Pendidikan Pekerja di Jabar Mayoritas Lulusan SD hingga SMA

Pendidikan Pekerja di Jabar Mayoritas Lulusan SD hingga SMA

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Senin, 30 Sep 2024 14:32 WIB
ilustrasi pekerja
Ilustrasi pekerka (Foto: Rengga Sancaya)
Bandung -

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut sebanyak 17,88% penduduk Indonesia atau sekitar 50.345.200 orang, menjadi penduduk di Provinsi Jawa Barat. Provinsi ini menjadi yang terbesar jumlah penduduknya di Indonesia.

BPS Jawa Barat mencatat jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Jabar pada tahun 2023 sebanyak 25,50 juta orang. Angka ini meningkat sebanyak 0,05 juta orang dari Agustus 2022.

"Sementara bila dilihat dari kelompok umur penduduk yang bekerja, terkonsentrasi pada penduduk dengan kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 2,85 juta jiwa. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2023 mengalami peningkatan menjadi 66,49 dari 66,15 tahun 2022. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 7,44 persen, turun jika dibandingkan Agustus 2022 dengan TPT sebesar 8,31 persen," tulis BPS dalam katalog 'Provinsi Jawa Barat dalam Angka 2024'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, apa pendidikan terakhir yang ditempuh dari sekian jumlah pekerja berumur di atas 15 tahun? BPS Jabar mencatatkan dari lapangan pekerjaan utama dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, mulai dari SD, SMP, SMA, atau Perguruan Tinggi.

Dari total 23.503.598 jumlah pekerja di Jabar, ada 8.883.522 pekerja yang merupakan tamatan SD. Sebanyak 4.229.552 pekerja tamatan SMP, 7.052.435 pekerja tamatan SMA, dan pekerja lulusan Perguruan Tinggi menyumbang angka agak lebih kecil yakni 2.888.089 orang.

ADVERTISEMENT

Bidang perdagangan besar dan eceran, menjadi yang paling banyak memiliki jumlah pekerja yakni 5.359.329 orang. Dalam industri ini, pekerja lulusan SMA mendominasi sejumlah 2.019.928 orang.

Disusul dengan pekerja lulusan SD yakni 1.787.360 orang, lalu lulusan SMP sebanyak 1.129.797 pekerja. Lulusan perguruan tinggi pada bidang ini yakni sebanyak 422.244 pekerja.

Lalu di bidang industri pengolahan, menjadi bidang dengan jumlah pekerja terbanyak kedua di Jabar. Ada sebanyak 4.439.057 orang bekerja di bidang ini. Pekerja dengan lulusan SMA merupakan yang terbanyak di bidang ini, yakni 1.989.395 orang. Pekerja lulusan SD berada di urutan kedua terbanyak, yakni 1.226.669 orang.

Sementara lulusan SMP di industri ini ada sebanyak 878.256 pekerja, dan lulusan Perguruan Tinggi masih di angka terkecil yakni 344.737 pekerja.

Industri dengan jumlah pekerja terbesar ketiga di Jabar, ialah pertanian, kehutanan, dan perikanan. Total jumlah pekerja di bidang ini yakni 3.603.172 orang.

Bidang ini didominasi oleh lulusan SD sejumlah 2.798.822 pekerja. Lulusan SMP sebanyak 480.112 pekerja, lulusan SMA sebanyak 272.576 pekerja, dan lulusan perguruan tinggi sebanyak 51.662 pekerja.

Dari kurang lebih sebanyak 17 bidang industri di Jabar, pekerja lulusan SD terbanyak bekerja di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan sebanyak 2.798.822 orang. Industri dominan pekerja lulusan SMP yakni perdagangan besar dan eceran, sebanyak 1.129.797 orang.

Pekerja lulusan SMA terbanyak bekerja di bidang yang sama, yakni perdagangan besar dan eceran dengan jumlah 2.019.928 orang. Sementara pekerja lulusan Perguruan Tinggi terbanyak bekerja di sektor jasa pendidikan, sejumlah 697.873 pekerja.

Dari data di atas, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengaku hal ini juga menjadi permasalahan di Jabar. Pemerintah perlu memberi pemahaman pada masyarakat di Jabar, bahwa angka tersebut bukan berarti membuat kita mengesampingkan pendidikan tinggi.

"Karena itu kan yang bahaya kalau dibalikkan 'berarti nggak usah sekolah tinggi-tinggi', bukan seperti itu. Kami berusaha meningkatkan partisipan sekolah gratis. Di lain sisi, ada lagi masalah karena sekolah kurang tingkat SMP-SMA, jadi akan kerjasama dengan desa, memindahkan untuk jadi sekolah terbuka mungkin seperti itu," ucap Bey.

Pentingnya sekolah lebih tinggi, tentunya berpotensi meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan memajukan industri terkait. Bey pun mengatakan pemerintah berusaha menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai paling tidak untuk lulusan SMA dan Perguruan Tinggi.

Wajib belajar minimal tetap 12 tahun, sampai lulus SMA, atau lebih baik lagi jika lulus Perguruan Tinggi. Bey mencontohkan bahwa pentingnya tamat belajar 12 tahun, nyatanya berdampak positif pada kemajuan industri di Jabar.

"Tugas kami adalah mencari link and matchnya, industri lakukan itu, kami jajaki MoU juga dengan industri. Iya kami minta pada industri, khususnya SMK, D3, perguruan tinggi vokasi lebih intens ditingkatkan jadi mereka sudah siap kerja. Kadang itu industri butuh apa, itu yang jadi masalah utama," tuturnya.

"Saat ini sudah mulai banyak SMK yang menarik, memberi cara bekerja pabrik di SMK. Jadi ada yang menciptakan mi instan, diciptakan di sekolahnya. Itu bahkan sampai eksport ke beberapa negara, itu mie instan korea, kelas medium," sambung dia.




(aau/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads