Kisah Pasutri Alami Trauma gegara Duduk Sebelah Mayat di Pesawat

Kabar Internasional

Kisah Pasutri Alami Trauma gegara Duduk Sebelah Mayat di Pesawat

Syanti Mustika - detikJabar
Minggu, 02 Mar 2025 05:30 WIB
Ilustrasi kabin pesawat
Ilustrasi kabin pesawat. Foto: Getty Images/Aleksandr Potashev
Bandung -

Sebuah pengalaman mengerikan dialami oleh pasangan suami istri asal Australia saat melakukan perjalanan udara. Dalam penerbangan menuju Venesia, mereka harus duduk bersebelahan dengan jenazah selama berjam-jam.

Mengutip dari detikTravel, Minggu (2/3/2025), news.com.au melaporkan, Mitchell Ring dan Jennifer Colin tengah dalam perjalanan dari Melbourne ke Venesia menggunakan maskapai Qatar Airways untuk menikmati liburan impian mereka. Namun, momen yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi pengalaman traumatis.

Di tengah penerbangan, seorang wanita mendadak pingsan dan meninggal di lorong tepat di samping pasangan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu tepat di samping saya di lorong, dan mereka melakukan semua yang mereka bisa, tetapi sayangnya, wanita itu tidak dapat diselamatkan, yang cukup memilukan untuk ditonton," ujar Mitchell.

Keputusan Maskapai yang Mengejutkan

Awak kabin berusaha memindahkan jenazah ke kelas bisnis menggunakan kursi roda. Namun, upaya tersebut gagal karena ukuran tubuh wanita itu cukup besar.

ADVERTISEMENT

"Mereka tampak sedikit frustrasi, lalu mereka menatap saya dan melihat kursi-kursi kosong di sebelah saya, dan istri saya ada di sisi lain, kami duduk di baris yang terdiri dari empat orang. Dan mereka berkata kepada saya, 'Bisakah Anda bergeser, tolong?', dan saya hanya berkata, 'Ya, tidak masalah,' lalu mereka menempatkan wanita itu di kursi yang saya duduki," jelasnya.

Jenazah kemudian ditutupi dengan selimut dan dibiarkan di kursi tersebut selama empat jam terakhir penerbangan. Yang lebih mengejutkan, awak kabin tidak menawarkan opsi pemindahan bagi pasangan tersebut, meskipun ada kursi kosong di bagian lain pesawat.

Jennifer, yang merasa ketakutan, akhirnya berpindah tempat setelah seorang penumpang lain menawarkan kursi kosong di sebelah mereka.

Kekecewaan dan Trauma Mendalam

Insiden ini meninggalkan trauma mendalam bagi pasangan tersebut. Mereka merasa marah karena maskapai tidak memberikan dukungan yang memadai untuk mengatasi situasi yang mereka alami.

"Kami benar-benar mengerti bahwa kami tidak dapat meminta maskapai bertanggung jawab atas kematian wanita malang itu, tetapi harus ada protokol untuk menjaga pelanggan di dalam pesawat," kata Jennifer.

Keadaan semakin memburuk setelah pesawat mendarat. Bukannya diberi kesempatan untuk segera keluar, pasangan ini justru diminta menunggu hingga petugas medis dan kepolisian tiba.

"Mereka meminta kami untuk tetap duduk, lalu petugas ambulans dan polisi datang, lalu petugas ambulans mulai menarik selimut," ujar Mitchell.

"Saya ada di sana dan saya sempat melihat wajahnya. Ya, itu tidak menyenangkan. Saya tidak percaya mereka menyuruh kami untuk tetap tinggal. Saya pikir mereka akan segera mengeluarkan kami dan membiarkan ambulans dan polisi masuk ke sana tanpa ada orang lain di sana. Namun, mereka menyuruh kami untuk duduk dan menunggu," lanjutnya.

Menanggapi insiden ini, juru bicara Qatar Airways menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang.

"Pertama dan terutama, pikiran kami tertuju pada keluarga penumpang yang meninggal dunia dalam penerbangan kami. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan atau tekanan yang mungkin ditimbulkan oleh insiden ini, dan sedang dalam proses menghubungi penumpang sesuai dengan kebijakan dan prosedur kami," demikian pernyataan resmi maskapai.

Peristiwa ini menyoroti pentingnya protokol yang lebih baik dalam menangani situasi darurat di dalam pesawat, terutama dalam memberikan dukungan kepada penumpang yang terdampak secara emosional.

Artikel ini telah tayang di detikTravel.

(sym/sud)


Hide Ads