Cuaca tak menentu yang terjadi saat ini membuat petani di Desa Pamalayan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, galau. Perhitungan tradisional yang biasa dilakukan petani untuk menentukan waktu tanam kini menjadi tidak pasti.
Seperti pada bulan Juli 2024 ini, diperkirakan sudah memasuki musim kemarau. Tapi ternyata hujan masih turun meski tidak setiap hari. Hal ini yang membuat petani galau dalam menggarap lahan sawahnya, terutama di sawah yang mengandalkan saluran irigasi.
Petani Desa Pamalayan terutama di blok Panyaungan biasanya akan beralih menanam jagung ketika akan memasuki musim kemarau. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya gagal panen ketika saat menanam padi kekurangan air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegalauan itu dirasakan Dedeh (56), petani warga Dusun Desa, Desa Pamalayan, yang akan menggarap lahannya menjadi sawah atau tanam jagung. Dedeh mengaku, pada musim tahun kemarin, ia hanya sekali menanam padi dan dua kali menanam jagung.
"Untuk yang kedua kali ini baru mau panen, tinggal siap dipetik dan diolah sebelum dijual. Waktu awal menanam jagung kan masih kemarau, tapi ternyata hujan, tapi sudah telanjur menanam jagung jadi diteruskan sampai panen," ujar Dedeh, Jumat (12/7/2024).
Yang menjadi kegalauan Dedeh saat ini ketika selesai panen jagung kali ini. Dedeh bingung kembali menanam jagung atau padi. Mengingat di lihat dari prediksi, bulan-bulan ini masuki musim kemarau.
"Harusnya musim kemarau tapi masih ada hujan dan air masih mengalir. Khawatirnya ketika menanam padi di tengah jalan tidak hujan dan tidak ada air," ucapnya.
Menurut Dedeh, menanam jagung atau menanam padi di lahannya seluas 300 bata memang sama-sama menghasilkan. Namun menurutnya, menanam jagung lebih banyak mengeluarkan modal tambahan dibanding dengan menanam padi.
"Kalau menanam jagung lebih repot mengolahnya, harus banyak pupuk, beli obat untuk rumput. Belum lagi ada hama. Lebih mudah menanam padi, tapi daripada lahan menganggur jadi tanam jagung," jelasnya.
Belum lagi harga jagung saat ini yang cenderung lebih rendah. Menurutnya, harga jagung saat ini sekitar Rp 5 ribu per kilogram. Sebelumnya harga jagung masing tinggi sekitar Rp 5.300 sampai Rp 5.500 per kilogram.
"Sekali panen jagung untuk lahan 300 bata, biasanya 1,9 ton sampai 2 ton. Tapi untuk yang sekarang belum tahu bisa menghasilkan berapa," ucapnya.
Dedeh pun kini belum memutuskan untuk menggarap lahan sawah atau kembali menanam jagung karena cuaca yang tidak menentu. "Bagaimana nanti lihat situasi, kalau air masih ada mungkin sempat menanam padi," pungkasnya.
(mso/mso)