Catatan Pengamat Politik Usai Golkar Pinang Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar

Catatan Pengamat Politik Usai Golkar Pinang Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar

Rifat Alhamidi - detikJabar
Sabtu, 03 Agu 2024 17:25 WIB
Dedi Mulyadi saat menerima pinangan Golkar untuk maju pada Pilkada Jabar 2024 (ANTARA/HO- Dokumentasi)
Dedi Mulyadi saat menerima pinangan Golkar untuk maju pada Pilkada Jabar 2024. Foto: ANTARA/HO- Dokumentasi
Bandung -

Golkar meminang politikus Gerindra Dedi Mulyadi untuk maju di Pilgub Jawa Barat. Mantan Bupati Purwakarta itu sekaligus menggeser peluang Ridwan Kamil (RK) untuk maju di Jabar karena akan diproyeksikan di Pilkada Jakarta.

Keputusan Golkar meminang Dedi Mulyadi pun memantik pandangan dari pengamat politik Unpad, Firman Manan. Saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (3/8/2024), Firman turut memberikan sejumlah catatan setelah keputusan Golkar ikut mengubah peta politik di Jabar.

Pertama, Firman menyoroti tentang restu Golkar kepada Dedi Mulyadi yang tersirat belum bersifat secara resmi. Sebab menurutnya, meski restu itu langsung diutarakan Ketum Golkar Airlangga Hartarto, tapi Dedi Mulyadi belum mengantongi surat rekomendasi resmi dari Golkar untuk saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena saya sepakat, selama belum ada rekomendasi (resmi), ini sebetulnya belum fiks menurut saya. Karena di beberapa daerah, itu sudah diberikan rekomendasi langsung kepada si kandidatnya dengan datang ke DPP Golkar, misalnya, atau pengurus inti Golkar-nya yang hadir (untuk menyerahkan rekomendasi). Kalau ini, (Golkar meminang Dedi Mulyadi), kita kan belum melihat itu. Jadi kan ini seakan-akan informal," katanya.

Catatan kedua, meski ini sudah menjadi lampu hijau dari Golkar untuk Dedi Mulyadi, tapi Firman kemudian menyinggung nasib Pilgub Jabar 2018 silam. Saat itu, Golkar juga sempat diisukan memberikan rekomendasi kepada RK yang maju bersama Uu Ruzhanul Ulum di Pilkada. Tapi kemudian, rekomendasi tersebut dicabut lantaran Dedi Mulyadi selaku Ketua DPD Golkar Jabar ketika itu juga berniat maju dalam pertarungan.

ADVERTISEMENT

"Nah ini yang perlu diperhatikan, karena justru saya mengingat Pilgub 2018 Kang Emil itu sudah diberikan rekom tiba-tiba ditarik lagi. Sehingga pertanyaannya, di internal Golkar ini masih ada dinamika sepertinya, bahwa belum bulat memberikan rekomendasi untuk Dedi Mulyadi di Jawa Barat dan kemudian mendorong RK di Jakarta," tuturnya.

Catatan ketiga, Firman berpandangan ada faktor eksternal yang mendorong supaya Dedi Mulyadi bisa maju di Jabar dan RK diusung ke Jakarta. Faktor eksternal itu bisa saja, kata Firman, muncul dari dorongan Joko Widodo atau Jokowi hingga Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

"Karena yang menarik buat saya, apakah ini rekomendasi yang betul-betul hasil di mana menunjukkan internal Golkar ini sudah solid, atau jangan-jangan belum. Nah kalau belum, terbuka kemungkinan untuk berubah. Mengingat 2018, apa yang diputuskan dan sudah direkomendasi itu masih bisa berubah," ucapnya.

"Jadi, kalau itu keputusan Golkar, kemungkinan ada pengaruh-pengaruh dari luar. Dari Koalisi Indonesia Maju misalnya, atau figur lain seperti Pak Jokowi atau Pak Prabowo. Ini tidak menutup kemungkinan ke sana," paparnya menambahkan.

Catatan selanjutnya, Firman mengatakan Golkar berpotensi mengalami kerugian jika memutuskan mengusung RK di Jakarta. Dilihat dari jumlah pemilihnya saja, kata dia, Jakarta hanya mencapai 8 juta sementara di Jabar sekitar 35 juta.

Ditambah, RK belum tentu bisa menang jika diusung ke Jakarta. Konsekuensi selanjutnya, para calon kepala daerah di kabupaten dan kota di Jabar yang diusung Golkar, tak bisa menikmati efek ekor jas karena ketidakhadiran RK di Tanah Pasundan.

"Kalkulasinya seperti itu kalau Golkar memilih merekom figur di luar Golkar, padahal dia punya kader yang potensi menangnya besar di Jawa Barat," tutur Firman mengakhiri perbincangannya dengan detikJabar.

(ral/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads