Ultimatum Netanyahu ke Hamas Jika Tak Bebaskan Sandera

Kabar Internasional

Ultimatum Netanyahu ke Hamas Jika Tak Bebaskan Sandera

Zunita Putri - detikJabar
Rabu, 12 Feb 2025 23:30 WIB
Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu looks on during a meeting with US Secretary of Defense Pete Hegseth (out of frame) at the Pentagon in Arlington, Virginia, on February 5, 2025. (Photo by Jim WATSON / AFP)
PM Israel Benjamin Netanyahu. Foto: AFP/JIM WATSON
Jakarta -

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas. Ia mengancam akan mengakhiri gencatan senjata di Gaza dan melanjutkan pertempuran sengit jika Hamas tidak membebaskan sandera mereka sebelum Sabtu siang.

Mengutip dari detikNews,Rabu (12/2/2025), BBC melaporkan, Netanyahu menyatakan bahwa dirinya telah menginstruksikan pasukan Israel untuk berkumpul di sekitar Gaza. Perintah tersebut diberikan setelah Hamas mengumumkan penundaan pembebasan sandera.

Netanyahu juga menyetujui pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang sebelumnya menyebut bahwa kekacauan bisa terjadi jika sandera tidak dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengingat pengumuman Hamas mengenai keputusannya untuk melanggar perjanjian dan tidak membebaskan sandera kami, tadi malam saya menginstruksikan IDF [Pasukan Pertahanan Israel] untuk mengumpulkan pasukan di dalam - dan di sekitar - Jalur Gaza," ujar Netanyahu usai pertemuan dengan kabinet keamanan Israel.

"Tindakan ini sedang dilakukan pada jam ini dan akan segera selesai," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Ultimatum Netanyahu: Gencatan Senjata Bisa Berakhir

Netanyahu kemudian mengeluarkan ultimatum yang telah disepakati secara bulat oleh kabinet keamanan Israel.

"Jika Hamas tidak mengembalikan sandera kami pada Sabtu siang, gencatan senjata akan berakhir. IDF akan melanjutkan pertempuran sengit hingga Hamas benar-benar kalah," tegasnya.

Hamas Tuding Israel Langgar Perjanjian

Di sisi lain, Hamas menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata. Mereka menyatakan bahwa penundaan pembebasan sandera terjadi karena Israel melanggar kesepakatan dan bertanggung jawab atas segala keterlambatan.

Hamas menuduh Israel menghalangi bantuan kemanusiaan yang seharusnya dikirim ke Gaza, meskipun Israel membantah tuduhan tersebut.

Menurut laporan surat kabar Israel, Haaretz, pemerintah Israel bersedia melanjutkan gencatan senjata jika kelompok tiga sandera berikutnya dibebaskan pada Sabtu (15/2/2025). Namun, Menteri Transportasi dan anggota kabinet perang Israel, Miri Regev, menegaskan komitmennya terhadap pernyataan Trump dengan menulis di akun X miliknya:

"Kami mematuhi pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai pembebasan para sandera - pada hari Sabtu, semua orang akan dibebaskan!"

Sementara itu, IDF (militer Israel) mengumumkan bahwa mereka telah meningkatkan kesiapan Komando Selatan, yang bertanggung jawab atas operasi di Gaza. Pasukan tambahan, termasuk pasukan cadangan, telah dikerahkan untuk memperkuat barisan pertahanan Israel di wilayah tersebut.

Situasi di Gaza kini semakin tegang, dengan ancaman pertempuran sengit jika kesepakatan gencatan senjata gagal dipenuhi. Semua mata kini tertuju pada Sabtu siang, momen yang akan menentukan kelanjutan konflik ini.

Artikel ini telah tayang di detikNews.

(zap/sud)


Hide Ads