Kisah Pengamen Kota Bandung, Perjuangan di Jalanan dan Resolusi 2025

Kisah Pengamen Kota Bandung, Perjuangan di Jalanan dan Resolusi 2025

Asy Syifa Ramadhani Imam - detikJabar
Sabtu, 28 Des 2024 14:03 WIB
Pengamen di Kota Bandung
Fikri (14) pengamen di lampu merah Jalan Cihampelas.(Foto: Asy Syifa Ramadhani Imam/detikJabar)
Bandung -

Memasuki penghujung tahun 2024, kelompok marginal masih saja sering tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial maupun pengambilan keputusan. Seakan-akan hak dari kelompok marginal dikesampingkan, bahkan dalam kebijakan pemerintah. Mulai dari akses pendidikan, pemenuhan ekonomi, hak dasar menjadi warga negara seperti memperoleh surat-menyurat kewarganegaraan, hingga kebebasan beragama.

Tidak terkecuali kelompok marginal jalanan, seperti pengemis, pemulung, hingga pengamen. Hampir disetiap sudut lampu merah Kota Bandung terdapat pengamen dengan alat musiknya, bernyanyi sembari berharap mendapatkan pundi rupiah dari orang yang berkendara maupun berjalan.

Pengamen merupakan seseorang maupun kelompok yang mencari nafkah di tempat umum, biasanya mereka bernyanyi, menari, atau bermain musik. Sama halnya dengan definisi dari KBBI, kata pengamen berasal dari kata "amen" atau "mengamen" yang memiliki arti mencari uang dengan menyanyi, bermain musik, dan sebagainya dengan berkeliling.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamen, mengais rezeki di jalanan kerap kali membuat mereka menerima perlakuan tidak mengenakkan. Pekerjaan ini kerap mendapat stereotip negatif dari masyarakat, mulai dari penolakkan, hingga harus berhadapan dengan kejaran aparat.

Realita ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana nasib kesejahteraan dari para pengamen, mereka yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan? Apakah ada harapan yang mereka simpan untuk tahun berikutnya?

ADVERTISEMENT

Seperti kisah seorang pengamen muda bernama Fikri (14) yang tengah duduk di bawah terik matahari di sudut lampu merah Jalan Cihampelas. Membawa ukulelenya yang hanya memiliki 3 senar, Fikri membagikan kisah awal mula ia memutuskan untuk mengamen. Ia memulai perjalanannya menjadi seorang pengamen sejak tahun 2019. Sejak berhenti bersekolah, Fikri bertekad ingin membantu orang tuanya mencari uang.

"Iya, ngamen buat bantu orang tua. Tidak dipaksa sama sekali, emang dari kemauan sendiri," ujar Fikri saat diwawancarai Tim detikjabar, Minggu (22/12/2024).

Seringkali ia mengamen bersama temannya. Ukulele yang ia gunakan pun bukan milik pribadi, melainkan pinjaman dari teman lainnya. Secara otodidak, ia mengulik cara bermain ukulele.

Meski terlihat lelah, Fikri tetap berdiri sembari memainkan ukulelenya dan bernyanyi saat lampu berwarna merah. Seakan sudah tau berapa lama lampu akan berubah menjadi hijau, ia akan segera pergi ke pinggiran jalan untuk istirahat sejenak.

Selama bekerja, ia kerap kali mendapat pengalam kurang baik, salah satunya saat ia dikejar oleh Satpol PP. Bukan sekali atau dua kali, Fikri cukup sering menghadapi situasi tersebut.

"Pernah di tangkap sama Satpol PP, tapi kadang juga lolos sih," kata Fikri.

Fikri menyampaikan tidak memiliki resolusi maupun harapan khusus untuk tahun 2025. Ia hanya ingin dipermudah dan fokus dalam mengumpulkan uang. Membantu orang tua menjadi prioritasnya saat ini.

Kisah lainnya datang dari seorang wanita paruh baya bernama Unasih (76). Sudah 9 bulan terakhir ia berjualan air mineral dan cemilan eceran. Sayangnya, hasil dari berjualan tersebut tidak mampu mencukupi tanggungan yang ia miliki. Selain menghidupi dirinya sendiri, ia juga merasa bertanggung jawab membantu sang cucu yang telah kehilangan orang tuanya.

Pengamen di Kota BandungUnasih (76) pedagang dan pengamen lampu merah jalan bengawan. Foto: Asy Syifa Ramadhani Imam

Akhirnya, Unasih memutuskan untuk mengamen demi mendapat penghasilan tambahan. Tekad untuk membantu sang cucu membuatnya masih berambisi untuk bekerja di usia tua.

Keputusan untuk mengamen juga datang dari dorongan pengamen lain di lampu merah yang sama. Melihat kondisi Unasih yang sudah tua, mereka menyarankan untuk mengamen, sebab penghasilan yang dinilai cukup untuk tambahan Unasih berdagang.

