Berbagai peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat hari ini Rabu (22/1/2025), beberapa diantaranya memantik perhatian pembaca detikJabar. Kecelakaan di Tol Cipularang, tes kehamilan siswi di Cianjur hingga ricuhnya eksekusi lahan di Cangehgar, Sukabumi. Berikut ringkasan berita yang dihimpun dalam Jabar Hari Ini:
Kecelakaan Tol Cipularang
Kecelakaan lalu lintas terjadi di KM 80 Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat (Jabar). Sebuah minibus terseret truk fuso yang mengalami pecah ban hingga ke median atau pembatas jalan.
Informasi yang dihimpun, insiden ini terjadi pada Rabu (22/1/2025) pagi. Truk fuso bernomor polisi Z 9109 KA dan minibus jenis Avanza D 1013 VDC itu dilaporkan sedang melaju dari arah Jakarta menuju Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum kejadian, truk fuso yang dikemudikan Riyan Solihin sedang melaju di lajur satu. Truk itu lalu mengalami pecah ban di sebelah kanan bagian belakang, kemudian oleng dan melaju ke lajur dua di KM 80 Tol Cipularang.
Di saat itu, ada minibus Avanza yang dikemudian Irvan Adam. Minibus tersebut tak bisa menghindar dan langsung terseret truk fuso yang oleng akibat mengalami pecah ban. Minibus itu pun lalu ringsek dengan posisi terjepit dan miring karena roda kanan di atas antara truk fuso dan median jalan.
"Truck Fuso pecah ban kanan belakang kemudian oleng ke kanan menabrak kendaraan Avanza. Sehingga kendaraan Avanza naik ke median jalan," kata Kepala Induk PJR Tol Cipularang Kompol Joko Prihantono.
Meski demikian, Joko memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Seluruh penumpang dalam kondisi selamat dan dilaporkan hanya mengalami luka-luka. Mereka lalu dievakuasi ke RS Abdul Rodjak Purwakarta. "Tidak ada korban jiwa, semua selamat," ungkapnya.
Petugas juga sudah mendata dan melakukan olah TKP di tempat kejadian. Sedangkan, kendaraan yang terlibat kecelakaan kemudian dibawa ke pool deret di wilayah Jatiluhur, Purwakarta.
Tes Kehamilan Siswi Cianjur
Heboh puluhan siswi di SMA Sulthan Baruna, Desa Padaluyu, Kecamatan Cikadu, Cianjur jalani tes kehamilan. Pihak sekolah mengklaim kebijakan yang dilakukan setiap selesai libur semester itu bertujuan untuk mencegah kenakalan remaja.
Dalam video yang beredar dan viral di media sosial (medsos) terlihat para siswi mengantre untuk menjalani tes urine untuk kehamilan. Dengan didampingi guru perempuan, satu per satu siswi memasuki toilet untuk dites menggunakan alat tes kehamilan. Hasil alat tersebut pun langsung dibawa oleh pihak guru tanpa diumumkan.
Kepala SMA Sulthan Baruna Sarman, mengatakan tes kehamilan yang viral di media sosial tersebut merupakan program yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu.
"Ini sudah berjalan selama dua tahun, dilakukan setiap selesai libur semester atau di tahun ajaran baru. Jadi setahun itu dua kali dilakukan tes urine untuk memastikan siswi di sekolah kami hamil atau tidak," kata dia, Rabu (22/1/2025).
Menurut dia, program tersebut dilakukan lantaran pada tiga tahun lalu seorang siswi hamil setelah masa libur semester. "Jadi ada orang tua siswa yang datang, memberitahukan jika anaknya hamil. Kemudian tidak melanjutkan sekolah. Makanya kita jalankan program ini," kata dia.
Dia menyebut jika dengan kejadian tersebut, pihaknya menyadari betul jika para siswi penuh dengan ancaman pergaulan bebas. "Makanya kita lakukan tes ini untuk memastikan para siswi terhindar dari pergaulan bebas. Selain itu juga rutin kita gelar siraman rohani agar iman mereka kuat," ucapnya.
