Sepenggal Sejarah Hari Raya Idul Adha dan Awal Mula Berkurban

Sepenggal Sejarah Hari Raya Idul Adha dan Awal Mula Berkurban

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Rabu, 05 Jun 2024 04:00 WIB
Pemotongan hewan kurban dilakukan Aren Jaya, Kota Bekasi, Jabar, Selasa (20/7). Ritual ini dilakukan dengan Prokes ketat karena pandemi COVID-19.
Ilustrasi berkurban (Foto: Agung Pambudhy/detikcom).
Bandung -

Dalam perayaan Hari Raya Idul Adha, terdapat salah satu ibadah yang bersifat sunnah muakkad atau sangat dianjurkan, yakni berkurban. Menyumbangkan hewan kurban merupakan hal yang sangat dianjurkan terutama bagi orang yang memiliki kemampuan.

"Sesungguhnya aku sedang tidak akan berqurban. Padahal aku adalah orang yang berkelapangan. Itu ku lakukan karena aku khawatir kalau-kalau tetanggaku mengira kurban itu adalah wajib bagiku," kata Abu Mas'ud Al Anshari RA (HR Baihaqi dengan sanad shahih).

Hadits tentang hukum ibadah kurban juga bersandar pada sabda Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحٍ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Artinya: Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat salat kami." (HR. Imam Ahmad)

ADVERTISEMENT

Di balik perintah Allah SWT tersebut, terselip sebuah kisah bagaimana awal mula umat muslim diminta untuk berkurban, serta filosofi atau hikmah yang bisa hamba Allah petik dari kejadian tersebut. Simak berikut kisah awal mula kurban, sepenggal sejarah dari momen Hari Raya Idul Adha.

Istilah Kurban dalam Hari Raya Idul Adha

Kurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Islam. Dalam buku Sejarah Ibadah oleh Syahruddin El-Fikri, kurban merupakan ibadah yang pernah dijalankan Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail, sebelum diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.

"Kata kurban berasal dari bahasa Arab, yakni Qaraba dengan bentuk isim mashdar 'qurbanan', yang berarti dekat. Karena itu, tujuan berkurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (tagarrub ilalläh)," tulis Syahruddin dalam bukunya.

Secara istilah, kurban adalah penyembelihan hewan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Seperti tertulis dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah," QS al-Kautsar (108): 1-2.

"Bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, berserah dirilah kamu kepada-Nya dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS al-Hajj [22]: 34)

Hukum Berkurban Saat Idul Adha

Dalam buku Pendidikan Agama Islam: Fikih Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Djedjen Zainuddin, disebutkan berkurban adalah menyembelih binatang ternak pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik yakni tanggal 11, 12, 13 Zulhijah, dengan niat semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berkurban hukumnya sunnah muakkad bagi orang Islam yang mampu dan berkecukupan. Allah berfirman:

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurban lah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)," QS. Al-Kausar: 1-3.

Ayat Al-Qur'an ini kemudian dipertegas oleh sabda Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:

"Barang siapa yang mempunyai kemampuan untuk berkurban dan ia tidak sudi berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Sejarah Ibadah Kurban dalam Hari Raya Idul Adha

Nabi Ibrahim yang belum dikaruniai anak kala usianya sudah tak muda lagi. Saat itu, ia sudah menginjak usia di atas 70 tahun.

Nabi Ibrahim ingin sekali mendapat karunia seorang anak dan selalu berdoa, agar dikaruniai keturunan dari orang-orang yang saleh. Doa Nabi Ibrahim kemudian dikabulkan Allah SWT.

Dia diberi kabar akan mendapat anak yang saleh. Anak yang sangat didambakan Nabi Ibrahim telah lahir dari rahim istrinya, Siti Hajar. Putranya itu diberi nama Ismail yang amat dicintai Nabi Ibrahim.

Hingga akhirnya, setelah Ismail lahir dan beranjak dewasa, Allah memberi Nabi Ibrahim ujian. Pada Buku Mukjizat Isra Mi'raj dan kisah 25 Nabi-Rasul oleh Winkanda Satria Putra dikisahkan Nabi Ibrahim AS memperoleh wahyu dalam bentuk mimpi dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail.

Bagi Nabi Ibrahim, perintah Allah tersebut adalah ujian yang sangat berat baginya. Nabi Ismail adalah anak kandung kesayangan yang telah dinanti-nanti.

