Air Mata di Balik Senyum Aisyah

Air Mata di Balik Senyum Aisyah

Tim berbuatbaik.id - detikJabar
Senin, 19 Agu 2024 12:38 WIB
Aisyah
Aisyah (Foto: berbuatbaik)
Bandung -

Mata Sri Hartini berkaca-kaca. Kalbunya remuk menatap penderitaan yang harus dialami anaknya, Aisyah. Penyakit demi penyakit menerpa anak berusia dua tahun tersebut. Sementara sang ayah menghilang tanpa jejak, meninggalkan luka mendalam yang menyayat hati.

Tim berbuatbaik.id menyambangi hunian semi permanen yang terletak di Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung. Suasananya pengap dan gelap. Rumah mungil yang Aisyah huni bersama ibu, kakak, serta kakek dan neneknya, menjadi saksi bisu perjuangan sehari-hari mereka.

Sesekali bocah yang alami gangguan penglihatan ini pun terkaget karena kereta yang lewat di depan rumah. Batuk kecilnya seolah tenggelam dalam deru suara kereta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari umur kandungan baru tujuh bulan, Aisyah sudah terdeteksi ada cairan berlebih di otaknya. Awal Aisyah lahir untuk kepala masih normal namun memasuki usia tujuh hari kepala Aisyah mulai membesar dan tidak bernapas jadi harus dipompa jantung," tutur Sri sambil memandang putri tercintanya itu, sebagaimana dikutip detikJabar dari berbuatbaik.id (baca selengkapnya di sini), Senin (19/8/2024).

AisyahSri Hartini bersama anaknya, Aisyah. (Foto: berbuatbaik)

Bekas sayatan operasi menghiasi kulitnya yang halus. Aisyah yang seharusnya bermain riang bersama teman-temannya, kini harus berjuang melawan penyakit. Berbagai diagnosis penyakit terus datang, mulai hidrosefalus, down syndrome, hingga epilepsi.

ADVERTISEMENT

"Sudah tujuh kali operasi di RS Hasan Sadikin, di Santosa Central operasi tiga kali, operasi di Santosa bulan Desember 2023, operasi kista di bagian otak," ucap Sri sambil menunjukkan jejak operasi Aisyah.

Sri tidak jelas benar awal mula anak yang dilahirkannya bisa menderita banyak penyakit. Dia mengaku tidak sering memeriksakan kandungan dan sering mengonsumsi banyak obat. Lainnya lagi diindikasi dari virus yang dibawa olah hewan peliharaannya.

Keperihan hidup Aisyah tak hanya berhenti di situ. Ayahnya, yang seharusnya menjadi pelindung keluarga, justru menghilang tanpa jejak. Sri mengenang bagaimana konflik demi konflik terjadi dalam rumah tangga mereka, terutama karena masalah ekonomi.

Ancaman demi ancaman dari suaminya, termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), membuat Sri tak tahan lagi dan akhirnya memutuskan untuk lari ke rumah orang tuanya. Namun, sejak itu, tak ada lagi kabar dari suaminya yang berprofesi sebagai pengantar air.

"Suami saya kabur nggak tanggung jawab. Sudah sebulan nggak ada kabar dan kasih nafkah sama sekali. Penyebab utamanya adalah masalah keuangan. Saya suka diancam mau dilempar tabung gas dan dikubur hidup-hidup oleh suami saya. Saya juga sudah nggak mau, sudah capek," kata Sri.

Kini, Sri hanya bisa berharap pada belas kasih orang tuanya. Yati, ibu Sri yang bekerja sebagai pedagang kopi di alun-alun, menahan kesedihannya setiap hari. Berpenghasilan minim, ia berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengobatan sang cucu, meski sering kali dagangannya tak laku. Terkadang, mereka hanya bisa makan seadanya-tempe, tahu, atau bahkan hanya nasi dengan garam.

"Saya sedih karena masih harus bekerja di usia tua dan serba kekurangan untuk makan sehari hari pun bingung. Apalagi ada saingan pedagang kopi banyak jadi dagangan sering tidak laku pernah sehari hanya dapat Rp 20 25 ribu sehari," tutur Yati.

"Untuk makan sehari-hari seadanya aja kaya tempe, tahu, kadang nasi sama garam," kata Yati sembari menghapus air mata.

AisyahAisyah (Foto: berbuatbaik)

Kendati hidup penuh tantangan, Sri dan Yati tak pernah berhenti berharap. Mereka ingin Aisyah bisa mendapatkan pengobatan yang layak, sembuh seperti anak-anak lainnya, dan bisa mengenyam pendidikan suatu hari nanti.

"Harapan saya sebagai ibu adalah semoga Aisyah pengobatannya lancar dan bisa sembuh seperti anak lainnya. Bisa nyekolahin anak saya dan buka usaha sendiri. Kalau kerja biasa kan nggak bisa saya ninggalin anak," ujar Sri.

#Sahabatbaik, kisah perjuangan keluarga ini mengingatkan kita bahwa keluarga adalah segalanya. Mari bersama membantu meringankan beban mereka dengan berdonasi melalui berbuatbaik.id. Seluruh donasi kalian, 100% tersalurkan.

(bbp/bbn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads