Dua wanita yang tidak disebutkan namanya dilaporkan terkena penyakit autoimun setelah menjalani prosedur tato alis bernama microblading.
Dilansir detikHealth yang mengutip The Sun, kasus ini ditemukan setelah salah satu wanita tersebut memeriksakan diri ke dokter setelah mendapati plak berwarna oranye di area sekitar alisnya setelah setahun melakukan tato alis. Hal yang sama juga terjadi pada wanita lain. Hanya saja, dia mengalami gejala tersebut enam tahun setelah melakukan microblading.
Berdasarkan hasil biopsi, ditemukan bahwa kedua wanita itu mengidap penyakit autoimun bernama sarkoidosis. Hasil rontgen pun menunjukkan penyakit itu juga telah menyerang paru-paru dan kelenjar getah bening mereka.
Dikutip dari Mayo Clinic, sarkoidosis adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal dari sel-sel radang yang kemudian membentuk kumpulan yang disebut granuloma. Pada beberapa kasus, sarcoidosis hanya terjadi pada kulit, dan dikenal dengan sebutan cutaneous sarcoidosis.
Tapi pada kebanyakan orang, sarcoidosis dapat menyebar hingga ke paru-paru dan kelenjar getah bening. Kondisi ini disebut juga dengan systemic sarcoidosis. Systemic sarcoidosis juga dapat menyerang otak, ginjal, dan jantung, sehingga bisa berakibat fatal.
Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang bisa benar-benar menyembuhkan sarcoidosis. Upaya penanganan dilakukan untuk mengendalikan gejalanya saja.
Menurut hasil temuan yang dipaparkan di Journal of Medical Case Report, dokter menyimpulkan kedua wanita itu terkena sarcoidosis akibat prosedur microblading yang dijalani.
"Microblading mungkin memicu perkembangan sarcoidosis pada kedua pasien," tulis dokter dalam jurnal tersebut.
Dokter menduga tinta yang digunakan untuk prosedur itu dapat memicu penyakit pada individu yang rentan ketika jumlahnya sudah melewati ambang batas tertentu.
Berkaca dari kasus ini, peneliti mengimbau dokter dan praktisi kecantikan yang menawarkan prosedur tersebut untuk selalu memberitahu klien risiko yang dapat terjadi.
"Sebelum melakukan prosedur tersebut, pasien harus terinformasi dengan baik mengenai risikonya meskipun jarang terjadi," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini.