Jalur utama Tasikmalaya - Garut via Singaparna menjadi jalur protokol lintas kota yang selalu hidup setiap waktu. Jalur perbukitan dengan pemandangan indah khas pedesaan ini seakan menjadi urat nadi mobilitas masyarakat Tasikmalaya dan Garut.
Namun di balik sejuk dan indah jalur ini, tersimpan tantangan atau kerawanan bagi pengendara. Di jalur ini ada beberapa titik yang dianggap rawan kecelakaan lalu lintas.
Salah satunya adalah titik kawasan Tanjakan Bohong yang berlokasi di Kampung Puncak Limus Desa Kutawaringin Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kawasan ini kerap disebut sebagai zona tengkorak, karena sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas tragis, dan terbaru terjadi di kawasan ini. Rabu malam (24/12). Sebuah truk pengangkut sembako menghantam mini bus serta dua sepeda motor.
Dua orang pengendara motor termasuk seorang anak, terjepit truk yang terguling hingga melintang di tengah jalan.
"Nah setelah kejadian yang itu, ada lagi dua kejadian kecelakaan, mobil boks bermuatan buku terguling, terus besoknya mobil pengangkut kayu bakar juga sama terguling," kata Herman 'Ladu', warga setempat, Minggu (5/1/2025).
Bahkan detikJabar pun, beberapa tahun silam sempat mengalami kecelakaan sepeda motor di Tanjakan Bohong ini. Saat itu melaju dari arah Garut, ketika hendak masuk tikungan, dari arah Tasikmalaya ada truk yang sedang mengambil jalur, sehingga akhirnya banting kemudi ke kiri dan tersungkur ke bibir jurang.
Tikungan tajam seperti siku 90 derajat dengan kontur jalan menanjak menjadi kondisi khas yang membuat kawasan ini rawan kecelakaan. Kondisi jalan ini juga erat kaitan dengan penamaan kawasan ini menjadi Tanjakan Bohong.
"Ya lihat saja kalau dari arah Tasik, tanjakan terjal ini tak terlihat karena terhalang oleh tikungan, seperti tanjakan biasa saja," kata Herman.
Kondisi ini membuat sopir atau pengendara dari arah Tasikmalaya, yang belum mengetahui kondisi jalan ini, hanya fokus menikung tajam ke kiri.
![]() |
Padahal sehabis tikungan langsung dihadapkan pada tanjakan terjal. Tak heran jika kecelakaan yang terjadi umumnya dipicu oleh gagal nanjak, karena mengira tak ada tanjakan terjal sehabis tikungan tajam.
"Kalau yang sudah hafal jalan, dari bawah sudah persiapan masuk gigi rendah. Itulah makanya, daerah ini dikenal dengan Tanjakan Bohong, seperti landai tapi bohong," kata Herman.
Sementara bagi pengendara dari arah Garut, kecelakaan umumnya dipicu karena gagal melibas tikungan tajam ke kanan, sehingga tak jarang malah masuk jurang.
"Kalau yang dari arah Garut biasanya gagal nikung, karena dari arah berlawanan ada truk atau bus yang manuver kanan, untuk mengambil ancang-ancang," kata Herman yang juga seorang sopir truk.
Warga lainnya Ade 'Bangau' lebih menyoroti soal hal-hal mistis yang terjadi di Tanjakan Bohong.
"Jangan caliweura (ceroboh/sembrono) kalau lewat sini mah, banyak korban kecelakaan yang bilang dia melihat jalan seperti lurus, padahal tikungan," kata Ade.
Bahkan beberapa warga dan pengendara, menurut Ade banyak yang mengaku melihat bayangan seperti kepala manusia di pinggir jalan ini.
"Kalau sedang "kawenehan" (kebetulan sedang ada penampakan), banyak yang bilang lihat kepala manusia. Jadi banyaklah cerita mistisnya. Ada juga yang melihat pusaran api di bawah jurang," kata Ade.
Dia juga menambahkan di tahun 80-an pernah terjadi kecelakaan tragis, ketika sebuah bus sarat penumpang masuk jurang dekat Tanjakan Bohong.
"Pernah juga bus masuk jurang, semua meninggal dunia, kejadian sekitar tahun 80-an," kata Ade.
Pantauan detikJabar, kawasan itu kini sudah dipasangi rambu atau imbauan dari Satlantas Polres Tasikmalaya. Imbauan kewaspadaan dan persiapan gigi rendah itu dipasang beberapa meter sebelum tanjakan.
Selain itu sejumlah warga pun kini ada yang berjaga menjadi relawan untuk mengatur arus lalu lintas.
"Sekarang anak-anak pemuda ada yang mau jaga di sini, ya membantu mengatur lalu lintas," kata Ade.
(dir/dir)