Kisah Santri Sukabumi Berdakwah di Penjuru Negeri hingga Mualafkan Warga

Kisah Santri Sukabumi Berdakwah di Penjuru Negeri hingga Mualafkan Warga

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 18 Mei 2024 06:00 WIB
Momen pelepasan santri ke Pulau Buru, Maluku di Ponpes Dzikir Al-Fath Kota Sukabumi
Momen pelepasan santri ke Pulau Buru, Maluku di Ponpes Dzikir Al-Fath Kota Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Jalan terjal perjuangan menyebarkan nilai-nilai agama Islam amat dirasakan oleh para santri Pondok Pesantren Al-Fath, Sukabumi saat berdakwa di Pulau Buru. Sejak Oktober 2023, para ustaz dan santri secara berkala hijrah dari Sukabumi ke pulau terpencil di Maluku untuk berdakwah.

Tak hanya itu, mereka juga memberikan pendidikan formal, membangun wirausaha, membangun masjid hingga memberikan bantuan sosial bagi suku pedalaman yang mayoritas berasal dari pesisir pantai. Berbagai cerita dikabarkan saat mereka melakukan dakwah di sana.

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Fath, KH Fajar Laksana mengatakan, Pulau Buru masih memiliki kepercayaan kepada roh dan belum pernah tersentuh oleh agama Islam. Tahun ini, pihaknya mengirimkan delapan orang mahasiswa santri (mahasantri) ke Desa Dava, Desa Widit, Desa Balalae dan Desa Gogorea.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka adalah Dede Setiawan, Muhammad Nuhlan Amin, Lutpiah, Firman, Aisah, Abdilah, Ajmi, Muhammad Fahrul Roji. Mayoritas mereka berasal dari mahasiswa STMIK Al-Fath dan sudah menjadi santri selama beberapa tahun.

"Karena di sana desa adat, desa terjauh, desa terpencil masih lemah dalam hal keterampilan, kewirausahaan dan yang terpokok mereka dapat menjemput hidayah Allah SWT. Alhamdulillah hari ini 46 orang asal Maluku di Sukabumi dan di sana 41 orang sudah mualaf," kata Fajar kepada detikJabar, Jumat (17/5/2024).

ADVERTISEMENT

Selama empat bulan, para mahasantri melaksanakan syiar Islam di Pulau Buru. Diceritakan, kondisi masyarakat di sana masih murni sebagai desa adat. Satu desa bahkan masih dipimpin oleh yang mereka sebut sebagat 'raja.'

Beberapa kendala dialami para mahasantri misalnya seperti sulitnya akses atau transportasi menuju Pulau Buru. Lokasi Pulau Buru sendiri berada di pulau terpisah dengan Maluku.

"Kedua adat budayanya, masih banyak belum menerima. Sebagai salah satu contoh ada yang mau masuk Islam ternyata kepala adatnya bilang pakai hanya boleh satu orang masuk Islam. Ada penolakan juga ya tidak apa-apa karena Islam itu tidak pernah memaksa dan sebetulnya kita itu hanya membantu masuk agama Islam, syariatnya hidayah dari Allah SWT," ujarnya.

Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat di sana masih rendah sehingga lebih tertutup. Meski demikian, kendala-kendala tersebut tak menyurutkan niat para mahasantri untuk mengenalkan agama Islam.

"Mereka sendiri sangat kehilangan pedoman, karena mereka tidak punya agama. Mereka betul-betul aliran kepercayaan (animisme) dan kita membantu anak-anak mereka karena mereka di daerah miskin dan terbelakang," kata dia.

Sebagai tindak lanjut setelah warga mualaf, pihaknya akan memberikan pendidikan agama Islam di Ponpes Al-Fath yang berlokasi di Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Mereka mendapatkan beasiswa penuh dari SD hingga perguruan tinggi.

Seperti yang dialami Unni Seleky (16) warga Pulau Buru. Dia memeluk agama Islam pada 5 Januari 2024 lalu dan kini telah menjadi santri di Ponpes Al-Fath.

Randy Homzi Romadhon (35) selaku wali dari Unni mengatakan, keinginan Unni untuk menjadi muslim telah ada setelah dia mendengarkan dakwah yang dilakukan oleh mahasantri saat di Pulau Buru.

"Unni datang ke rumah saya menyampaikan keinginan untuk masuk Islam. Saya nggak percaya, saya ingin keluarganya untuk datang ke rumah, kemudian datang kakaknya," kata Randy.

"Ternyata tidak hanya ingin kembali ke Islam tapi juga ingin mondok. Selain dia belajar agama dari buku, dia melihat perkembangan dari 38 anak dari Pulau Buru yang nyantri di Al-Fath. Mereka banyak berprestasi dan jadi motivasi bagi Unni," sambungnya.

(mso/mso)


Hide Ads