"Pada saat itu, iblis mendatangi Nabi Ibrahim dan membisikkan tipu dayanya. Iblis mengajak Nabi Ibrahim agar mengabaikan perintah Allah. Akan tetapi semua upaya iblis menjadi sia-sia, Nabi Ibrahim adalah manusia yang saleh dan taat terhadap apa yang telah menjadi ketetapan Allah SWT," tulis kisah tersebut.

Nabi Ibrahim AS kemudian menghampiri Nabi Ismail dan menyampaikan wahyu Allah untuk menyembelihnya. Sebagai anak yang taat lagi beriman kepada Allah SWT, Nabi Ismail menuruti perkataan ayahnya.

Sebuah parang sudah ditajamkan, di tengah padang keduanya bersiap melakukan firman Allah. Tangan dan kaki Nabi Ismail diikat kuat. Parang Nabi Ibrahim yang tajam menyentuh leher Nabi Ismail.

Namun Allah SWT beketetapan lain. Wujud Nabi Ismail diganti dengan seekor domba dari surga. Selamatlah Nabi Ismail, demikianlah ganjaran bagi orang-orang yang beriman lagi taat terhadap perintah Allah SWT.

Hal ini pulalah yang menyebabkan Ibrahim mendapat gelar al-Khalil (Sang Kekasih) atau Khalilullah. Jibril pernah bertanya pada Allah:

"Ya Allah, mengapa Engkau memberi gelar Khalilullah (kekasih Allah) kepada Ibrahim, padahal ia sibuk dengan kekayaan dan keluarganya? Dengan demikian, bagaimana mungkin ia pantas menjadi Khalilullah?"

Allah menjawab: "Jangan kalian menilai secara lahiriah, tapi lihatlah hati dan amal baktinya.

Karena tiada di hatinya rasa cinta selain kepada-Ku. Bila kalian ingin menguji, ujilah dia."

"Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS ash-Shaffat (37): 105)

Walaupun iblis selalu berusaha menggodanya, Ibrahim tetap kukuh melaksanakan mimpi yang diyakini sebagai perintah dari Allah. Karena itulah, disaat syaitan menggodanya, Ibrahim melempari syaitan dengan batu.

Baik Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar secara bersama-sama melempari syaitan dengan batu. Lokasi tersebut merupakan tempat melontar Jumrah Wustha (pertengahan). Prosesi pelemparan batu kepada syaitan ini kemudian menjadi syariat perintah melempar jumrah bagi jamaah haji.

Sementara itu, di zaman Rasulullah SAW, kurban dilakukan nabi pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina. Kala itu Nabi Muhammad.menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Keseluruhan hewan kurban tersebut disembelih setelah shalat Idul Adha dilaksanakan.

"Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri1 (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur." (QS al-Hajj [22]: 36)

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah Ibnu Shamit bahwa Rasulullah SAW bersabda:

غَيْرُ الأَضْحية الْكَبْشُ الأَقْرَن

Artinya: "Sebaik-baik hewan kurban adalah domba jantan yang bertanduk."

Selanjutnya, domba pada tingkatan jidz atau berumur sangat muda. Hewan kurban jenis ini lebih utama dibandingkan kambing pada tingkatan tsani. Sebab, domba jidz memiliki daging yang lebih enak. Rasulullah SAW bersabda:

نِعْمَ أَوْ نِعْمَتِ الأَضْحِيَةُ الْجِذْعُ مِنَ الضَأْن

Artinya: "Sebaik-baik kurban adalah dengan jidz' (domba yang masih muda)."

Hewan jidz adalah tingkatan hewan yang masih berumur sangat muda jika berupa kambing maka berumur dua tahun. Namun, apabila berupa sapi dan sebangsanya maka berumur tiga tahun, sedangkan jika berupa unta maka yang berumur lima tahun.

Hikmah Disyariatkan Kurban

Hikmah disyariatkannya kurban antara lain:

1. Meneladani peristiwa kepatuhan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada Allah SWT.

2. Mencontoh keeratan dan keharmonisan hubungan Ibrahim sebagai bapak dan Ismail sebagai anak, terutama dalam menghadapi masalah bersama.

3. Merajut hubungan silaturahmi dan saling berbagi antara orang yang mampu dengan orang yang tidak mampu.

4. Memberikan kesenangan kepada fakir dan miskin dengan sepotong dua potong daging binatang kurban.

Nah detikers, itulah tadi kisah sepenggal sejarah dari ibadah kurban di Hari Raya Idul Adha, serta pesan yang dapat dipetik. Semoga kita diridhoi Allah SWT untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di momen ini. Aamiin.

(aau/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads