Risky Al Fajri, itulah namanya. Bayi berusia kurang dari dua tahun asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu diduga alami gizi buruk. Bayi tersebut telah menjalani perawatan dan dirawat di RSUD R Syamsudin SH.
Berikut 5 fakta terbaru kondisi Risky:
Sudah Diperbolehkan Pulang
Setelah menjalani perawatan secara intensif selama tujuh hari, kini kondisi kesehatan Risky kian membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian RSUD R Syamsudin dr Supriyanto. Dia mengatakan, Risky dirawat sejak 10-16 Juli 2024 dengan kondisi yang mengkhawatirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu tanggal 10 Juli 2024 kita terima pasien atas nama anak Muhammad Risky, usianya 1 tahun 7 bulan, berat badan 6,4 kilogram dengan kondisi kurang bagus, HB (hemoglobin) rendah dan kita rawat di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit)," kata Supri kepada detikJabar, Kamis (18/7).
Dapat Tranfusi Darah
Kesehatan Risky membaik setelah mendapatkan tranfusi darah dari rumah sakit. Risky juga mendapatkan perbaikan gizi selama dirawat di rumah sakit.
"Setelah dirawat di kami, kemarin 16 Juli sudah bisa pulang dengan kondisi membaik, HB 9 sekian, berat badan 7 kilogram lebih, bisa makan banyak dan selanjutnya kontrol besok, Jumat (19/7)," ujarnya.
"Penanganan yang dilakukan sesuai kondisi saat itu. Karena HB-nya rendah berarti kan HB ini sangat vital, bagaimana orang bisa bertahan karena HB-nya cukup, kita transfusi darah, perbaikan asupan gizinya, kecukupan cairannya," tambahnya.
Dokter Beri Edukasi Kepada Orang Tua
Pihak rumah sakit mengedukasi orang tua bayi agar kembali datang saat jadwal kontrol. Hal itu dilakukan agar dokter anak dapat memantau kondisi perkembangan supaya tidak terjadi gangguan kesehatan.
Supri mengatakan, biaya selama proses pengobatan Risky sudah ditanggung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi. "Kami fokus pada penanganan kesehatannya saja," tuturnya.
Dilahirkan Dari Keluarga Buruh
Yana (30) selaku orang tua Risky mengatakan, ia sebagai orang tua dan kepala keluarga mengaku sedih melihat kondisi anak keduanya mengalami gizi buruk.
Profesinya sebagai buruh kuli panggul buah aren tak dapat mencukupi kebutuhan gizi sang anak. Dia juga mengaku kesulitan untuk memeriksa kesehatan anaknya ke rumah sakit.
"Kondisi kesehatan anak saya, semakin hari kian memprihatinkan. Jika biaya pribadi saja tidak sanggup, jangankan untuk ke rumah sakit, makan sehari-hari saja sudah susah," kata Yana.
Tidak Terdaftar Penerima Bansos
Dia mengatakan, selama ini keluarganya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Kondisi rumahnya pun masih berbilik bambu.
Meski demikian, bantuan bagi sang anak bungsu masih mengalir dari beberapa dermawan salah satunya mendapatkan bantuan perawatan di RSUD R Syamsudin SH.
(wip/yum)