Kabar duka datang dari Kabupaten Cianjur, Mama Elim ulama kharismatik wafat. Mama Elim, sapaan KH. Raden Abdul Halim bin KH. Acep Abdul Mufakhir meninggal dunia pada Senin (9/2/2025) malam, di RSUD Sayang, Kabupaten Cianjur. Demikian kabar yang beredar di media sosial.
Selain sebagai pimpinan pesantren Al-Muthma'innah di Bojongherang yang membuatnya terkenal pula dengan panggilan Mama Bojongherang, Mama Elim juga aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Mama Elim aktif di MUI Cianjur dan menjadi ketua selama kurang lebih 40 tahun. Menurut data yang dihimpun detikJabar, Mama Elim menjadi Ketua MUI Cianjur sejak tahun 1979-2019. MUI periode 2019-2024 kemudian diketuai oleh anaknya, KH. Aang Abdul Rauf.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biografi KH. Raden Abdul Halim atau Mama Elim
Dikutip dari berbagai sumber, KH R. Abdul Halim lahir pada 7 Agustus 1933 M. Sewaktu kecil, Abdul Halim dimasukan ke Sekolah Kesatriaan (setingkat SD) pada tahun 1939, ketika usianya masih 6 tahun.
Namun, di tengah perjalanan pendidikan itu, situasi politik berubah. Abdul Halim baru sampai kelas IV ketika Pemerintah Hindia Belanda mundur dari Tanah Air dan menyerahkan kedaulatan pemerintahannya kepada Dai Nipon.
Di bawah Jepang, pola pendidikan berubah. Yang pada akhirnya, Abdul Halim lulus dengan ijazah sekolah rakyat yang ditulis dengan bahasa Jepang.
Di samping bersekolah formal, Mama Elim juga menuntut ilmu-ilmu keagamaan Islam sehingga dia tampil sebagai orang yang mumpuni di bidang hukum Islam.
Karenanya, meski hanya lulus setingkat SD pada sekolah formal, Mama Elim dinilai punya pengetahuan mendalam pada persoalan-persoalan keagamaan Islam.
Melihat kenyataan ini, pemerintah pada 1959 mengangkatnya menjadi Hakim Agung Luar Biasa. Kewenangannya adalah mengadili orang-orang yang berperkara di Pengadilan Agama Kabupaten Cianjur.
Jabatan itu diembannya selama 20 tahun. Selesai di sana, Mama Elim kemudian diangkat menjadi Ketua MUI Kabupaten Cianjur pada 1979 dan kharisma serta kedalaman ilmunya membuatnya menjadi sosok yang tidak tergantikan.
Yang Khas dari Pengajian Kamisan Mama Elim di Bojongherang
Sebagian Jalan Otto Iskandardinata di Bojongherang, Kecamatan/Kabupaten Cianjur akan sukar dilintasi pada hari Kamis pagi. Alasannya, di sana ada pasar tumpah.
Pasar tumpah itu menyasar ibu-ibu pengajian yang mengaji Kamisan di Pesantren Al-Muhma'innah, pesantren yang dipimpin Mama Elim di Bojongherang itu.
Jalan di sekitar pesantren itu menjadi pasar tumpah. Para pedagang yang tadinya hanya menyasar ibu-ibu pulang Kamisan, akhirnya semakin lama semakin banyak. Terjadilah pasar yang padat di jalan itu setiap Kamis pagi hingga selepas zuhur.
Namanya pasar tumpah, segala barang dijual di sana. Termasuk barang-barang yang sulit ditemukan di tempat lain kecuali di pasar itu.
Di antaranya, menurut catatan detikJabar, ada di pasar Kamisan itu yang berjualan tembakau iris lengkap dengan daun kawung yang dibuat secara tradisional. Ciri daun kawung (enau) itu diolah dengan tradisional adalah bentuknya yang tidak serapi daun kawung olahan pabrik.
Daun kawung itu dalam keadaan terpotong seukuran panjang rokok pada umumnya, namun bukan dalam keadaan terbuka seperti paper rokok, melainkan kuncup atau tergulung seperti kepompong ulat.
Dari penelusuran, pasar Kamisan di Bojongherang itu, hingga tahun 2024 nyatanya telah berlangsung lebih dari 50 tahun.
(tya/tey)