Ilmuwan Kembangkan Virus Super Mematikan, Subjek Mati dalam 3 Hari

Kabar Internasional

Ilmuwan Kembangkan Virus Super Mematikan, Subjek Mati dalam 3 Hari

Aisyah Kamaliah - detikJabar
Sabtu, 02 Nov 2024 14:00 WIB
Ilustrasi perkembangbiakan virus dalam tubuh manusia.
Ilustrasi virus (Foto: Kjpargeter/Freepik)
Bandung -

Ilmuwan China meneliti virus super mematikan yang bisa membunuh dalam waktu tiga hari. Gejalanya mirip dengan yang disebabkan virus Ebola.

Mengutip detikInet dari Times of India, studi ini menggunakan virus sintetis untuk simulasi virus Ebola dalam upaya mengenal lebih dalam soal patogen itu. Penelitian kontroversial itu mencoba menggali progresivitas penyakit dan gejala melalui model.

Menggunakan hamster Syrian, lima jantan dan lima betina, para peneliti menginjeksi virus ke dalam tubuh mereka. Hamster pun mengembangkan gejala parah mirip pasien Ebola manusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Ebola yang dimaksud termasuk masalah sistemik, kegagalan multi-organ, dan sampai menyebabkan kematian tiga hari kemudian. Beberapa hamster juga menunjukkan sekresi di mata mereka, yang mengganggu penglihatan. Gejala tersebut terkait dengan gangguan saraf optik yang diamagti pada pasien Ebola Virus Disease (EVD).

Salah satu motivasi Utama dari studi ini adalah membangun model hewan yang dapat mereplikasi gejala Ebola dengan aman tanpa memerlukan fasilitas Biosafety Level 4 (BSL-4). Penelitian Ebola membutuhkan laboratorium yang sangat aman, tetapi sebagian besar fasilitas global hanya memenuhi standar BSL-2.

ADVERTISEMENT

Nah, dengan menggunakan VSV yang direkayasa dengan Ebola GP, para peneliti menciptakan model yang dapat dipelajari di lingkungan dengan keamanan yang lebih rendah. Terobosan ini memungkinkan penelitian yang lebih luas dan mudah diakses tentang Ebola dan perawatannya

Lebih lanjut, setelah kematian hamster, para peneliti mengambil organ mereka untuk menganalisis dampak virus. Mereka menemukan bahwa virus telah terakumulasi di jaringan kritis, termasuk jantung, hati, limpa, paru-paru, ginjal, lambung, usus, dan otak.

Keberhasilan studi ini berpotensi mempercepat pengembangan vaksin dan perawatan. Tak dimungkiri, juga menimbulkan masalah etika dan keamanan yang signifikan. Penciptaan virus yang mematikan seperti itu, bahkan dalam lingkungan yang terkendali, menimbulkan risiko pelepasan yang tidak disengaja atau penyalahgunaan.

Namun, pada intinya, penelitian ini menyoroti perlunya pengawasan yang ketat dan pedoman etika yang transparan dalam studi virologi.

Ebola menjadi salah satu virus yang paling ditakuti karena tingkat kematiannya yang tinggi dan gejala yang parah. Wabah Ebola besar terakhir terjadi antara tahun 2014 dan 2016, yang mempengaruhi beberapa negara Afrika Barat dan mengakibatkan ribuan kematian.

Artikel ini telah tayang di detikInet

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads