Sebagian orang menganggap rumah tak berpenghuni atau lama tak dihuni dapat menjadi tempat menyeramkan atau angker. Namun, sebenarnya, dampak yang lebih krusial adalah kemungkinan rumah tersebut menjadi rusak dengan cepat.
Rumah yang tidak dihuni dalam jangka waktu yang lama cenderung mengalami kerusakan yang lebih cepat. Hal ini dapat terlihat dari tumbuhnya ilalang, kelembapan tinggi, serta retak-retak pada tembok yang pada akhirnya bisa mengakibatkan keruntuhan bangunan.
Faktor utama yang menyebabkan rumah tidak berpenghuni menjadi rentan terhadap kerusakan adalah kurangnya sirkulasi udara yang baik. Ketika rumah tidak ditempati, udara di dalamnya cenderung menjadi lembap.
Dilansir detikProperti, yang mengutip detikFinance, sirkulasi udara yang tak bagus di dalam rumah mempercepat kerusakan. Saat rumah kosong, kondisi udara lembap.
Kemudian rumah yang kosong atau tidak ditempati, pasti tidak pernah dibersihkan. Hal ini juga memicu kerusakan lebih cepat dibandingkan rumah yang ditempati dan dirawat oleh penghuninya.
Kondisi akan berbeda jika rumah ditempati atau dihuni. Karena, rumah akan terawat. Kondisi sirkulasi udara pun bagus. Rumah juga bersih. Sehingga, tidak mempercepat kerusakan dinding rumah.
Nah, detikters kalau sudah memiliki rumah dan belum ditempati ada baiknya dijenguk dan dibersihkan minimal satu minggu sekali. Misalnya disapu atau dipel sampai mengelap kaca-kaca dan membuka pintu jendela agar aliran udara lebih baik.
Selain sirkulasi udara dan kebersihan, adanya makhluk hidup lain seperti serangga sejatinya dapat mempercepat kerusakan. Rumah kosong biasanya jadi tempat sarang laba-laba. Atau bisa menjadi sarang hewan pengerat, seperti tikus.
Kemudian, perabotan yang terbuat dari kayu juga bisa alami pelapukan karena udara yang tak bagus. Selain itu, perabotan yang terbuat dari besi juga akan mudah berkarat.
Artikel ini telah tayang di detikProperti. Baca selengkapnya di sini.
(iqk/iqk)