Gagasan Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi yang ingin membangun jalan Tol Pasteur-Lembang dianggap bukan jadi solusi mengatasi kemacetan oleh pakar transportasi. Membangun jalan tol dianggap hanya menambah masalah baru.
Dedi Mulyadi kemudian secara blak-blakan menyatakan gagasannya tersebut tidak bersifat mutlak. Dedi mengaku akan lebih dulu mengkaji kemungkinan dibangunnya jalan tol dari Pasteur menuju Lembang.
"Ya itu kan salah satu alternatif wacana yang saya berikan, tetapi nanti itu akan terintegrasi setelah bertemu dengan para pakar," kata Dedi di Bandung, Kamis (23/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, sebelum mengarah ke pembangunan tol Pasteur-Lembang, dirinya akan fokus untuk menghadirkan angkutan massal berupa kereta rel listrik (KRL) Bandung Raya.
Dedi menuturkan, proyek KRL Bandung Raya itu membutuhkan anggaran sekitar Rp 1 triliun. Jika hadirnya KRL dapat mengatasi kemacetan di Bandung Raya, Dedi menuturkan akan memikirkan ulang gagasannya membangun jalan Tol Pasteur-Lembang.
"Nah kalau dikaji kemudian nanti sudah ada KRL, apakah itu (tol) masih diperlukan atau tidak. Dengan dana Rp 1 triliun diperkirakan KRL ini, apakah itu masih perlu atau tidak," tegasnya.
"Nanti kita lihat setelah kita simpulkan secara bersama berdasarkan keinginan pakar, kita ingin 2 tahun ke depan tidak ada lagi macet (di Bandung Raya)," tandasnya.
![]() |
Sebelumnya, Dedi menyampaikan gagasannya soal Tol Pasteur-Lembang saat bertemu Wali Kota Bandung terpilih Muhammad Farhan yang disiarkan di akun YouTube pribadinya.
"Pasteur-Lembang, saya rencana juga bikin tol. Bisa dari Pasteur bisa sebelum Pasteur. Yang penting kemacetan di Pasteur terurai, selesai," ucap Dedi di hadapan Farhan.
"Artinya mereka yang bertujuan untuk ke Lembang nggak usah lewat Pasteur, itu harus selesai," jelasnya.
Namun, rencana ini mendapat kritik tajam dari pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono. Ia menilai jalan tol ini bukan solusi untuk masalah kemacetan. Bahkan dia menyebut tol hanyalah 'bom waktu' yang berpotensi menimbulkan masalah baru.
"Harus dipahami, menempatkan jalan tol sebagai solusi kemacetan perkotaan hanya menyimpan bom waktu, untuk masalah yang lebih kompleks," ucap Sony saat berbincang dengan detikJabar.
(bba/yum)