Menurut dia, tes kehamilan dilakukan secara tertutup dan hasilnya pun tidak diumumkan, namun sebatas jadi bahan evaluasi. "Memang tertutup, tapi mungkin kemarin ada salah satu guru yang memvideokan dan menyebarkan di media sosial. Di kegiatan beberapa hari lalu dari total 53 siswa yang jalani tes, seluruhnya negatif atau tidak mengandung. Ada sekitar 30 siswa yang belum tes kehamilan, nanti mereka akan menyusul untuk dites," kata dia.
Dia mengakui jika program yang dijalaninya akan menimbulkan pro dan kontra, tetapi dirinya berdalih program tersebut sebatas untuk mencegah siswi dan siswanya terjerumus dalam pergaulan bebas. "Memang akan ada pro dan kontra. Tapi selagi positif, tetap kami lakukan apalagi dari para orangtua juga mendukung," pungkasnya.
Eksekusi Lahan di Cangehgar Sukabumi
Pasangan suami istri Baden (60) dan Nani (55) hanya bisa menatap warung miliknya yang dihancurkan petugas eksekusi dari Pengadilan Negeri (PN) Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Baden sempat terlihat beberapa kali protes terkait eksekusi itu karena warungnya tidak berada di area objek yang masuk dalam eksekusi. Ia kekeuh karena warung miliknya berada di atas tanah Binamarga atau Pekerjaan Umum (PU), menurutnya itu bisa dibuktikan dengan adanya patok PU.
"Tidak ada surat pemberitahuan soal eksekusi, tidak ada surat pengadilan. Kalau untuk rumah saya yang berada di dalam objek mah memang ada pemberitahuan eksekusi, kalau warung ini enggak ada pemberitahuan. Ini tanah PU, kalau PU yang mau bongkar ya silakan. Tapi bukan objek eksekusi yang sekarang," protes Baden kepada detikJabar, Rabu (22/1/2025).
Baden, istri dan anaknya hanya bisa pasrah saat ekskavator mulai menghancurkan bangunan warung miliknya. Ia berusaha memanggil petugas PN Cibadak untuk menegaskan posisi warungnya.
"Kalau oleh PU ya silakan, sekarang dibongkar paksa, saya tadi juga sempat protes, tapi kan enggak dihiraukan oleh pengadilan, enggak ada informasi ini sudah ini (dihancurkan), tidak ada informasi bakal diganti atau tidak," ujarnya.
Baden sendiri memang tinggal di tanah yang berperkara tersebut sudah 20 tahun lamanya. Untuk rumah dan pekarangannya yang lain memang pihaknya menerima, surat pemberitahuan dari pengadilan.
"Saya sudah 20 tahun tinggal di sini, dasar saya tinggal dan bangun rumah karena ada Surat Pelepasan Hak (SPH) dari Habib Umar selaku pemilik SPH," tegasnya.
Diketahui, petugas gabungan melakukan eksekusi lahan seluas 1 hektar lebih di Kampung Cangehgar, RT 02/RW 02, Kelurahan Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Sedikiitnya ada 21 KK yang bermukim di kawasan itu.
Aksi itu diwarnai protes warga yang mengaku aktivitas eksekusi tersebut tidak dilakukan secara sistematis. Goni salah seorang warga sempat marah saat aliran listriknya tiba-tiba di cabut oleh petugas PLN.
"Jangan asal cabut kamu, saya pasang itu bayar, awas kamu kalau ada barang-barang saya yang hilang. Jangan sembarangan, jangan asal bawa barang-barang ini," teriak Goni.
Ia juga protes karena semua barang miliknya yang diangkut tidak dicatat secara benar oleh petugas pengadilan. "Kalau ada kerusakan, kehilangan siapa yang tanggung jawab," teriak dia.
Diketahui, petugas gabungan melakukan eksekusi lahan seluas 1 hektar lebih di lokasi tersebut. Dari surat yang dikeluarkan Pengadilan Negeri (PN) Cibadak, dengan nomor 124/KPN.W11-U18/HK2.4/I/2025 itu tertulis perihal pengosongan lahan.
Penyakit Misterius di Tasikmalaya
Puluhan warga Desa Kamulyan dan Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, terserang penyakit misterius. Pasien alami gejala demam, pusing, nyeri otot hingga susah berdiri.
