Wanita ini Harus Makan Sambil Berdiri Atau Nyawa Taruhannya

Kabar Kesehatan

Wanita ini Harus Makan Sambil Berdiri Atau Nyawa Taruhannya

Nafilah Sri Sagita K - detikJabar
Kamis, 23 Jan 2025 14:00 WIB
In the Hospital Sick Male Patient Sleeps on the Bed. Heart Rate Monitor Equipment is on His Finger.
Ilustrasi sakit (Foto: Getty Images/gorodenkoff)
Bandung -

Elise Beynard mengalami suatu kondisi langka, yang dimana ia harus selalu makan dalam posisi berdiri. Jika tidak, wanita berusia 25 tahun itu akan tersedak hingga memerlukan operasi.

Sejak Januari 2020, Elise mengalami gangguan pada kerongkongannya. Ia bisa memuntahkan makanan dan minuman hingga 60 kali dalam sehari. Sehingga, ia harus berusaha penuh agar makanan masuk ke dalam tubuhnya.

Dikutip dari detikHealth, dokter umum semula menduga hal ini disebabkan refluks asam atau meningkatnya asam lambung. Ia diberikan sejumlah obat, tetapi keluhan tak kunjung membaik. Masalah tenggorokannya terus memburuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kesulitan menelan mulai bertambah parah, ia bahkan tidak lagi bisa menyantap roti dan pasta. Ia hanya bisa minum dan mengonsumsi makanan dengan bentuk cair.

Elise akhirnya dirujuk ke dokter gastroenterolog, spesialis sistem pencernaan pada 2021 untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

Namun, kondisinya masih tetap memburuk lantaran gejalanya sempat dianggap sepele, hingga akhirnya dirujuk ke dokter di London yang mendiagnosis penyakit langka Elise pada November 2024.

Makanan yang dikonsumsi Elise kini sangat terbatas, berat badannya turun hingga tujuh kilogram.

Dia berharap operasi spesialis yang disebut miotomi endoskopi peroral (POEM), yang memperlebar esofagus bagian bawah akan membantunya kembali normal, tetapi untuk mencapai kondisi itu diperlukan waktu yang lama.

"Saya tidak pernah mengalami masalah menelan sebelumnya. Saya mengalami hari-hari baik dan buruk, tetapi saya tidak pernah tahu yang mana. Saya tidak bisa duduk saat makan, saya harus berdiri, jadi makanan benar-benar masuk."

"Salah satu efek sampingnya adalah kejang esofagus, nyeri di rahang, leher, dan punggung saya. Rasanya seperti terkena serangan jantung. Kadang-kadang saya menangis di lantai karena kesakitan.Ini bukan hukuman mati, tetapi bukan cara untuk hidup," ceritanya.

Dokter melakukan tes manometri untuk memastikan diagnosis yang melibatkan pemeriksaan gerakan otot di tenggorokan. Pada orang dengan kondisi tersebut, otot esofagus tidak berkontraksi dengan baik dan tidak membantu makanan turun ke lambung.

Artikel ini telah tayang di detikHealth

(naf/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads