Pameran dan Konvensi Origami Indonesia kembali hadir dan berlangsung selama dua hari, yaitu 5-6 Oktober 2024 di Bandung Creative Hub. Diselenggarakan setiap dua tahun sekali, acara ini mengajak para penggemar seni lipat kertas dari berbagai penjuru Indonesia untuk berbagi inspirasi dan memperkenalkan karya-karya mereka. Terhitung sudah kali ke 5 acara ini terselenggara, dan untuk tahun ini, acara yang diadakan oleh Asosiasi Origami Indonesia mengusung tema "Lipat Kreasi Penuh Inspirasi."
Linda Marlina, Ketua Asosiasi Origami Indonesia, menyampaikan bahwa konvensi ini tidak hanya menjadi ajang pameran, tetapi juga sarana pengembangan diri bagi para anggota. "Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri anggota dalam menampilkan karya-karyanya, serta membuka peluang bagi mereka untuk menjadikan origami sebagai usaha," ungkapnya kepada detikJabar pada Sabtu (5/10/2024).
Sejak pertama kali diadakan pada 2015 di Surabaya, acara ini menjadi tempat berkumpulnya komunitas pecinta origami yang sebelumnya hanya terhubung melalui media sosial. Asosiasi Origami Indonesia kini menjadi wadah resmi bagi mereka yang ingin mengembangkan minat dan bakat dalam seni lipat ini. "Banyak yang hobi origami, tapi tidak semua memiliki akses untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam, sehingga Asosiasi inilah yang membuka akses tersebut," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Konvensi tahun ini mengusung tema "Lipat Kreasi, Penuh Inspirasi", yang bertujuan untuk mendorong anggota agar semakin menggali kreativitas dan menginspirasi orang lain. Linda berharap para peserta tidak hanya menjadikan origami sebagai hobi, tetapi juga mempertimbangkan untuk menjadikannya sebagai sumber penghasilan.
"Karya anggota kami sudah luar biasa, maka kami mendorong agar mereka melihat origami ini bisa dikembangkan menjadi usaha yang menghasilkan," jelas Linda. Dengan adanya tema ini, diharapkan karya-karya origami yang dipamerkan tidak hanya menjadi sekadar pajangan atau hiburan semata, melainkan bisa memberikan inspirasi untuk berinovasi dan menciptakan produk yang memiliki nilai jual.
Selama pandemi, Asosiasi ini biasanya mengadakan kelas-kelas online untuk berbagi ilmu dan keterampilan. Namun, pada pameran kali ini, yang baru kembali digelar secara offline, fokus lebih diarahkan pada pameran karya-karya anggota yang semakin inovatif.
Tidak hanya pameran, konvensi ini juga diisi dengan berbagai kegiatan interaktif, termasuk workshop yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta. Workshop diadakan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 10-20 orang, dan materi disesuaikan dengan usia serta keahlian peserta, mulai dari origami dasar hingga tingkat lanjut. Peserta diajarkan berbagai teknik melipat kertas yang tidak hanya mengasah kreativitas, tetapi juga kemampuan teknis. "Kami menyiapkan materi origami yang cocok untuk semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa," kata Linda.
![]() |
Acara menarik lainnya yang akan digelar pada hari berikutnya, Minggu 6 Oktober, adalah games origami raksasa di Taman Lalu Lintas, Bandung. Para peserta akan bekerja sama dalam kelompok untuk melipat origami dari kertas berukuran hingga 3 meter. Kegiatan ini tidak hanya menguji kreativitas, tetapi juga menjadi ajang bonding bagi para peserta yang datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Tangerang, Jawa Tengah, hingga Bali.
"Kami ingin membuat kegiatan ini lebih seru dan interaktif, sekaligus memperkuat bonding antar peserta yang berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Tangerang, Jawa tengah, hingga Bali," terang Linda.
![]() |
Selain itu, Walau acara ini terbuka untuk umum, Linda berharap lebih banyak pendidik yang tertarik dengan seni origami. "Di Indonesia, origami masih sering dianggap sebagai kegiatan yang bisa dipelajari dari Youtube, padahal dengan belajar langsung bersama komunitas, akan ada banyak manfaat tambahan yang bisa diperoleh," ujarnya. Linda juga berharap agar liputan dari media seperti detikJabar ini dapat meningkatkan rasa penasaran masyarakat, sehingga semakin banyak yang tertarik untuk bergabung dengan Asosiasi Origami Indonesia.
Ke depannya, Linda berharap asosiasi ini semakin besar dan bisa memberikan kontribusi lebih banyak dan juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Walau konvensi ini hanya diadakan setiap 2 tahun sekali, Linda memastikan bahwa Asosiasi Origami Indonesia tetap aktif dengan berbagai kegiatan rutin, termasuk kontribusi di Festival Payung Indonesia (FESPIN) di Solo yang diadakan setiap tahunnya. "Harapannya, semakin banyak masyarakat yang mengenal origami dan tak ragu untuk belajar, karena kami selalu terbuka untuk anggota baru," pungkasnya.
(tya/tey)