Debu jalanan kini menjadi pandangan sehari-hari bagi warga yang menetap di 3 kelurahan di Kota Bandung. Mereka tidak punya pilihan lantaran kawasan pemukiman yang ditempati saat ini sedang mengalami pembangunan salah satu proyek infrastruktur besar-besaran.
Tiga kelurahan yang dimaksud adalah Kelurahan Husein Sastranegara di Kecamatan Cicendo, serta Kelurahan Garuda dan Dungus Cariang di Kecamatan Andir, Kota Bandung. Adapun proyek infrastruktur yang sedang dikerjakan adalah flyover atau jalan layang yang diberi nama Flyover Nurtanio.
Pembangunan Flyover Nurtanio dilakukan membentang sepanjang 550 meter dari Jalan Nurtanio ke Jalan Abdul Rahman Saleh. Berbagai sumber yang detikJabar kumpulkan, flyover ini dicanangkan untuk memecah kemacetan di jalan tersebut, plus untuk upaya mendukung kelancaran lalu lintas feeder atau angkutan pengumpan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang kini dinamakan Whoosh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Digagas sejak 2022, Flyover Nurtanio lalu mulai masuk tahap konstruksi pada akhir 2023. Dengan modal Rp 59,9 miliar dari anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), proyek ini kemudian meninggalkan masalah mendasar yang begitu berat dirasakan para pengendara kendaraan maupun warga sekitar.
Bagaimana tidak, debu jalanan, macet dan panasnya terik matahari seolah menjadi makanan sehari-hari untuk mereka yang melintas di jalur ini. Padahal sebelum kontruksi proyek itu berdiri, Jalan Nurtanio-Abdul Rahman Saleh merupakan, salah satu jalur yang biasa digunakan pengendara ke wilayah tetangga Kota Bandung, yakni Kota Cimahi.
Masalahnya, saat Flyover Nurtanio dibangun, jalur di sana otomatis mengalami penyempitan. Satu lajur kendaraan di sebidang Jalan Abdul Rahman Saleh kini harus ditutup untuk kebutuhan proyek itu, sementara di Jalan Nurtanio mengalami penyempitan lantaran konstruksi flyover ada di tengah-tengah jalan.
Alhasil, kemacetan menjadi pemandangan sehari-hari yang harus dirasakan di jalur ini. Bukan hanya pada jam-jam masuk dan keluar kerja saja, tapi penumpukan kendaraan hampir terjadi setiap jam yang seolah tak bisa terhindarkan.
Dari pantauan detikJabar, Senin (14/10/2024) saat jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB, kemacetan masih terjadi di kawasan ini. Berdasarkan perhitungan kasar, kemacetan bisa mengular hingga sepanjang 1,5 kilometer dari Jalan Nurtanio ke Jalan Abdul Rahman Saleh maupun sebaliknya.
Bahkan, ketika detikJabar merasakan langsung jalur ini, kemacetan pun masih terjadi. Selain karena konstruksi flyover yang tak kunjung jadi, penyempitan jalur hingga kesadaran lalu lintas pengendaranya membuat perjalanan tak bisa terhidar dari kemacetan. Belum lagi, volume lalu lintas kereta di kawasan ini juga begitu padat yang membuat pengendara harus punya kebesaran hati saat menghadapinya.
"Kalau macet mah udah jadi makanan sehari-hari, a. Susah soalnya harus nunggu flyovernya beres dulu. Enggak bakal beres-beres macetnya kalau flyovernya masih kayak gitu," kata salah seorang warga bernama Sodik saat berbincang dengan detikJabar.
Sebagai masyarakat biasa, ia memang tak puasa kuasa untuk menagih kapan Flyover Nurtanio bisa segera rampung konstruksinya. Tapi dalam benaknya yang paling dalam, muncul pertanyaan kenapa proyek itu tak kelar-kelar.
Masalahnya karena, proyek Flyover Nurtanio dibangun tak jauh dengan jarak waktu pembangunan Flyover Ciroyom. Tapi kemudian, Flyover Ciroyom yang diketahui anggarannya berasal Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan, justru kini telah rampung berdiri meskipun belum difungsikan sebagaimana mestinya.
Desas-desus di kalangan warga sekitar lalu muncul mengenai nasib proyek Flyover Nurtanio. Meskipun kebenarannya belum bisa dipastikan dengan gamblang, tapi rumor yang beredar menyebutkan bahwa pihak kontraktor proyek tersebut sudah cabut entah apa alasannya.
Rumor ini mencuat karena dalam penglihatan warga sehari-hari, alat berat yang disiagakan di lapangan saat ini sudah berkurang. Mulai dari crane atau alat kerek untuk proyek pembangunan, hingga eskavator kini jumlahnya makin menipis di lokasi pembangunan.
"Itu katanya yah, soalnya ini proyek udah hampir setahun enggak jadi-jadi. Sekarang alat beratnya malah udah dikit, bekonya aja kehitung jari tuh ada berapa. Makanya banyak yang curiga ini jangan-jangan proyeknya malah ditinggalin sama kontraktornya," ungkapnya.
![]() |
Berdasarkan pantauan, kontruksi Flyover Nurtanio saat ini masih dalam beberapa tahap. Dua tiang penyangganya telah berdiri tegak, tapi pengecoran jalannya masih terputus di Jalan Abdul Rahman Saleh dan Jalan Nurtanio.
Hanya konstruksi di Jalan Nurtanio yang terlihat mulai menunjukkan progres signifikan. Di lokasi ini, pengecoran jalan bahkan sudah lebih panjang, sementara di Jalan Abdul Rahman Saleh tak terlihat ada perkembangan.
Persoalan lain yang muncul menurut penuturan warga sekitar, yaitu sengketa lahan yang belum usai. Sepengetahuan Sodik, beberapa lahan yang termakan proyek flyover ini masih menyisakan sengketa hingga rencana pelebarannya menemui kendala.
Terlepas dari semua itu, Sodik dan masyarakat sekitar menaruh harapan supaya proyek Flyover Nurtanio segera rampung pembangunannya. Sehingga ke depan, warga dan sejumlah pengendara bisa leluasa melintasi kawasan ini dan tak perlu lagi berkutat dengan masalah kemacetan akut yang seolah tak bisa terselesaikan.
"Mudah-mudahan cepet beres, kasian ke warga sini sama pengendara soalnya. Ruko banyak yang kena debu, jadi kotor, pengendara juga harus macet-macetan. Ya harapannya bisa cepet diselesaikan," harapnya.
![]() |
Selain Flyover Nurtanio, masalah juga muncul dari pembangunan Flyover Ciroyom. Di flyover ini, konstruksinya memang sudah berdiri tapi tak kunjung difungsikan untuk menunjang lalu lintas pengendaranya.
Semenjak rampung pada awal Mei 2024, Flyover Ciroyom tak lama kemudian malah ditutup masyarakat sekitar. Pada saat itu, tuntutan warga menyatakan bahwa flyover tersebut harus mendapat pembenahan karena rawannya kasus kecelakaan lalu lintas.
Sampai sekarang, Flyover Ciroyom pun tak kunjung dibuka dan dipergunakan. Akhir Mei 2024, Dishub Kota Bandung memastikan akan memperbaiki rambu dan merevitalisasi bagian area bawah jembatan layang tersebut supaya bisa segera digunakan.
Tapi nyatanya, sampai saat ini, upaya itu tak kunjung kelihatan. Keberadaan Flyover Ciroyom memang tak sevital Flyover Nurtanio, tapi setidaknya proyek ini bisa digunakan untuk memangkas jarak perjalanan kendaraan warga di lokasi tersebut.
"Pas flyover-nya dibuka, itu memudahkan banget buat pengendara yang mau ke Pasar Ciroyom. Tapi sekarang kan harus balik lagi ke jalur yang lama dan kadang itu padetnya lumayan. Ya mudah-mudahan bisa cepet dibuka lagi lah biar kita yang bawa kendaraan juga makin nyaman," kata Zaki, salah seorang pengendara di lokasi saat berbincang dengan detikJabar.
(ral/mso)