Seorang pria berusia 72 tahun di Belanda meninggal karena COVID-19. Dilansir detikHealth, dia terinfeksi penyakit tersebut selama 613 hari sebelum wafat. Ini menjadi salah satu kasus langka di dunia.
"Ini adalah waktu terlama seseorang terinfeksi virus ini," kata para peneliti dalam jurnal yang dipublikasikan di Clinical Microbiology and Infectious Diseases ini.
Pasien tersebut sebelumnya telah menderita penyakit darah, yang membuat sistem kekebalannya gagal memproduksi cukup sel darah putih atau antibodi untuk melawan virus, meskipun dia telah menerima vaksin COVID-19 berkali-kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun kebanyakan orang dapat sembuh dari virus corona dalam beberapa minggu, upaya apa pun yang dilakukan oleh para profesional medis untuk membantu menyembuhkan pasien ini dari virus tersebut tidak berhasil.
Dokter dengan cepat menemukan bahwa tubuhnya menjadi kebal terhadap Sotrovimab, antibodi monoklonal untuk pengobatan awal COVID-19, setelah melakukan lebih dari puluhan swab hidung dan tenggorokan saat mereka mencari pengobatan untuknya.
Mereka juga menemukan bahwa pengembangan antibodi spike pada bulan pertama sangat minim dan mereka segera menyadari bahwa sistem kekebalan pasien tidak mampu membasmi virus. Pasien tersebut meninggal di rumah sakit pada musim gugur tahun 2023 karena sistem kekebalannya yang lemah dan kelainan darah yang mendasarinya.
Para peneliti juga menemukan bahwa virus telah bermutasi hampir 50 kali selama tinggal di tubuhnya, akhirnya menciptakan varian yang sangat bermutasi. Bahkan, pria itu terinfeksi dengan varian mutasi 'super' yang mengganggu kekebalannya.
"Tidak ada tanda-tanda bahwa varian mutasi mirip Frankenstein menginfeksi orang lain," tandas peneliti.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini.
(iqk/iqk)