Sejarah Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap 1 Oktober

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila Diperingati Setiap 1 Oktober

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 01 Okt 2024 06:00 WIB
Monumen Pancasila Sakti buka jam berapa? Monumen Pancasila Sakti terletak di Jl. Raya Pd. Gede, Lubang Buaya, Kec. Cipayung, Jakarta Timur. Ini informasinya.
Monumen Pancasila Sakti. (Foto: Agung Pambudhy)
Bandung -

Hari Kesaktian Pancasila dirayakan setiap tanggal 1 Oktober. Tahun ini, Kemdikbud memberi tema upacara Hari Kesaktian Pancasila 'Bersama Pancasila Kita Wujudkan Indonesia Emas'.

Peringatan ini bukan sekedar perayaan biasa. Di baliknya, ada momen penting dalam sejarah Indonesia. Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober diperingati untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam aksi G30S PKI pada 30 September 1965.

Asal-usul Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966). Menurut sejarah versi pemerintahan Orde Baru, peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini berupaya mengganti Pancasila dengan ideologi yang berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah ini dimulai pada malam 30 September 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan pada sejumlah anggota militer. Meski masih menjadi perdebatan dalam lingkup akademik tentang siapa dalang dan apa motifnya, Hairul Amren Samosir dalam bukunya yang berjudul Pancasila menuliskan otoritas militer dan kelompok keagamaan menyebarkan kabar, bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI dalam mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.

Dikutip dari detikEdu, dijelaskan bahwa penculikan dilakukan oleh kelompok PKI dengan mendatangi rumah masing-masing korban, kecuali Pierre Andreas Tendean yang tengah berada di rumah Jenderal TNI AH Nasution dan menjadi korban salah tangkap.

ADVERTISEMENT

Kelompok PKI itu mengaku sebagai pasukan pengawal Istana (Cakrabirawa) dan berdalih untuk menjemput para korban dengan alasan dipanggil Presiden Soekarno, padahal tidak. Kemudian, R. Soeprapto, Sutoyo Siswomiharjo, S. Parman, dan Pierre Andreas Tendean ikut dalam keadaan hidup.

Mereka kemudian dibawa ke sebuah markas di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Setibanya di markas keempat anggota TNI AD itu dibunuh dan mayatnya dimasukkan dalam sumur tua berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter.

Sementara Ahmad Yani, MT Haryono, dan DI Pandjaitan ditembak di rumah masing-masing. Kemudian mayat mereka dimasukkan di sumur tua yang sama, yang nantinya dikenal sebagai Lubang Buaya.

Mayat tersebut ditemukan pada 4 Oktober 1965, kemudian dimakamkan secara kenegaraan. Mereka dimakamkan Taman Makam Pahlawan di Kalibata, Jakarta pada 5 Oktober dan diangkat menjadi Pahlawan Revolusi.

Setelah peristiwa 30 September, Letnan Jenderal Soeharto diberi mandat oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966, yang kemudian disebut Supersemar atau Surat Perintah 11 Maret.

Melalui surat tersebut Soeharto menjadi Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban untuk mengambil segala tindakan yang 'dianggap perlu' dalam mengatasi keamanan dan kestabilan pemerintahan pada masa pembersihan setelah terjadinya G30S/PKI.

Selang setahun dari kejadian 30 September, Soeharto menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dan peringatan ini wajib diikuti oleh seluruh pasukan TNI AD. Berdasarkan SK Nomor 153 Tahun 1967 yang diterbitkan Presiden Soeharto pada 27 September 1967, tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat.

Hari Kesaktian Pancasila digunakan untuk mengenang tujuh anggota TNI AD yang tewas dalam Lubang Buaya pada 30 September 1965. Adapun tujuh anggota TNI tersebut terdiri dari 6 jenderal dan 1 kapten di antaranya:

-Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

-Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Soeprapto

-Letnan Jenderal TNI (Anumerta) S. Parman

-Mayor Jenderal TNI (Anumerta) M.T Haryono

-Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan

-Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

-Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean

Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tahunnya, agar masyarakat dapat memahami sejarah bangsa Indonesia. Itulah mengapa, masyarakat Indonesia perlu ikut memperingati Hari Kesaktian Pancasila agar terus mengingat perjuangan para pahlawan yang telah gugur mendahului kita.

(aau/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads