Akhir-akhir ini muncul istilah sadfishing di kalangan pengguna media sosial, khususnya gen Z. Sadfishing merujuk kepada kecenderungan pengguna media sosial dalam mengunggah masalah pribadi yang dilebihkan untuk menarik simpati.
Tren ini memiliki dampak psikologis yang signifikan, terutama bagi mereka yang rentan terhadap gangguan emosional. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American College tahun 2021, sadfishing didefinisikan sebagai kecenderungan pengguna media sosial untuk memperlihatkan kepribadian mereka lewat cerita sedih yang dilebih-lebihkan untuk menghasilkan simpati.
Fenomena ini bukanlah sesuatu yang baru. Sadfishing mulai mendapat perhatian luas sejak kampanye yang melibatkan Kendall Jenner pada tahun 2019, di mana dia berbagi perjuangannya melawan jerawat sebagai bagian dari kerjasamanya dengan Proactiv.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sedihnya Cole Palmer |
Don Grant, PhD, penasihat nasional untuk Healthy Device Management di Newport Healthcare, California, AS menjelaskan bahwa sadfishing sering kali berhubungan dengan kecemasan. Penelitian menunjukkan bahwa banyak sadfisher (orang yang melakukan sadfishin) tidak selalu dipicu karena kurangnya dukungan sosial.
Sadfisher bisa jadi memiliki keterikatan dengan rasa cemas yang persisten. Grant menekankan bahwa sadfishing bisa menjadi tanda dari masalah psikologis yang lebih serius.
Daripada mengumbar drama kehidupan di media sosial untuk mencari simpati, Grant menyarankan untuk gen Z agar lebih meningkatkan koneksi sosial yang nyata dan berbicara dengan profesional kesehatan mental sebagai alternatif terbaik.
"Koneksi kehidupan nyata bagi saya adalah penawar untuk hampir semua masalah," kata Grant.
Grant pun mengingatkan orang lain yang melihat postingan yang mengandung sadfishing lebih baik tidak berkomentar di media sosial. Disarankan agar langsung menelpon atau mengajak bertemu sadfisher.
Artikel ini telah tayang di wolipop. Baca selengkapnya di sini.