Kepala Desa Kamulya Jajang Jamara menyebut, penyakit misterius ini mulai menyerang warga pada 19 Januari lalu. Sampai sekarang, Rabu (22/1/2024), telah ada 40 lebih warga yang diduga terjangkit penyakit misterius. "Kami langsung kordinasi ke Puskesmas Manonjaya. Ini petugas langsung turun tangan," kata Jajang.
Petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya turun ke lokasi untuk mengecek kondisi warga. Petugas melakukan pemeriksaan hingga melakukan rapid test cikungunya kepada warga.
"Kami turun langsung begitu dapat laporan dari kepala desa, kita sosialisasi, periksa pasienya sampai turut periksa keberadaan jentik nyamuk," kata Kepala Puskesmas Manonjaya, Mia Shopia pada detikjabar Rabu (22/1/25).
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, belum diketahui penyakit apa yang menyerang warga. Pasalnya hasil rapid tes di Desa Kamulyan, sejumlah pasien dinyatakan negatif cikungunya.
"Jadi tadi kita rapid test, ternyata negatif cikungunya. Ini gejalanya memang mirip-mirip," kata Dokter Puskesmas Manonjaya Anggi Dewi Setiawati.
Anggi menambahkan, gejala yang dirasakan warga juga mirip demam berdarah dengue (DBD). Namun, harus dibuktikan dengan hasil uji laboratorium. "Yah gejalanya DBD kan mirip gituh, ada demam. Tentu harus dibuktikan dengan uji laboratorium," kata Anggi.
Pihaknya akan terus melakukan rapid test kepada pasien demi mengetahui penyebab sakit warga. "Kami tentu sosialisasi sambil periksa pasien dan sekarang menyeluruh rapid test cikungunya," kata Anggi.
Rumah Anggota DPR di Cirebon Digeledah KPK
Rumah milik anggota DPR RI Satori di Cirebon, Jawa Barat, didatangi personel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tim penyelidik KPK menggeledah rumah tersebut berkaitan pengusutan kasus dugaan skandal korupsi dana corporate social responsibility (CSR) Bank Indonesia (BI).
Dikutip dari detiknews (baca selengkapnya di sini), Rabu (22/1/2025), aktivitas petugas KPK di rumah Satori itu diungkapkan Direktur Penyidikan Asep Guntur Rahayu. Dia belum menyampaikan detail kapan penggeledahan itu dilakukan.
"Jadi beberapa waktu lalu, selain daripada penggeledahan yang dilakukan di BI, kemudian di OJK, juga kita lakukan penggeledahan di beberapa tempat. Salah satunya adalah di Cirebon. Itu di tempatnya saudara S," tutur Asep.
Menurut Asep, tim KPK mengamankan sejumlah barang bukti sewaktu menggeledah rumah Satori. Pihaknya tengah menyelidiki mendalam berdasarkan barang bukti yang ditemukan di lokasi.
"Saat ini hasil penggeledahan tersebut berupa dokumen dan lain-lain sedang kita teliti," kata Asep.
Sekadar diketahui, KPK sudah meminta keterangan Satori terkait kasus dugaan korupsi CSR BI. Anggota Komisi XI DPR RI tersebut mengakui pernah menggunakan dana CSR BI untuk mendanai program di daerah pemilihannya (dapil).
"Programnya? Programnya kegiatan untuk sosialisasi di dapil," ujar Satori di gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/12/2024), saat ditanyai soal bentuk program CSR BI tersebut.
Dana CSR itu, menurut Satori, disalurkan melalui yayasan. Ia menegaskan bahwa semua anggota Komisi XI menerima program tersebut.
"Semuanya sih, semua anggota Komisi XI programnya itu dapat. Bukan, bukan kita aja," tutur Satori.
Sebelumnya, tim penyidik KPK juga menggeledah Bank Indonesia pada Senin (16/12/2024) malam. Ruang kerja Gubernur BI menjadi salah satu lokasi yang didatangi. Dari penggeledahan itu, tim KPK menyita sejumlah dokumen dan barang elektronik yang menjadi bagian penting dalam penyelidikan.
(sya/iqk)