Masyarakat serta pemerintah Indonesia menghadapi berbagai ancaman yang datang dari berbagai sisi. Mulai dari ancaman globalisasi hingga sabotase.
Berdasarkan analisis akademisi Universitas Pertahanan (Unhan), setidaknya ancaman terbagi menjadi tiga, yakni besarnya ancaman, arah ancaman, serta jenis ancaman.
"Hasil analisis ancaman yang terbesar adalah sabotase yang menjadi ancaman terbesar saat ini," kata akademisi Unhan, Kolonel Tek, Hikmat Zakky Almubaroq saat ditemui, Minggu (2/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, menurut Zakky, kekuatan fisik SDM seperti kuatnya berlari, seberapa kuat seseorang bisa push up tidak terlalu berpengaruh. Namun pengembangan kemampuan otak menjadi sesuatu yang sangat penting.
"Keuntungan demografi di kemudian hari akan menjadi bencana. Ini sebenarnya pertaruhan, negara-negara lain sudah merasakan itu sejak lama. Jadi bonus demografi itu harus dikelola dengan baik, apabila tidak maka suatu saat akan menjadi bencana. Yang paling penting yang harus dikelola adalah karakter sdm," ujar Zakky.
Di sisi lain, Ketua Wahana Jaringan Informasi Terpadu, Haris Bunyamin mengatakan ancaman yang juga patut diwaspadai yakni arus globalisasi yang masif.
"Mencegah arus globalisasi yang masif, terutama media sosial yang mulai dari anak kecil sejak bangun tidur langsung buka gawai untuk bermain game dan sebagainya. Dan ini harus kita sikapi bersama-sama selain dari memerangi narkoba dan radikalisme," kata Haris.
Kemudian saat ini semua pihak penting membuat kesepahaman mengenai gerakan bela negara terhadap kondisi hari ini. Terutama untuk generasi muda yang mengalami degradasi nasionalisme dan patriotisme.
"Arus globalisasi ini berbahaya sekali bagi pertahanan negara. Bagaimana jadinya Indonesia emas di satu abad ini jika generasi indonesia mudanya memang hedonis, ingin semuanya serba instan dan tidak mau by process dalam kehidupan ini dan nilai juang sudah tidak ada hari ini dan membuat kita pesimis hari ini," kata Haris.
Pembekalan mengenai nilai-nilai Pancasila juga menjadi hal yang penting dilaksanakan. Sekolah-sekolah mesti kembali memberikan materi mengenai poin-poin penting ideologi Pancasila yang diaplikasikan dalam keseharian.
"Ideologi pancasila itu sudah disepakati bersama jadi kita harus mengamalkan terkait nilai-nilai dasar terkait dasar-dasar pancasila, yang mungkin saat ini di generasi muda sudah asing dengan Pancasila," ujar Haris.
Sementara itu, akademisi Unhan, Editha Praditya Duarte menyebut kalau pertahanan dari segi kemanan informasi itu harus bisa dikelola. Lantaran pertahanan informasi itu memiliki dasar yang lemah.
"Dari sisi intelijen kita semua adalah agenda negara, jadi kita semua yang bisa memfilter. Ancaman terbesar yaitu dari sisi hacker, jangan sampai apa yang terjadi pada perusahaan milik negara yang di blitz terjadi pada pertahanan informasi kita. Apalagi terkait dengan data seperti data kependudukan, data paspor, dan sekarang ada data bpjs yang bisa diambil dan dijual oleh pihak ketiga," kata Editha.
(dir/dir)