Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Barat, Zaini Shofari, memberikan pandangan mengenai wacana reaktivasi Bandara Husein Sastranegara. Menurutnya, keinginan Wali Kota Bandung terpilih, Muhammad arhan untuk kembali mengaktifkan Bandara Husein adalah hal yang wajar.
"Ada aksi, ada reaksi. Karena optimalisasi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati tidak berjalan maksimal, wacana reaktivasi Husein pun muncul sebagai respons," jelas Zaini saat dihubungi, Senin (20/1/2025).
Menurut Zaini, persoalan utama di balik munculnya wacana reaktivasi Bandara Husein adalah pengelolaan BIJB Kertajati yang belum optimal. Saat ini, bandara tersebut hanya mengandalkan penerbangan umrah, sehingga wacana untuk kembali mengaktifkan Bandara Husein terus menyeruak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama BIJB masih seperti sekarang hanya mengandalkan umrah, ya pasti akan terus menyeruak agar Husein kembali aktif. Tapi kalau kemudian BIJB ditata dengan baik, dikelola dengan optimal, pasti akan berdampak lain," jelasnya.
"Dengan pengelolaan yang optimal, BIJB bisa memberikan dampak ekonomi yang luas, terutama bagi daerah penyangga seperti Majalengka, Sumedang, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu," lanjutnya.
Ia mengingatkan bahwa Pemprov Jabar telah menginvestasikan anggaran sebesar Rp5,4 triliun untuk pembangunan BIJB. Oleh karena itu, pengelolaan bandara ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk Angkasa Pura, agar dapat dimaksimalkan.
"Rp5,4 triliun kan anggaran luar biasa maka harus terus dioptimalkan, dengan Angkasa Pura termasuk pihak manapun yang bisa mendorong BIJB maksimal," tegasnya.
Terkait reaktivasi Bandara Husein, Zaini mengakui hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. Sebagai kota jasa, Bandung berpotensi memanfaatkan pendapatan dari berbagai sektor jika Bandara Husein kembali aktif.
"Husein diaktifkan kembali itu berpengaruh ke PAD, sebagai kota jasa tentu Kota Bandung akan banyak pendapatan, di sektor lain Kota Bandung mampu mencari pendapatan lain," ucap Zaini.
Jarak Tempuh ke BIJB Kertajati
Zaini juga menanggapi isu jarak tempuh yang jauh dari Bandung ke BIJB Kertajati. Menurutnya, jika dibandingkan harus ke Jakarta, jarak menuju Majalengka dengan tersambungnya Tol Cisumdawu jauh lebih dekat.
"Padahal kalau lewat tol 1,5 jam terjangkau, travel juga sudah ada. Dari Bandung mending ke Kertajati sekarang dari pada ke Jakarta," terangnya.
Zaini juga menyoroti perlunya perbaikan tata kelola dan strategi branding untuk BIJB. Ia berharap diskusi mengenai BIJB tidak lagi hanya berkutat pada penyertaan modal tahunan, tetapi lebih pada pengembangan rute penerbangan dan pengelolaan bandara secara strategis.
"Tiap tahun jadi pembicaraan, jadi bahan diskusi. Bukan lagi optimalisasi bandara, akhirnya sekarang layak tidak BIJB dilanjutkan, rute penerbangannya ditambah kemana, siapa yang mengurus harusnya sudah bicara itu," tandasnya.
(bba/yum)