Film Conjurig resmi diperkenalkan kepada publik melalui acara Press Conference Syukuran Produksi yang diadakan di Bandung pada Jumat (4/10/2024). Disutradarai oleh Tubagus Deddy dan diproduseri oleh Budi Ismanto, film ini menyajikan drama komedi yang unik dengan mengangkat kehidupan komunitas cosplay Comjurig di Bandung. Kelompok ini dikenal karena kostum-kostum hantu khas yang sering mereka gunakan dalam pertunjukan jalanan di Alun-alun Kota Bandung.
Dalam kesempatan tersebut, sang sutradara, Tubagus Deddy, menjelaskan asal usul dari nama Conjurig. Nama ini terinspirasi langsung dari komunitas Comjurig, komunitas cosplay hantu di Bandung yang menjadi ikon di kota tersebut. "Conjurig sebenarnya berasal dari komunitas cosplay yang ada di Alun-Alun Kota Bandung, namanya Comjurig, komunitas cosplay khusus hantu, makanya ada kata 'jurig' yang berarti hantu dalam bahasa Sunda," jelas Tubagus sambil mengurai inspirasi di balik judul film tersebut.
Meski mengusung tema hantu, Conjurig bukanlah film horor. Sebaliknya, film ini mengusung genre drama komedi sosial yang sarat dengan pesan moral. "Lewat kisah ini, kami ingin menunjukkan bahwa para cosplayer ini bekerja dengan jujur untuk menghidupi keluarga mereka melalui seni cosplay. Ironisnya, banyak orang di luar sana yang tidak menggunakan 'topeng' secara fisik, tetapi justru menyembunyikan kejujuran mereka," ungkap Tubagus. Tema inilah yang membuat Conjurig memiliki makna mendalam di balik nuansa komedinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film ini menyoroti tentang perjalanan dari tokoh utama film, Piit, yang diperankan oleh Dito Darmawan, yang mewakili dilema generasi muda. Karakternya adalah seorang pekerja kantoran di Jakarta yang mengalami konflik asmara dan karir, sehingga membuatnya kembali ke Bandung, dan di sana ia menemukan kembali passionnya dalam seni. "Piit itu generasi Z yang akhirnya menyadari bahwa passion dia sebenarnya ada di seni dan musik, bukan di pekerjaan kantoran," jelas Tubagus mengenai karakter yang diperankan Dito. Perjalanan karakter ini mencerminkan dilema banyak anak muda saat ini yang merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak mereka cintai.
Budi Ismanto sebagai produser menambahkan bahwa film ini terinspirasi dari kehidupan nyata para cosplayer di Bandung. Budi menyoroti bagaimana banyak orang yang memakai "topeng" dalam arti kiasan-seperti pejabat atau politisi- justru sering kali tidak jujur. "Ide film ini muncul saat saya bertemu dengan orang yang sedang memakai kostum pocong di toilet, kemudian setelah berbicara dengan mereka, saya sadar bahwa banyak dari mereka melakukan cosplay untuk menghidupi keluarganya, mereka jujur dalam bekerja, berbeda dengan banyak orang yang memakai 'topeng' dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya.
Selain ceritanya yang unik, film Conjurig juga menonjolkan Bandung sebagai karakter penting. Produser Budi Ismanto memuji Bandung sebagai kota yang penuh kreativitas, terutama dalam industri cosplay dan film. Namun, Budi juga menyampaikan kritik terkait kurangnya koordinasi di industri perfilman Bandung, yang membuat banyak kreator memilih pindah ke Jakarta. "Kreator Bandung sangat kreatif, tapi sayangnya banyak yang tidak bersatu, sehingga seringkali saya harus mendatangkan kru dari luar karena sulit menemukan talenta lokal yang bekerja di film," ujarnya.
Keunikan lain dari "Conjurig" adalah genre yang menggabungkan unsur drama, komedi, horor, dan musikal. Budi berharap film ini bisa menjadi hiburan yang mengena bagi penonton, khususnya masyarakat Bandung dan Jawa Barat, dengan banyaknya ikon-ikon lokal yang akan disuguhkan. "Film ini akan banyak menggunakan bahasa Sunda, tapi tetap bisa dinikmati oleh penonton dari berbagai daerah karena nanti akan kami lengkapi juga dengan terjemahan bahasa indonesianya," katanya.
Film Conjurig juga melibatkan banyak artis dan seniman lokal dari Bandung. Dito Darmawan, selaku tokoh utama yang berperan sebagai Piit mengaku sangat antusias bisa bekerja sama dengan aktor-aktor senior di film ini. "Lumayan deg-degan, tapi juga sangat nyaman karena pas proses reading dengan aktor-aktor senior itu membuat chemistry kita jadi lebih baik," katanya. Sementara Maizura yang berperan sebagai Tammy menambahkan, "Ini pertama kalinya saya bekerja dengan banyak seniman Bandung, tapi dari awal tuh gak ada barrier sama sekali, mulai dari reading dan tektokannya juga sangat nyaman, jadi kayak suasana kekeluargaan sudah sangat terasa di antara para pemain, sehingga itu yang mempermudah proses produksinya," ungkapnya.
Adapun alasan mereka menerima peran di film ini pun tidak lepas dari tema yang unik. "Isu para cosplayer di Bandung belum pernah diangkat sebelumnya, dimana genre dari film inikan ada dramanya, romance, ada sedikit horor, bahkan musikalnya juga ada, jadi aku rasa ini sesuatu yang baru bagi industri film Indonesia ," jelas Dito.
Film "Conjurig" direncanakan tayang di bioskop pada awal 2025, setelah proses produksi selesai dalam 16 hari dan pasca-produksi yang memakan waktu sekitar dua hingga tiga bulan. Tim produksi berharap, selain menghibur, film ini juga dapat memberikan pesan moral tentang pentingnya berperilaku jujur, juga menjalani hidup berdasarkan passion. "Kami ingin memberikan tontonan yang lucu dan menghibur, terutama untuk masyarakat Sunda dan Jawa Barat, tapi tetap relevan bagi penonton dari Sabang sampai Merauke," tutup Budi Ismanto.
(tya/tey)