"Udah nyoba ngamen beberapa hari, udah ngasilin padahal cuma duduk. Kemarin masih minjem ukulele yang lain, sekarang udah beli sendiri dan lagi belajar sendiri aja," kata Unasih kepada Tim detikJabar Minggu (22/12/2024).

Setiap hari, Unasih berangkat dari tempat tinggalnya yang berlokasi di sekitar area Taman Pahlawan menuju lampu merah di Jalan Bengawan. Ia mengaku, jika menghidupi dirinya saja, berjualan di sekitar taman sudah menutupi. Namun, membantu sang cucu menjadi targetnya saat ini, sehingga ia harus mencari tempat yang lebih ramai dan dapat menghasilkan lebih banyak uang.

Ia akan duduk di sudut lampu merah, menunggu ada yang datang membeli dagangannya. Unasih akan menunggu hingga mendapatkan penghasilan yang setidaknya mampu menutupi ongkos pulangnya.

"Jadi dua kali naik angkot, ongkosnya kalau pergi Rp 8.000, pulang Rp 10.000. Jadi kalau belum ada yang ngasih Rp 18.000 ya tidak pulang-pulang," jelas Unasih.

Banyak resolusi yang tersimpan di benak Unasih untuk tahun 2025. Namun, tetap sehat dan dapat menghasilkan uang untuk membantu sang cucu menjadi harapan terbesarnya saat ini. Bukan hanya itu, ia juga berharap adanya penurunan harga barang kebutuhan sehari-hari. Sambil tersenyum tipis, ia menyampaikan rasa rindunya saat masih bisa menghidupi anak-anaknya dengan makanan yang lezat.

"Jangan segala mahal, itu aja. Pengen bisa beli apa-apa, terakhir zaman Soeharto 5 ribu udah bisa makan ayam. Sekarang 50 ribu, berasnya udah berapa gitu," ujar Unasih.

Kelompok marginal jalanan seperti pengamen harus lebih diperhatikan. Sebagai bagian dari masyarakat, sudah seharusnya mereka hidup dengan sejahtera. Pemenuhan hak kelompok marginal masih sering diabaikan.

Memanusiakan kelompok marjinal membawa dampak krusial bagi kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya angka kemiskinan turut mempengaruhi tingginya angka kriminalitas. Sulitnya pemenuhan kebutuhan dapat memicu tindakan seperti pencurian yang merugikan berbagai pihak.

Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok marginal dan membantu mereka agar dapat berdiri di kakinya sendiri, hadir lembaga maupun komunitas sosial yang datang membantu tanpa pamrih.

Salah satunya datang dari sebuah lembaga sosial pemberdayaan masyarakat marginal di Kota bandung bernama Bantu Teman. Berdiri sejak tahun 2021, lembaga ini berawal dari komunitas yang gemar membahas isu-isu sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, komunitas ini berubah menjadi sebuah lembaga profesional di bidang sosial yang terdaftar di Dinsos Kemenkumham dan sudah berbadan hukum.

Bantu teman menyadari pentingnya untuk membantu kelompok marginal. Banyak dari mereka tidak menyadari pentingnya mandiri dan tidak berharap akan bantuan instan dari orang lain.

"Ada beberapa kasus kita memberikan bantuan untuk mereka, tapi mereka lebih suka hal-hal yang instan. Kita beri modal untuk usaha, tapi mereka lebih suka secara tunai atau misalkan diberikan bantuan makanan sembako gitu. Jadi daya juangnya tidak bisa untuk mandiri," ujar Muhammad Fahri, Ketua Bantu Teman Indonesia saat diwawancarai Tim detikJabar, Selasa (24/12/2024).

Melalui berbagai program bantuan yang disediakan, seperti bantuan bagi lansia produktif, bantuan difabel dari sisi ekonomi agar mereka mampu bertahan dengan kondisi yang kurang sempurna, hingga bantuan bagi para pejuang jalanan.

"Kaum marginal di jalanan yang memang usianya sudah lanjut tapi dia masih tetap berusaha bekerja ada yang jualan dan sebagai macamnya gitu ya kita fokus ke sana juga. Ada bantu pejuang jalanan seperti tadi, ada lansia atau misalkan anak-anak kecil gitu ya yang berjuang di jalan," kata Fahri.

Resolusi terhadap kaum marginal juga disampaikan oleh lembaga Bantu Teman, utamanya terkait kesejahteraan mereka.

"Semoga kesejahteraannya semakin meningkat. Terus apa yang sudah kita bantu kepada penerima manfaat mudah-mudahan kebermanfaatannya terus berlanjut. Apa yang sudah kita salurkan bisa menjadikan mereka mandiri, termotivasi untuk terus berusaha. Nantinya mereka tidak mengharapkan bantuan lagi, tapi mereka bisa berjalan dengan sendirinya," jelas Fahri.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads