Sejak umur belasan tahun, Dede Koswara yang merupakan warga Cililin, Bandung Barat mengalami penyakit kelainan kulit langka, disebut giant cutaneous horn. Sebagian tubuh Dede ditumbuhi kutil yang menyerupai akar pohon salah satunya di kedua tangannya.
Pada pertengahan Bulan Desember tahun 2007 atau di usia 37 tahun kutil yang ada di kedua tangan Dede berhasil diangkat melalui opreasi yang dilakukan tim dokter RSHS Bandung. Meski perih akibat luka pasca operasi hal itu membuat Dede enteng karena tangannya tak berat lagi.
"Saya tadi ke ruangannya. Lalu saya tanya bagaimana perasaannya. Dia bilang alhamdulilah enteng asa hararampang (merasa lebih ringan-red)," kata Ketua Tim Penangangan Dede yang kala itu dipimpin dr. Rachmat Dinata, Sp.K.K, Rabu, 19 Desember 2007 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rachmat saat operasi Dede alami pendarahan. Akibat pendarahan yang dialami Dede saat operasi, Hb darah Dede menurun dari 10,6 menjadi 9 sesaat setelah operasi yang dilakukan, Selasa, 18 Agustus, 2007.
Dede harus menjalani serangkaian operasi untuk mengangkat kutil yang tumbuh di bagaian tubuhnya. Hingga operasi ke-14 kali yang dilakukan di RSHS hingga, Rabu, 12 Januari 2011 tim dokter berhasil mengangkat sekitar 2 kilogram kutil dari tangan Dede.
"Total kutil yang diangkat sekitar 2 kilogram sampai 2,25 kilogram," ujar Ketua Tim Operasi dr Hardi Siswo.
Kutil yang diangkat oleh tim dokter berasal dari kedua tangan Dede. Dalam operasi, ada 4 orang dokter yang menangani kedua tangan Dede.
"Jadi 1 tangan ditangani 2 dokter. Kutilnya diangkat dari telapak dan juga punggung tangan. Ditambah ada bantuan operator yang membantu membersihkan," tutur Hardi.
Baca juga: Dede Tak Mempan Dicekoki 3 Macam Obat |
Empat tahun berlalu, Selasa, 9 September 2015 Dede harus kembali menjalani perawatan karena kutilnya kembali tumbuh dan menebal.
"Pasien datang dengan keluhan penyakit yang sama. Ada penebalan kulit pada kedua tangan dan kaki yang bertanduk menyerupai akar," kata Tim Dokter Penanganaan Dede yang kala itu dipimpin, Oki Suarsa.
Menurut Oki, Dede memiliki imuno difesiensi yakni kemampuan tubuh untuk menghasilkan sistem imunitas menurun. "Imunitas selulernya menurun, sehingga pasca operasi bisa tumbuh kembali," ujar Oki.
Upaya yang paling mungkin dilakukan, lanjut Oki adalah menaikan sistem imunitas tubuh Dede. "Beberapa pengobatan bisa dicoba dengan memberikan obat untuk meningkatkan imunitas. Sehingga si tubuh bisa mengeliminasi virus tersebut. Hanya memang masih dalam penilaian. Beberapa obat mempunyai kontra indikasi. Liver atau ginjal bisa terganggu," terangnya.
Pada usia 46 tahun, setelah menjalani serangkaian operasi dan perawatan, takdir berkata lain. Dede dinyatakan meninggal dunia, Sabtu, 30 Januri 2016 pada pukul 03.30 WIB.
dr Rudi Wisaksana selaku perwakilan Tim Infeks Khusus yang menangani Dede, mengatakan, Dede meninggal karena kegagalan multiorgan.
Menurut Rudi, Dede masuk ke RSHS pada Kamis (28/1/2016). Saat itu kondisi Dede dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Mulanya ketika di rumahnya Pak Dede lama tidurnya, sulit dibangunkan. Lama-lama kesadarannya menurun lalu dibawa oleh keluarga ke RS Cililin," terang Rudi.
RS Cililin kemudian berkoordinasi dengan RSHS untuk penanganan lebih lanjut. "Saat tiba di sini, kondisi pasien sudah tidak sadarkan diri. Keadaan terus memburuk," terang Rudi.
Setibanya di RSHS, Dede langsung dirawat di ruang Flamboyan. Kondisi organ vital yakni hati, ginjal, paru-paru dan otak dalam kondisi buruk. "Jadi selain penyakit kulitnya, Dede ini memiliki riwayat penyakit hati yang sudah komplikasi ke ginjal dan paru-paru dan otak. Juga sempat mengalami sesak nafas," jelasnya.
Pihak RSHS sudah berupaya maksimal untuk menangani Dede. Namun takdir berkata lain. "Kami sudah berusaha maksimal, tapi Tuhan berkehendak lain. Pasien atas nama Dede meninggal tadi pagi pukul 03.30 WIB (kala itu)," terang Rudi.
Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian publik.
(wip/dir)