Kawasan Bandung Utara (KBU) kerap menjadi sorotan terkait lahan yang semakin kritis. Bahkan berbagai cara terus dilakukan dari berbagai sektor dengan upaya penanaman pohon.
Kondisi wilayah tersebut saat ini memiliki berbagai perbukitan yang sebagian ditanami oleh warga. Kemudian beberapa wilayah lainnya terdapat beberapa lahan yang kosong dan gersang.
Di beberapa kawasan di wilayah tersebut ada yang telah terbangun berbagai perumahan dan hotel. Pembangunan tersebut tak jarang kerap berdiri di kontur lahan yang curam berdekatan dengan tebing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Odesa Indonesia, Faiz Manshur mengatakan, saat ini kondisinya KBU telah mengalami kritis yang parah. Bahkan lahan kritis pun terjadi pada area hutan lindung yang seharusnya bisa terjaga dengan baik.
"Wah itu ugal-ugalan kritisnya itu. Kan kalau di data pemerintahan provinsi aja ada sekitar 19.000 hektar dari 70.000 hektar itu. Itu belum termasuk kawasan lingkungan hutan yang rusak," ujar Faiz, selepas kegiatan penanaman di lahan pertanian Desa Mekar Manik, Kecamatan Cimenyan, Sabtu (1/2/2025).
Menurut Faiz, lahan kritis di KBU diperparah dengan banyaknya pembangunan perumahan dan hotel yang megah. Hal tersebut membuat lahan produktif di KBU semakin berkurang.
"Selagi pembangunannya itu masih berjenis rumah biasa, kecil sebenarnya enggak terlalu ngaruh. Masalahnya yang di Dago Pakar, di daerah ini kan hotel dan limbahnya sering ngawur itu sanitasinya dialirkan ke kali kan sering kejadian banyak kejadian ini," katanya.
Menurutnya pemerintah sejauh ini kurang dalam mengawasi pembangunan yang ada di KBU. Sehingga pembangunan tersebut saat ini marak berdiri berdekatan dengan lahan pertanian warga.
"Jadi saya pikir memang harus membuat aturan dan izin, tapi harus ditindak lanjuti. Ini sudah banyak aturan tapi pemerintah itu membiarkan itu. Jadi tidak peka terhadap keadaan. Nah, saya heran kan gubernur, walikota, bupati itu enggak ngerti masalah-masalah ini," jelasnya.
"Makanya saya tanyakan, kenapa mereka (pemerintah) kok tidak tahu masalah KBU itu dalam hal nanam saja gitu loh. Artinya mereka itu enggak datang, enggak mau memahami, bagaimana mau menyusun program yang bagus, kalau enggak paham masalah," tambahnya.
Faiz mengaku di wilayah tersebut banyak warga yang berprofesi sebagai petani. Menurutnya pemerintah harus bisa melakukan alih komoditi dari pertanian holtikultura menjadi buah-buahan.
"Kita lihat saja seperti ini bukit-bukit kekurangan pohon gitu. Kita enggak perlu nyalahin petani. Buktinya petani itu kenapa hanya nanam sayur? ya mereka enggak punya bibit yang lain. Memang belum ada transformasi dari pemerintah misal edukasi pembibitan, tanaman kan enggak ada," bebernya.
![]() |
Faiz mengungkapkan dengan penanaman buah masyarakat bisa turut merasakan hasilnya. Berbeda jika dengan hanya melakukan penanaman kayu. Kata dia, kayu tersebut biasanya akan ditebang jika sudah berusia dewasa.
"Selama ini kan yang makan buah hanya orang-orang kota dan orang mampu. Mereka petani jadi kurang gizi. Kalau rakyat Indonesia kurang gizi itu benar-benar sesungguhnya. Karena apa? Enggak punya sumber akses gizi. Nah, kalau kita tanami mereka langsung makan enggak usah disuruh juga," kata Faiz.
![]() |
Dia mengaku saat ini masih membutuhkan sebanyak 10 juta bibit. Kemudian yayasannya saat ini telah menanam sebanyak 950 bibit dengan 48 kali aksi penanaman.
"Tapi rata-rata dengan aksi tanam aja 48 kali kalau masing-masing 2.000 bibit, itu paling tidak sudah terdeteksi 96.000 bibit yang waktu aksi tanam kita sebarkan. Nah, di luar itu kita aksi langsung penyebaran bibit-bibit sampai ke hutan sana," bebernya.
Pihaknya meminta para pemimpin baru yang ada di Jawa Barat bisa segera fokus dalam menangani KBU. Sehingga lahan kritis tersebut tidak menjadi bencana bagi masyarakat di Kota Bandung.
"Jadi ini jeleknya politisi-politisi kita Bupati, Walikota itu. Nah, tolong ini ada Gubernur baru, Walikota yang baru, mikir sedikit. Saya bilang bilang sedikit saja. Syukur banyak mau banyak (mikir)," tegasnya.
Dia menambahkan Pemprov Jabar telah membangun tim Cekungan Bandung. Namun menurutnya hal tersebut belum berdampak dengam baik.
"(Tim Cekungan Bandung) Lah dijalanin enggak? Program aja mengawang-awang enggak pernah realistis dan enggak bisa memprediksi. Paling anggarannya habis-habisan untuk rapat," kata Faiz.
(yum/yum)