah bisa muncul ke permukaan. Jadi enggak susah untuk satwa kita mendeteksi sumber bau itu," tuturnya.

Disinggung mengapa korban gempa bumi Cugenang tak ditemukan semuanya, Sunarto menyebut jika lokasi gempa Cugenang tak seperti lokasi longsor pada umumnya.

"Kalau Cugenang memang masih ada juga yang belum (ditemukan) sampai kita pulang itu belum ketemu. Karena terlalu dalam dan memang kultur tanahnya itu sangat-sangat susah untuk dibuka pori-porinya. Jadi sumber bau itu enggak bisa muncul," pungkasnya.




(wip/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads