Bill Gates Lantang Sebut 'Indonesia' saat Bicara Krisis Iklim

Bill Gates Lantang Sebut 'Indonesia' saat Bicara Krisis Iklim

Aisyah Kamaliah - detikJabar
Jumat, 01 Nov 2024 05:30 WIB
Bill Gates & Steve Jobs
Bill Gates (Foto: Istimewa)
Bandung -

Bill Gates dengan lantang menyebut Indonesia saat mencurahkan pemikirannya di blog personal miliknya beberapa waktu lalu. Pendiri Microsoft itu menyoroti kelapa sawit yang ditanam di garis khatulistiwa.

Mengutip detikInet dari CNBC Indonesia, Gates menyoroti soal proses produksi minyak sawit. Kebanyakan jenis sawit tumbuh subur hanya di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa, penggundulan hutan menjadi lawan sawit pun mencetuskan krisis.

"Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berdampak pada keragaman alam, penggundulan hutan kerap menggunakan cara yang menyumbang penyebab perubahan iklim secara besar. Caranya adalah pembakaran hutan yang menciptakan emisi banyak di atmosfer.

"Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia," Gates menjelaskan.

ADVERTISEMENT

Sayangnya, Gates menyebut peran minyak sawit sulit tergantikan. Komoditas sawit murah, tidak berbau, dan melimpah.

"Minyak sawit juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama, itulah sebabnya minyak ini sangat serbaguna. Jika lemak hewan adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik," tuturnya.

Kendati demikian, Gates mengungkap sudah ada perusahaan-perusahaan yang mencoba mengatasi masalah tersebut. Salah satunya C16 Biosciences yang berupaya membuat alternatif minyak sawit. Sejak 2017, C16 mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi sama sekali.

Artikel ini telah tayang di detikInet

(ask/yum)


Hide Ads