Kematian Massal Ikan di Vietnam Selatan

Kabar Internasional

Kematian Massal Ikan di Vietnam Selatan

Tim detikInet - detikJabar
Sabtu, 04 Mei 2024 04:30 WIB
Ikan mati massal
Ikan mati massal (Foto: Vietnamnet)
Jakarta -

Kematian massal ikan terjadi di waduk di provinsi Dong Nai, Vietnam selatan gegara cuaca sangat panas. Saat ini lonjakan suhu memang sedang terjadi di berbagai negara di Asia Tenggara.

Dilansir detikInet, dilaporkan suhu di sana mencapai hampir 40 derajat Celcius. Dampak lainnya, kekeringan hebat melanda bagian selatan Vietnam pada bulan April hingga petani kesulitan menjaga tanaman mereka.

Warga dan media lokal menyalahkan kekeringan, gelombang panas, dan masalah pengelolaan waduk sebagai faktor penyebab kematian massal ikan itu. Air di danau dilaporkan terlalu dangkal bagi hewan-hewan tersebut untuk bertahan hidup karena tidak ada curah hujan selama berminggu-minggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nghia, seorang warga di provinsi tersebut, mengatakan bahwa banyak sekali ikan mati karena kekurangan air. Baunya pun sangat terasa. "Hidup kami telah berubah drastis selama 10 hari terakhir karena baunya," katanya seperti dikutip detikINET dari CNN.

Bahkan dengan banyaknya ember dan jaring, menyingkirkan semua ikan yang sudah mati itu tetap sangat sulit. Media lokal melaporkan bahwa sebanyak 200 ton ikan mati karena kepanasan.

ADVERTISEMENT

Dalam foto, tampak dasar waduk terlihat tampak kering, retak, dan berlumpur, dengan banyak ikan mati yang mengapung di sisa air. Nghia mengatakan bahwa upaya penyelamatan antara lain dengan memasang pompa untuk menghilangkan lumpur sehingga ikan memiliki lebih banyak ruang untuk bergerak tidak berhasil.

Pihak berwenang sedang menyelidiki fenomena kematian massal ikan ini seiring dengan upaya yang terus dilakukan untuk menghilangkan ikan yang mati tersebut.

Negara-negara Asia Tenggara dan Selatan saat ini memang sedang mengalami gelombang panas yang dinilai bersejarah dengan kondisi yang sangat panas sehingga memicu tindakan darurat di seluruh wilayah. "Ini merupakan peristiwa paling ekstrem dalam sejarah iklim dunia," tulis sejarawan cuaca Maximiliano Herrera di X.


Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini.

(iqk/iqk)


Hide Ads