Ternyata Rajin Sikat Gigi Bisa Kurangi Risiko Pikun

Ternyata Rajin Sikat Gigi Bisa Kurangi Risiko Pikun

Suci Risanti Rahmadania - detikJabar
Minggu, 23 Feb 2025 23:00 WIB
ilustrasi sikat gigi
Ilustrasi sikat gigi (Foto: ilustrasi/thinkstock)
Bandung -

Jarang sikat gigi ternyata meningkatkan risiko demensia. Hal itu terungkap dalam penelitian University of Exeter yang mempelajari bakteri mulut dari 120 orang dewasa tua atau lansia.

Dalam studi tersebut terungkap, ternyata membersihkan gigi baik dengan menyikat atau membersihkan dengan benang gigi tidak hanya mencegah gigi berlubang dan sakit gusi, tetapi juga berkaitan dengan kesehatan kognitif.

Dikutip dari detikHealth, separuh dari peserta ini mengalami gangguan kognitif ringan atau mild cognitive impairment (MCI), suatu kondisi yang dapat memengaruhi daya ingat dan keterampilan berpikir serta dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Separuh lainnya adalah individu sehat dengan usia yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Study Finds, penelitian yang dipublikasikan di PNAS Nexus itu menunjukkan pola tertentu pada sekumpulan bakteri yang hidup di mulut peserta. Dua jenis bakteri, Neisseria dan Haemophilus, dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik pada tes daya ingat dan berpikir. Sebaliknya, keberadaan bakteri lain, khususnya Prevotella, dikaitkan dengan skor yang lebih rendah pada tes ini.

Temuan menarik lainnya adalah hubungan antara gen APOE4, yang diketahui meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer. Orang yang memiliki gen ini cenderung memiliki kadar bakteri jenis tertentu yang disebut Prevotella intermedia yang lebih tinggi di mulut mereka. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin terkait dengan variasi komposisi bakteri oral, meskipun studi tersebut tidak menetapkan hubungan kausal langsung.

ADVERTISEMENT

Para peneliti juga menganalisa bagaimana bakteri mulut berhubungan dengan proses biokimia dalam tubuh. Beberapa bakteri membantu mengolah nitrat dari makanan seperti bit dan sayuran hijau, mengubahnya menjadi molekul yang berperan dalam sirkulasi darah dan otak.

Hasilnya, ditemukan bahwa orang dengan lebih banyak bakteri Neisseria dan Haemophilus memiliki komunitas mikroba yang berhubungan dengan jalur biokimia nitrat. Namun belum dipastikan apakah bakteri ini benar-benar meningkatkan pemrosesan nitrat dalam tubuh.

Temuan penting lainnya melibatkan jenis bakteri yang disebut Porphyromonas gingivalis, yang diketahui menyebabkan penyakit gusi. Peserta dengan gangguan kognitif ringan memiliki kadar bakteri ini lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah kognitif. Hal ini menambah bukti yang berkembang yang menghubungkan kesehatan mulut dan kesehatan otak.

Tim peneliti juga menemukan bahwa kombinasi bakteri tertentu tampak sangat penting. Kombinasi Neisseria-Haemophilus menunjukkan hubungan statistik terkuat dengan kinerja tes kognitif, terutama pada peserta dengan gangguan kognitif ringan.

Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya mengidentifikasi hubungan. penelitian ini tidak membuktikan bahwa bakteri ini secara langsung memengaruhi fungsi kognitif.

Temuan ini mungkin relevan khususnya bagi orang yang membawa gen APOE4. Karena orang-orang ini cenderung memiliki pola bakteri yang berbeda di mulut mereka, memberikan perhatian ekstra pada kesehatan mulut mungkin bermanfaat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah strategi perawatan gigi tertentu dapat membantu mengurangi risiko penurunan kognitif.

Artikel ini telah tayang di detikHealth

(suc/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads