Langkah Pemkot Bandung Cegah PMK Pada Hewan Kurban

Langkah Pemkot Bandung Cegah PMK Pada Hewan Kurban

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Selasa, 28 Mei 2024 03:01 WIB
Ilustrasi Hewan Kurban di Ciamis.
Ilustrasi pemeriksaan hewan kurban (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar).
Bandung -

Jelang Hari Raya Idul Adha, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung telah melakukan beragam persiapan. Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, masih menjadi salah satu penyakit yang paling diwaspadai.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Kota Bandung Wilsandi Saefuloh mengatakan, meski Kota Bandung tak punya catatan hewan ternak dengan PMK, namun pihaknya terus melakukan pengawasan serius pada penyakit mewabah itu.

"Tahun lalu temuan relatif normal, hanya ditemukan penyakit-penyakit ringan itu biasanya karena dari perpindahan perjalanan gitu, bukan dari penyakit-penyakit yang memang berdampak luas. Alhamdulillah kemarin lebih ke penyakit-penyakit yang karena hewan terkena perubahan suhu, cuaca, atau perjalanan," kata Wilsandi di Balai Kota Bandung, Senin (27/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi kita tetap komunikasi aktif sama peternak. Jadi selain peternak memang selalu mendapat layanan kesehatan dari kami, jadi peternak juga selalu intensif berkomunikasi. Kami awasi di Bandung itu ada 30-an peternak sapi. Kalau kambing, domba, mungkin di sekitar seratusan ada. Kemarin yang lebih rentan terkena PMK itu sapi. Tapi karena kita kan sudah proses vaksinasi ini dari tahun lalu di nasional. Jadi relatif lebih baik untuk penanganannya," lanjutnya.

Terkait vaksin pada hewan kurban, Wilsandi mengatakan, 2.000 vaksin PMK telah disiapkan. Meskipun pihaknya masih terus mengumpulkan vaksin yang tersedia untuk beragam penyakit, tak cuma khusus pada PMK.

ADVERTISEMENT

"Vaksin tahun ini kita masih coba kumpul lagi. Cuman kalau tahun lalu dari semua jenis vaksin sekitar 9 ribuan, ada Rabies, ada LSD, ada PMK, dan lainnya. Kita terus berkoordinasi dengan provinsi Jawa Barat untuk memohon bantuan vaksinnya, ini dapat dari Provinsi vaksin PMK 2.000 dosis untuk 2.000 ekor," ucap Wilsandi.

Maka, pihaknya pun telah menyiapkan tim pemeriksa hewan kurban yang terbagi menjadi dua. Ialah Tim Antemortem atau pemeriksa sebelum hewan disembelih dan Tim Postmortem untuk memeriksa setelah hewan disembelih.

Tim ini terbentuk dari petugas DKPP dan para dokter hewan menggandeng universitas. Satgas itu rencananya bakal mulai bergerak besok, ke tiap kecamatan untuk mensosialisasikan mekanisme kurban dan pelacakan lokasi penjualan kurban.

"Nah nanti akan terdata dalam aplikasi namanya e-Selamat. Jadi nanti warga bisa mendownload di Playstore dengan keyword e-Selamat, itu bisa digunakan sebagai salah satu acuan kalau mau membeli hewan kurban yang sudah terperiksa oleh kami. Jadi nanti setiap hewan kurban dipasangi kalung yang ada barcode-nya," ucap Wilsandi.

Masing-masing hewan ternak akan mendapat kalung barcode yang berbeda-beda. Kalung sehat tidak akan bisa ditukar karena juga dalam barcode tersebut sudah tercantum data dan foto hewan kurbannya.

Dalam aplikasi tersebut, warga dapat melihat data penjual, asal hewan kurban, status kesehatan hewannya secara antimortem, dan lainnya. Wilsandi menjelaskan petugas juga akan mengecek kelengkapan administrasi, usia, serta kondisi kesehatan hewan kurban.

Sejalan dengan antisipasi penyakit hewan ternak oleh DKPP, ia pun menghimbau agar peternak atau penjual juga bisa tertib dan berjualan hewan kurban di tempat yang sudah didata.

"Kalau ditemukan ada yang sakit, biasanya kita minta untuk diisolasi atau mungkin kalau misalnya kira-kira membutuhkan waktu lama, mungkin diminta untuk ke kandang yang lebih layak. Nanti dari tim pemeriksa juga melakukan pengobatan-pengobatan untuk si hewan-hewan yang memang tadi kondisinya sakit," ujarnya.

"Kalau sudah sehat, kita baru kasih kalung tadi. Selama statusnya belum fix sehat dan layak, ya belum dapat barcode. Kami selalu bergerak dan sekarang koordinasi terus dengan pihak kewilayahan untuk tadi memperketat proses informasi yang masuk apabila ada pemasukan hewan. Kurang lebih ada 113 titik penjualan hewan kurban tersebar di Kota Bandung," imbuh Wilsandi.

(aau/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads