Akhir Kisah Menantang Maut Pelajar SDN Pasir Pogor Sukabumi

Akhir Kisah Menantang Maut Pelajar SDN Pasir Pogor Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Senin, 16 Sep 2024 10:30 WIB
Jembatan Sungai Cidadap, Kabupaten Sukabumi.
Jembatan Sungai Cidadap, Kabupaten Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Kabupaten Sukabumi -

Sebuah jembatan sepanjang kurang lebih 100 meter dengan lebar 120 sentimeter kini membentang membelah Sungai Cidadap, di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi.

Para pelajar SDN Pasir Pogor dan warga kini tak lagi menantang maut dengan berenang untuk melintasi sungai. Jembatan itu, murni dibangun para relawan yang mengandalkan bantuan dari sejumlah donatur.

"Kalau untuk sumber dananya ini dari berbagai komunitas dan ada satu perusahaan yang support. Beberapa perusahaan tersebut antara lain, Yayasan Sehati, PT Manggis Elok Utama, Sinergi Cahaya Kamil, Kebukit Indonesia Golden Future, Lumoz, Baitu Syakirin," kata Andri Kurniawan, dari Relawan Sehati Gerak Bersama kepada detikJabar, Senin (16/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andri mengatakan proyeksi pembangunan memang sudah sejak awal direncanakan namun harus tertunda salah satunya karena Pemilu, ia khawatir progres jembatan dipolitisir. Selain itu pihaknya juga menunggu anggaran terkumpul.

"Pengerjaan jembatan ini memakan waktu 1,5 bulan dengan bentangan panjang 100 meter dan lebar 120 cm menghabiskan anggaran Rp 235 juta-an," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Bantuan sepenuhnya dari donatur dan mitra Sehati Gerak Bersama yang pengerjaannya oleh relawan kami dibantu warga sekitar. Tidak ada bantuan sedikitpun dari pemerintah," sambungnya.

Jembatan Sungai Cidadap, Kabupaten Sukabumi.Jembatan Sungai Cidadap, Kabupaten Sukabumi. Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Andri menceritakan, bagaimana kompaknya warga yang mungkin sudah puluhan tahun berharap ada jembatan penghubung di kawasan mereka. Diketahui, sungai itu memisahkan wilayah Desa Cidadap Kampung Cikadaka ke Desa Loji Kampung Naringgul.

"Setiap hari puluhan pelajar kemudian warga selain itu warga juga ada yang menyeberang dengan berenang. Makanya alhamdulillah, begitu kami mengutarakan niat akhirnya mendapat sambutan luar biasa dari warga setempat," pungkas Andri.

Cerita Perjuangan di Balik Perbaikan Jembatan Gantung

Selama 30 hari lebih, relawan berjibaku di lokasi yang terbilang ekstrim itu. Situasi sengatan matahari yang terik dan angin yang kencang membuat proses pembangunan terkadang dilakukan malam hari.

"Kesulitannya cuaca panas menyengat, angin juga luar biasa kencang. Tim yang biasanya mengerjakan siang hari jadi malam, bahkan sampai jam 01.00 WIB, dinihari," kata Andri Setiawan.

Selama 1,5 bulan, relawan bergantian memasang material jembatan dengan cara bergelantungan beberapa meter di atas aliran sungai.

"Sistem kita kan fundraising, mengajak teman komunitas lain. Ada yang dari Bandung, Bekasi, Jakarta dan sekitarnya kita ajak semua. Donatur kami jug mensupport seluruh material yang diperlukan," tutur Andri.

Andri menceritakan jembatan gantung dengan panjang 100 meter dan lebar 120 cm itu menghabiskan anggaran sampai Rp 235 juta. Upaya permintaan bantuan ke pemerintah sempat dijawab keterbatasan anggaran.

"Pergerakan ke pemerintah, kita pernah ajak pemerintah berkolaborasi. Namun mungkin karena keterbatasan dana dan lainnya akhirnya murni ini dibangun pergerakan oleh donatur dan relawan," ungkapnya.

Satu hal yang membuat Andri terkesan adalah kala masyarakat bergantian membawa makan untuk para relawan. Menurut Andri, senyum warga terbukti efektif menambah energi mereka yang mengerjakan jembatan gantung tersebut.

"Antusias masyarakat luar biasa, masyarakat menjamu makan alhamdulillah kita dibantu masyarakat, gotong royong sampai malam angkut pasir batu, sampai bahan semua kita dengan masyarakat. Tentu, kedatangan kami mereka anggap sebagai jawaban atas doa dan harapan mereka selama ini," pungkasnya.

Diberitakan, puluhan pelajar di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi terpaksa menyeberang dengan cara berenang atau ditarik menggunakan ban dalam bekas mobil demi menuntut ilmu. Derasnya air sungai, juga pernah menelan korban jiwa warga saat coba menyeberangi sungai tersebut.

Kisah itu diceritakan Budi Genda, warga Kampung Naringgul, Desa Loji, Kecamatan Simpenan. Menurutnya peristiwa itu terjadi pada 2006 silam, kala itu seorang ustaz hendak menyeberangi sungai yang saat itu kondisinya surut.

"Masih saudara saya, Ustaz Solihin saat itu menyeberang dari Pasir Pogor mau ke Babakan Pendeuy. Tiba-tiba arus sungai membesar dan almarhum terbawa arus, jasadnya ditemukan di pesisir laut. Beliau pengelola pondok pesantren," ungkap Budi, Senin (5/2/2024).

(sya/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads