Stres hingga Kematian di Eropa Meningkat gegara Panas Esktrem

Kabar Internasional

Stres hingga Kematian di Eropa Meningkat gegara Panas Esktrem

Nafilah Sri Sagita K - detikJabar
Rabu, 24 Apr 2024 04:30 WIB
A firefighter sprays water as a woman rides her bicycle on the Wiegbrug bridge, during a heatwave in Amsterdam on July 25, 2019. - On July 24 and 25, 2019, as Europe is hit by a second heatwave in less than a month, Germany, Belgium and The Netherlands top their previous heat records. The Royal Netherlands Meteorological Institute (KNMI) has issued an official warning due to the heat, advising residents of the capital city to stay inside. (Photo by Robin UTRECHT / ANP / AFP) / Netherlands OUT
Ilustrasi gelombang panas di Belanda. Foto: Robin UTRECHT / ANP / AFP)
Jakarta -

Eropa dihantam serangan panas ekstrem. Tak sedikit warga yang stres dan tingkat kematian pun meningkat gegara suhu panas ekstrem.

Mengutip dari detikHealth, dalam laporan iklim Eropa, Copernicus dan WMO mencatat kondisi ekstrem yang terjadi pada tahun lalu, termasuk gelombang panas pada Juli yang memicu 41 persen wilayah selatan Eropa mengalami tekanan panas yang sangat ekstrem,wilayah terbesar di Eropa yang mengalami kondisi seperti ini sepanjang hari.

Panas ekstrem menimbulkan risiko kesehatan tertentu bagi pekerja di luar ruangan, orang lanjut usia, dan orang-orang yang memiliki kondisi seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa wilayah di Italia mencatat 7 persen lebih banyak kematian dibandingkan biasanya pada Juli lalu. Korban yang dilaporkan termasuk seorang pria berusia 44 tahun, saat mengecat marka jalan di kota utara Lodi yang roboh, dirinya mendadak tewas.

Sebagian wilayah Spanyol, Prancis, Italia, dan Yunani mengalami serangan panas ekstrem hingga sepuluh hari pada 2023, yang didefinisikan sebagai suhu yang terasa seperti lebih dari 46 derajat Celcius, sehingga tindakan segera harus diambil untuk menghindari serangan panas dan kondisi lainnya.

ADVERTISEMENT

Kematian akibat panas telah meningkat sekitar 30 persen di Eropa dalam 20 tahun terakhir, kata laporan itu.

Bulan lalu, badan lingkungan hidup UE mendesak pemerintah untuk mempersiapkan sistem layanan kesehatan menghadapi perubahan iklim dan menyerukan peraturan UE untuk melindungi pekerja di luar ruangan dari panas ekstrem.

Tahun lalu merupakan tahun terpanas di dunia sejak pencatatan dimulai. Eropa adalah benua yang mengalami pemanasan tercepat di dunia.

Emisi gas rumah kaca adalah penyebab terbesar panas yang luar biasa pada tahun lalu, kata laporan itu. Faktor-faktor termasuk pola cuaca El Nino juga berperan.

Panas memicu cuaca ekstrem termasuk banjir, karena atmosfer yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, sehingga menyebabkan hujan lebat ketika dilepaskan.

Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Suhu di Eropa Makin 'Mendidih', Korban Tewas Imbas Serangan Panas Naik 30 Persen.

(naf/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads