Pemerintah terus berupaya dalam menangani permasalahan ketahanan pangan. Makanya saat ini terus meningkatkan produktivitas lahan pertanian di beberapa wilayah.
Salah satu yang menjadi percontohannya adalah lahan pertanian yang ada di Kampung Ciherang, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran. Para petani di wilayah tersebut memiliki metode Salibu. Dengan metode tersebut dalam sekali menanam, bisa memanen hingga empat kali dalam satu tahun.
Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon mengatakan, dengan adanya metode salibu bisa menghasilkan panen padi yang lebih dari biasanya. Bahkan lahan pertanian tersebut bisa menghasilkan 35 ton beras dalam satu tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan sesuatu yang menurut saya inovasi yang luar biasa dengan teknik salibu. Tadi bahkan bisa mencapai 35 ton per tahun," ujar Fadli Zon, selepas panen raya, Kampung Ciherang, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Rabu (9/10/2024).
![]() |
Fadli menjelaskan, inovasi dengan teknik salibu harus terus dikembangkan. Sehingga masyarakat di Indonesia bisa melakukan panen dengan maksimal.
"Sambil terus disempurnakan dan mudah-mudahan panen kita tuh bisa benar-benar maksimal ya dan ini adalah satu contoh dan tonggak yang penting perlu saya ucapkan selamat dari pemerintah," katanya.
Dengan metode Salibu tersebut masyarakat bisa memanem padi hingga empat kali dalam satu tahun. Makanya, kata Fadli, teknik atau metode tersebut harus terus dimaksimalkan, terutama dalam masa kepemimpinan Prabowo Subianto mendatang.
"Itu kan saya kira teknik-teknik semacam ini sangat perlu, karena target pemerintahan baru yang akan datang ini di bawah kepemimpinan Pak Prabowo yang memang sangat peduli kepada pertanian sektor pertanian," jelasnya.
Menurutnya para petani harus memiliki keuntungan paling sedikit sebanyak 30 persen. Hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam mensejahterakan para petani.
"Nah baru Kemudian ada insentif, karena ini bukan sekedar profesi, ini adalah sebenarnya suatu tugas mulia nih untuk memberi makan 280 juta rakyat Indonesia tiga kali makan dan juga perlu bergizi gitu," ucapnya.
Fadli mengungkapkan adanya produktivitas dari para petani tersebut bisa menjadi dorongan untuk program makan siang bergizi. Sehingga hal tersebut penting dilakukan dalam produktivitas petani.
"Nah nanti ini yang saya kira dengan program makan siang bergizi bagi anak-anak terutama kebutuhan pangan ini sangat penting," kata Fadli.
"Iya (jadi dorongan program makan siang bergizi). Makanya ini kan kita baru lihat langsung sekarang nih. Mudah-mudahan ini bisa dicontoh, kalau benar panennya bisa sampai 35 ton setahun, wah itu luar biasa, pencapaian yang luar biasa," tambahnya.
Fadli mengaku optimis ke depannya bangsa Indonesia tidak harus impor beras. Salah satu upayanya adalah terus menjaga ketahanan pangan.
"Kita bisa optimis gitu ya, tidak lagi impor beras. Ini yang saya kira sangat penting, karena kalau impor beras, pasti akan mengeluarkan devisa dan merugikan petani kita, apalagi ketika panen raya," pungkasnya.
(yum/yum)