Rumah Mungil Sri Jadi 'Atap' untuk 46 Jiwa

Round-Up

Rumah Mungil Sri Jadi 'Atap' untuk 46 Jiwa

Tim detikJabar - detikJabar
Selasa, 09 Jul 2024 06:30 WIB
Rumah di Cimahi yang ditempati 46 orang
Rumah di Cimahi yang ditempati 46 orang (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar).
Cimahi -

Sebanyak 18 kepala keluarga (KK) atau 46 jiwa tinggal dalam satu rumah di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Rumah ini kemudian jadi perbincangan di media sosial, setelah beredar video seorang petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) KPU Kota Cimahi melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) di rumah tersebut.

Dalam video, terlihat stiker tanda bukti coklit juga berderet tertempel di dinding rumah sederhana itu. Keberadaan rumah yang dihuni 46 jiwa itu terungkap oleh si petugas.

Hal itu dibenarkan oleh Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilihan KPU Kota Cimahi, Yosi Sundansyah. Ia menyebut bahwa saat itu Pantarlih didampingi pengurus RT memasang stiker tanda rumah tersebut telah didata untuk mendapatkan hak pilih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil coklit oleh petugas, didapati satu rumah di Kelurahan Citeureup itu dihuni sampai 18 KK atau sekitar 46 jiwa," kata Yosi saat dikonfirmasi, Senin (8/7/2024).

Namun dari 46 jiwa yang mendiami rumah tersebut, hanya 34 jiwa saja yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) Pilwalkot Cimahi 2024. Sedangkan sisanya sebanyak 12 jiwa dinyatakan belum bisa memilih karena masih di bawah umur.

ADVERTISEMENT

"Betul hasil coklit di rumah itu ada 46 jiwa, sebanyak 34 punyak hak suara, sedangkan 12 orang sisanya anak-anak," kata Yosi.

Rumah itu berada di kawasan padat penduduk Kota Cimahi. Terselip di dalam gang sempit yang hanya bisa dilintasi dua motor, namun mesti berjalan bergantian dengan pejalan kaki.

Rumah itu milik keluarga Sri Aminah (64). Setelah viral, rumahnya kedatangan tamu dari Kelurahan, bhabinkamtibmas, babinsa, didampingi pengurus RT dan RW. Mereka hendak mengecek kondisi rumah yang sudah ditinggal keluarga itu sejak tahun 1982.

Sri Aminah kala itu berjalan menyusuri gang sempit yang terbentuk dari tembok rumahnya serta rumah milik tetangganya. Ia kaget melihat orang-orang berkerumun di jalan gang sempit depan rumahnya.

"Kaget ibu juga, enggak tahu bakal ramai seperti ini. Anak-anak ibu juga ada yang marah sebetulnya kenapa sampai ramai. Ya ibu bilang gara-gara bu RT yang pengecekan," kata Sri saat berbincang dengan detikJabar, Senin (8/7/2024).

Sri tak mengelak kalau ia, keluarga adiknya, keluarga anak-anaknya, beserta cucu dan buyutnya memang tinggal di satu atap. Rumah dengan luas sekitar 70 meter persegi itu jadi tempat ternyaman mereka sejak puluhan tahun lalu.

"Rumahnya disekat-sekat, jadi di bagian belakang itu ibu, anak-anak, sama cucu. Di depan ada adik ibu, terus di lantai 2 itu diisi sama 3 orang," kata Sri.

Sri saat itu, tak mau membuka pintu lebar-lebar untuk tamu. Ia hanya mengizinkan orang yang datang menengok bagian belakang rumahnya. DetikJabar melihat di bagian belakang rumah itu. Ada dua kamar, satu ruangan besar, yang diisi beberapa perabot seperti bufet hingga lemari es.

"Ya tidur paling berdempetan, ibu juga tidurnya di ruangan tengah ya karena memang sempit," kata Sri.

Rumah itu akan semakin penuh sesak pada waktu tertentu, semisal momen Idulfitri. Sanak saudara serta anaknya yang mengontrak di daerah lain akan datang.

"Paling bisa ngumpul semua itu kalau lebaran, soalnya sekarang juga kan ada yang ngontrak. Paling jauh yang tinggal di Subang, kalau di sini ya datang pas libur. Baru penuh rumahnya," kata Sri.

Kondisi memprihatinkan juga nampak dari kamar mandi yang Sri dan keluarga besarnya gunakan. Mereka bergantian menggunakan kamar mandi berukuran sekitar 1x1,5 meter yang ada di bagian belakang.

"Ya cuma segini adanya, terus buat air juga kan ibu ngambil dari MCK RW. Dulu ada aliran air ke rumah, tapi enggak sanggup bayar listriknya. Kalau mau pakai air di rumah enggak bisa, bau airnya," tutur Sri.

Sri tak banyak berharap rumahnya bisa diperbaiki. Sebab menurutnya, rumah yang ia tinggali saat ini sudah lebih dari cukup untuk menampung keluarga besarnya agar tak kepanasan dan kehujanan.

"Kalau bantuan ya dapat, baru-baru ini. Kalau rumah lumayan buat tinggal mah, paling bocor kalau hujan. Ya sudah bersyukur ada ini juga," tutur Sri.

Sementara itu, Lurah Citeureup, Rusli Sudarmadi mengatakan berdasarkan hasil pengecekan terkini, di rumah itu saat ini hanya dihuni 14 KK atau sekitar 36 jiwa. Sementara sisanya sudah keluar dari rumah tersebut.

"Sampai hari ini, yang tinggal di rumah itu ada 14 KK atau 36 jiwa. Ada 12 orang atau 4 KK yang mereka itu ngontrak rumah sendiri. Ada yang di Cipageran, di luar kota, tapi ada juga yang masih satu RT juga," kata Rusli.

Secara kondisi, kata Rusli, keluarga tersebut merupakan kategori keluarga pra sejahtera yang mesti mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Kalau melihat jumlah KK dan kondisi keseharian mereka, keluarga ini termasuk yang menerima bantuan. Sampai sekarang keluarga itu sudah terfasilitasi," tutur Rusli.




(aau/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads