Hampir 2.000 tahun setelah letusan dahsyat Gunung Vesuvius menewaskan seorang pemuda, para ilmuwan menemukan bahwa otaknya terawetkan dalam bentuk kaca akibat paparan awan abu panas atau wedhus gembel.
Mengutip dari detikTravel, Sabtu (1/3/2025), BBC melaporkan, penemuan ini pertama kali terjadi pada tahun 2020. Para peneliti awalnya berspekulasi bahwa material kaca tersebut merupakan fosil otak, tetapi belum mengetahui secara pasti bagaimana proses pembentukannya.
Otak Mengalami Vitrifikasi Akibat Suhu Ekstrem
Fragmen kaca hitam seukuran kacang polong ditemukan di dalam tengkorak seorang pria berusia sekitar 20 tahun yang tewas saat letusan Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Peristiwa ini terjadi di Herculaneum, dekat kota modern Naples.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan meyakini bahwa otak pria tersebut mengalami vitrifikasi-proses perubahan menjadi kaca-karena terkena suhu ekstrem sekitar 510 derajat Celsius. Suhu panas yang sangat tinggi diikuti dengan pendinginan cepat mengakibatkan organ tersebut berubah menjadi kaca secara alami.
Fenomena ini tergolong unik, karena belum pernah ditemukan jaringan manusia atau bahan organik lain yang mengalami proses serupa.
"Kami percaya bahwa kondisi yang sangat spesifik yang telah kami rekonstruksi untuk vitrifikasi otak membuat sangat sulit untuk menemukan sisa-sisa yang serupa, meskipun itu tidak mustahil," ujar Prof Guido Giordano dari Università Roma Tre.
"Ini adalah temuan yang unik," tambahnya.
Ditemukan di Situs Bersejarah Herculaneum
Otak tersebut berasal dari seorang pria yang ditemukan tewas di tempat tidurnya di dalam sebuah bangunan bernama Collegium, yang terletak di jalan utama kota Romawi kuno, Herculaneum.
Fragmen kaca yang ditemukan bervariasi ukurannya, mulai dari 1-2 cm hingga beberapa milimeter saja.
Letusan besar Gunung Vesuvius tidak hanya menghancurkan Herculaneum, tetapi juga menelan kota Pompeii yang kala itu dihuni sekitar 20.000 orang. Para ilmuwan meyakini bahwa awan abu panas yang pertama kali turun dari Vesuvius menjadi penyebab utama kematian, sebelum disusul aliran piroklastik-campuran gas panas dan material vulkanik yang bergerak cepat-yang mengubur area tersebut.
Para ahli juga menyimpulkan bahwa aliran piroklastik sendiri tidak mencapai suhu yang cukup tinggi atau mendingin cukup cepat untuk menyebabkan proses vitrifikasi. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa awan abu panaslah yang menyebabkan otak pria ini berubah menjadi kaca.
Proses Terbentuknya Kaca pada Jaringan Otak
Proses perubahan jaringan otak menjadi kaca membutuhkan kondisi yang sangat spesifik. Agar sebuah zat dapat mengalami vitrifikasi, harus terjadi perbedaan suhu yang ekstrem antara objek dan lingkungan sekitarnya.
Cairan dalam otak harus mendingin dengan sangat cepat agar tidak mengkristal saat mengeras. Selain itu, suhu harus jauh lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya.
Tim peneliti menggunakan pencitraan sinar-X dan mikroskop elektron untuk menentukan bahwa otak pria tersebut harus mengalami pemanasan hingga minimal 510 derajat Celsius sebelum mengalami pendinginan cepat. Menariknya, tidak ada bagian tubuh lain dari pria tersebut yang mengalami perubahan serupa.
Hanya jaringan yang mengandung cairan yang bisa mengalami vitrifikasi, sehingga tulang tidak mungkin berubah menjadi kaca. Organ tubuh lainnya kemungkinan besar hancur akibat panas sebelum mencapai kondisi yang memungkinkan perubahan menjadi kaca.
Para ilmuwan juga berpendapat bahwa tengkorak pria tersebut memberikan perlindungan bagi otaknya, memungkinkan proses vitrifikasi terjadi. Penelitian mengenai temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Scientific Reports.
Artikel ini telah tayang di detikTravel.
(msl/sud)