Sejumlah teman Tuli alias penyandang disabilitas rungu mendapat bantuan helm khusus dari Satlantas Polresta Bandung, Senin (14/10/2024). Helm tersebut diberikan polisi untuk memudahkan pelayanan di jalan raya.
Helm tersebut memiliki corak berwarna kuning dan biru. Kemudian pada bagian belakangnya terdapat tulisan 'Mohon Maaf Saya Tuli' dan dilengkapi logo gambar telinga.
Anggota Satlantas Polresta Bandung pun berkesempatan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat bersama Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Kabupaten Bandung. Gerakan demi gerakan dipelajari para polisi dari anggota organisasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para polisi tersebut diajari bagaimana cara menyapa teman Tuli. Sehingga diharapkan nantinya polisi bisa berkomunikasi dengan teman Tuli.
Ketua Gerkatin Kabupaten Bandung Herwin mengatakan dengan adanya helm tersebut membantu teman-teman Tuli saat berkendara.
"Harapannya masyarakat bisa mengetahui bahwa pengguna helm tersebut adalah seorang Tuli. Diharapkan masyarakat tidak selalu mengklakson apabila di depannya ada seorang pengendara Tuli dan bisa mengambil jalan lainnya," ujar Herwin melalui pesan singkat kepada detikJabar, Senin (14/10/2024).
Herwin menjelaskan, saat Operasi Zebra pun polisi bisa mengetahui bahwa pengendara tersebut adalah seorang teman Tuli. Saat menilang, polisi harus bisa berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
"Nanti kami Gerkatin Kabupaten Bandung bisa mengajarkan kepada pihak kepolisian bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan tulisan atau yang lainnya, jangan pake verbal karena tidak dipahami oleh (teman) Tuli," ucapnya.
![]() |
Menurutnya teman-teman Tuli juga harus mempunyai kelengkapan pada kendaraannya. Di antaranya mempunyai STNK, SIM, dan perlengkapan kendaraan lainnya.
"Ketika pemeriksaanpun pastinya polisi akan bertanya SIM, atau STNK," jelasnya.
Dia berharap para personel kepolisian bisa belajar mengenai bahasa isyarat. Sehingga polisi bisa dengan mudah berkomunikasi.
"Nanti Bapak Galih (Kasat Lantas Polresta Bandung) bisa menginformasikan juga kepada bagian lalu lintas supaya bisa memahami bahasa isyarat," bebernya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polresta Bandung, Kompol Galih Apria mengatakan adanya helm tersebut salah satu upaya peduli terhadap orang tunarungu. Pasalnya saat ini masih terdapat masyarakat tunarungu yang kerap mengendarai motor.
"Tadi kita sudah mendengar kurang lebih 600 orang dari rekan-rekan Gerkatin yang setiap harinya dia menggunakan kendaraan motor bermotor, khususnya roda dua," ujar Galih, di Mapolresta Bandung, Soreang, Senin (14/10/2024).
Galih menjelaskan hal tersebut yang membuat jajaran Satlantas Polresta Bandung membuat helm khusus masyarakat tunarungu. Kemudian dari desain dan warna dikoordinasikan bersama Gerkatin Kabupaten Bandung.
"Jadi ada kuning, ada silver, ada biru, yang melambangkan terhadap ketenangan semangat, dan juga ada logo telinga yang digaris artiny yang menggunakan helm itu adalah rekan-rekan yang tuli, dan juga ada tulisan saya tuli," katanya.
Pihaknya menyebutkan dengan adanya helm tersebut bisa membuat pengendara lain mengenali pengendara yang tunarungu. Sehingga pengendara lain bisa memahami kondisi ketika berada di jalan raya.
"Ke depannya nanti, semoga lebih bisa bijak lagi. Lebih bisa tenang lagi dalam berkendara, dan juga masyarakat luas juga paham bahwa yang mengendarai motor itu adalah orang-orang tunarungu. Kita bisa paham bisa maklum, sehingga nanti tidak ada lagi atau tidak terjadi gesekan atau tidak jadi emosi, dan juga mendapatkan prioritas yang khusus," jelasnya.
Dia mengaku senang telah belajar bahasa isyarat kepada Gerkatin Kabupaten Bandung. Salah satu pembelajarannya adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan teman Tuli.
"Tadi kita belajar bagaimana kalau di jalan itu berkomunikasi dengan rekan-rekan Tuli, ataupun rekan-rekan Tuli ini meminta bantuan kepada kita, seperti tadi terima kasih, meminta, sama-sama, terus polisi, dan sebagainya," ucapnya.
Menurutnya dengan adanya pembelajaran tersebut polisi bisa memahami ketika pelaksanaan Operasi Zebra Lodaya, terutama ketika berhadapan dengan teman Tuli.
"Iya paling tidak ada sedikit bekal untuk personil Satlantas ketika berkomunikasi dengan rekan-rekan disabilitas Tuli. Jadi bisa lebih humanis, lebih paham lagi, dan sebagainya," pungkasnya.
(orb/orb)