Jumat, 24 Januari 2025 lalu, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Kota Kembang sejak sore hingga malam hari. Akibatnya, banjir melanda sejumlah kawasan di Bandung, termasuk Jalan Pagarsih dan Jalan Dr. Djunjunan atau yang lebih dikenal sebagai Jalan Pasteur.
Banjir di Jalan Pasteur sempat memutus arus lalu lintas, membuat kendaraan tertahan dan menyebabkan kemacetan panjang mulai dari Jalan Surapati hingga Flyover Kusumaatmadja. Tak hanya itu, aliran Sungai Citepus yang meluap juga membanjiri pemukiman warga di sekitarnya.
Salah satu wilayah yang terdampak parah adalah RT 1 RW 8, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo. Aliran Sungai Citepus meluap hingga merendam pemukiman warga. Beberapa rumah yang berada di bantaran sungai mengalami kerusakan, termasuk rumah milik Maemunah (65).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagian dapur rumah Maemunah jebol, sementara pintu dan jendela di bagian depan rumahnya terlepas akibat derasnya arus air. Seluruh barang di dalam rumah rusak karena terendam banjir.
"Saya lagi beres, beres, setelah itu air datang, kencang, langsung dari sana (sungai), jebol dulu itu (tembok dapur), langsung ke sini (bagian depan rumah)," kata Maemunah kepada detikJabar.
Menurutnya, air tidak hanya datang dari Sungai Citepus, tetapi juga dari aliran air di jalan gang. "Tidak ada yang selamat (barang-barang), baju-baju juga enggak, airnya langsung besar, biasanya kecil, ini langsung sekaligus," ujarnya.
"Besar airnya, barang-barang hancur. Air sebelumnya kecil-kecil masuk, langsung beres-beres, lemari dan perabot gak ada yang selamat," tuturnya.
Maemunah bersyukur karena dirinya dan keluarganya berhasil selamat. Saat ini, ia mengungsi bersama anaknya sambil menunggu bantuan.
Keesokan harinya, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meninjau lokasi banjir. Ia mengungkapkan bahwa hujan deras di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, menjadi penyebab utama meluapnya Sungai Citepus.
Selain itu, Bey menyoroti ketidaktertiban pembangunan di bantaran sungai. Ia meminta pemerintah daerah meninjau ulang perizinan bangunan yang berada di sepanjang aliran sungai untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
"Ini pasti karena hulunya di Lembang juga hujan besar dan saya melihatnya kasus ini banyak di Jabar, pembangunan di sepanjang aliran sungai itu betul-betul tidak tertib," tegasnya.
"Ini harus ada kebijakan menyeluruh tidak hanya di Kota Bandung tapi harus ditinjau lagi jangan sampai terus terjadi," tambahnya.
Bey juga menambahkan warga Kelurahan Arjuna sudah terbiasa menghadapi banjir, tetapi kali ini adalah banjir terparah yang pernah terjadi.
"Ini kata warga biasa terjadi tapi kali ini yang terbesar dan seharusnya tidak boleh terjadi. Saya akan laporkan ke gubernur terpilih dan pak Farhan (Wali Kota Bandung terpilih) akan ada kebijakan mungkin atau bicarakan dengan pihak terkait," terangnya.
(wip/iqk)