Kini kabar kurang baik menerpa gadis cantik itu, ia dikabarkan menjadi korban kekerasan hingga diusir dari rumah, ia kini hidup terlunta-lunta dan ditampung secara bergantian oleh aktivis mahasiswa di Sukabumi. Meskipun begitu, gadis jago sketsa itu masih menekuni aktivitasnya dengan menjual hasil sketsa yang dibuatnya.
Ia diusir karena difitnah oleh salah seorang anggota keluarganya. Orang itu menuding Febby sering kumpul kebo dengan laki-laki.
"Padahal saya di rumah terus. Saya enggak pernah main keluar, saya aja di Jampang itu enggak punya teman. Saya dimarahin, dibilang ini dan itu, sampai akhirnya disuruh pergi dari rumah," tutur Febby kepada detikJabar, Selasa (2/7/2024).
Febby mengku dianiaya, ia tidak menyebut siapa pelaku pastinya namun menurutnya akibat penganiyaan itu ia mengalami luka lebam.
"Febby keluar dari rumah, ibu juga tidak perduli. Akhirnya saya dibantuin sama kakak-kakak mahasiswa. Bukti lebam juga sempat difoto sama kakak-kakak mahasiswa yang perempuan," ungkap Febby.
Saat ini Febby bergantian tinggal di rumah aktivis mahasiswa Sukabumi yang berhimpun dalam beberapa organisasi, PMII, GMNI dan HMI. "Sambil mengerjakan sketsa, alhamdulillah ada saja yang pesan karena banyak juga yang mempromosikan. Sehari bisa sampai tiga sketsa, satu sketsa ada yang Rp 110 ribu ada yang Rp 75 ribu. Sambil mencari kerja juga, kan ada ijazah SMK," tutup dia.
![]() |
Sementara itu, Kabid KPP HMI Cabang Sukabumi Hernadi Mulyana membenarkan kondisi Febby. Menurutnya, pihaknya bahkan sempat membawa Febby ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AA).
"Soal itu (penganiayaan) kita tidak bisa langsung menyimpulkan ya, karena itu baru sepihak. Namun saya memang sempat meminta ke teman mahasiswi untuk mengambil foto dan menyimpan buktinya, ternyata kata teman mahasiswi itu memang ada luka lebam, memar ya," kata Hernadi.
Menurut Hernadi, di DP3A Febby sempat berkomunikasi dengan psikiater untuk memulihkan kondisinya. Namun menurut Hernadi, seharusnya ada rumah aman yang bisa ditinggali oleh Febby sementara kondisi keluarganya masih belum memungkinkan untuk Febby pulang dan kembali berkumpul dengan keluarganya.
"Saya sempat menanyakan ini, soal rumah aman ya, biasanya kan memang ada tapi sampai saat ini belum ada solusi bagaimana Febby tinggal dan melanjutkan kehidupannya ke depan. Ini bukan berarti kami menolak Febby dengan teman-teman, karena sejauh yang saya tahu dia nyaman-nyaman saja dengan kegiatan dan aktivitas teman-teman mahasiswa, sudah sekitar dua mingguan kami bergantian menyiapkan dia tempat bermalam," ujar Hernadi.
"Awalnya soal Febby ini kami dapat kabar dari Wafi teman GMNI, kemudian aktivis mahasiswa dan mahasiswi lain bergantian menglurukan tangan ya. Harapan kami, ini kami belum melangkah jauh ke soal dugaan penganiayaan seperti yang diceritakan Febby apalagi ke ranah hukum, sementara ini kami berharap dulu ada solusi dari aparat pemerintah atau kepolisian untuk melakukan mediasi antara Febby dengan keluarganya," pungkas Hendari mennambahkan. (yum/yum)