Wabah Batuk Tak Biasa Landa Singapura

Kabar Internasional

Wabah Batuk Tak Biasa Landa Singapura

Nafilah Sri Sagita K - detikJabar
Jumat, 20 Des 2024 01:30 WIB
Kasus harian COVID-19 di Singapura terus cetak rekor baru. Pada Rabu (29/9) kemarin kasus harian COVID-19 Singapura bahkan melampaui kasus harian di Indonesia.
Ilustrasi warga Singapura. Foto: AP Photo
Bandung -

Kasus batuk berkepanjangan dan menyakitkan yang berlangsung selama beberapa minggu dilaporkan meningkat tajam di Singapura. Keluhan ini berbeda dengan batuk akibat flu biasa, dan diduga disebabkan oleh bakteri yang membuat gejalanya bertahan lebih dari 100 hari.

Mengutip dari detikHealth, Jumat (20/12/2024), pada tahun ini, jumlah kasus meningkat hingga lima kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Batuk rejan atau pertusis, sebuah infeksi saluran pernapasan yang sangat menular, menjadi penyebab utama lonjakan ini. Hingga minggu lalu, tercatat 108 kasus batuk rejan di Singapura pada 2024, dibandingkan hanya 19 kasus pada tahun sebelumnya.

Dokter yang diwawancarai oleh media lokal CNA menyebutkan bahwa lonjakan ini kemungkinan terkait dengan meningkatnya perjalanan selama liburan akhir tahun, serta kekebalan orang dewasa yang menurun karena mereka telah divaksinasi lebih dari satu dekade lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Batuk rejan menyebar melalui droplet dari batuk, bersin, atau kontak erat dengan penderita. Gejalanya meliputi batuk berkepanjangan, muntah setelah batuk, dan suara bernada tinggi saat menarik napas.

Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, batuk rejan termasuk dalam daftar penyakit yang meningkat jumlahnya dibandingkan tahun lalu, bersama dengan konjungtivitis, diare, serta penyakit tangan, kaki, dan mulut.

ADVERTISEMENT

Pencegahan dengan Vaksinasi

Para dokter menekankan bahwa batuk rejan dapat dicegah dengan mudah melalui vaksinasi. Wanita hamil disarankan untuk memanfaatkan subsidi nasional untuk mendapatkan vaksin ini. Orang dewasa juga dianjurkan memperbarui vaksinasi mereka, karena antibodi dari vaksinasi hanya efektif selama 10 tahun.

Vaksinasi batuk rejan termasuk dalam jadwal imunisasi anak nasional. Anak-anak mendapatkan dosis pertama sejak usia dua hingga 18 bulan, diikuti dengan vaksin penguat pada usia 10 hingga 11 tahun. Infeksi ini paling berbahaya bagi anak-anak di bawah usia satu tahun.

"Mereka bisa batuk, muntah, dan mengalami dehidrasi. Beberapa dari mereka bahkan batuk hingga mengalami perdarahan di mata," kata Dr Low Kah Tzay, konsultan di Anson International Paediatrics & Child Development Clinic.

"Dalam kasus yang parah, terutama pada bayi, batuk rejan dapat menyebabkan perdarahan otak akibat batuk yang hebat. Beberapa bahkan bisa mengalami sesak napas, khususnya jika memiliki riwayat asma. Anak-anak yang lebih besar mungkin memerlukan rawat inap untuk perawatan lebih lanjut," tambahnya.

Dr Low mencatat bahwa lonjakan kasus juga disebabkan oleh orang tua yang membawa anak-anak mereka berlibur ke luar negeri.

"Ketika mereka kembali, mereka mengalami batuk yang bertahan lebih lama dari biasanya, bahkan hingga tiga hingga lima hari. Batuknya dalam, mengganggu tidur, dan aktivitas sehari-hari mereka," jelasnya.

Wanita hamil direkomendasikan mendapatkan vaksin batuk rejan setelah bulan kelima kehamilan untuk memberikan perlindungan lebih baik bagi bayi yang baru lahir.

Dr Zhang Qi, yang berpraktik di Kingsway Medical Clinic, mengatakan bahwa ia baru-baru ini merawat sekelompok pria paruh baya dengan gejala batuk rejan.

"Dugaan saya adalah bahwa mereka hanya divaksinasi saat muda, berbeda dengan wanita yang mendapatkan vaksin saat hamil. Jadi, mereka mungkin telah kehilangan kekebalan mereka," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di detikHealth.




(naf/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads