Nostalgia Bela-belain Tak Jajan di Sekolah demi Beli Aksesoris Tamiya

Lorong Waktu

Nostalgia Bela-belain Tak Jajan di Sekolah demi Beli Aksesoris Tamiya

Wisma Putra - detikJabar
Kamis, 11 Apr 2024 08:00 WIB
Dua buah tamiya bertanding pada sebuah ajang kejuaraan di Paskal Hyper Square, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (21/5/2022). Kejuaraan tamiya kelas tuned yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kota di Jawa Barat dan DKI Jakarta tersebut memperebutkan hadiah Rp20 juta serta digelar sebagai ajang silaturahmi komunitas pecinta tamiya. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Ilustrasi mobil mini 4WD (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
Bandung -

Mini 4WD atau mobilan tamiya, namanya sempat naik di tahun 2000-an. Apalagi, di bulan Ramadan banyak anak-anak yang memainkan tamiya di trek-trek yang disediakan oleh penjual mainan satu ini.

Tapi, bagi anak-anak yang lahir di atas tahun 2010 cukup jarang menyukai mainan satu ini. Anak-anak tersebut lebih suka dengan permainan di ponselnya dibandingkan memainkan tamiya.

Masih ingat di benak saya, ketika umur saya masih berumur sekitar 13-14 tahunan, atau seusia umur anak SMP, sepulang sekolah sekitar Pukul 12.00 WIB langsung pulang ke rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setibanya di rumah, saya melepas lelah dan beristirahat sejenak karena cuaca di luar rumah panas, apalagi posisi saat puasa, haus dan lapar pun sangat terasa.

Seperti tidak ada capainya, sekitar Pukul 14.00 WIB berpamitan ke orangtua, sekaligus meminta uang bekal untuk ngabuburit ke Alun-alun Majalaya. Biasanya, jika tidak naik sepeda, saya dan teman-teman naik angkot untuk ke Alun-alun Majalaya dengan ongkos sekitar Rp 1.000-1.500 an.

ADVERTISEMENT
Kejurnas balap Tamiya di Bandung.Kejurnas balap Tamiya di Bandung. Foto: Wisma Putra

Kedatangan saya dan teman-teman ke Alun-alun Majalaya untuk main tamiya. Kita harus memainkan tamiya di Alun-alaun karena sudah disediakan trek oleh penjual mainan di sana.

Tamiya biasa dibawa oleh saya dengan menggunakan ransel kecil, begitupun tamiya milik teman-teman saya yang jumlah keseluruhannya mencapai 5 unit dimasukkan ke dalam ransel.

Setibanya di Alun-alaun Majalaya, kita langsung mengeluarkan tamiya andalan masing-masing. Ada yang langsung test drive di trek yang sudah ada, ada juga yang mengutak-atik tamiyanya dahulu.

Anak-anak pada masa itu, sangat menyukai tamiya bahkan semakin banyak modifikasi yang dilakukan untuk tamiya nya, namanya di trek atau di komunitasnya akan dikenal.

Apalagi, ketika modifikasi yang dilakukan tepat dari mulai rupa, bentuk hingga kecepatan dan bisa melaju sempurna di trek maka nama si pemilik tamiya itu akan semakin naik.

Ya memang, memainkan tamiya yang dilakukan anak-anak di Alun-alaun Majalaya bukan event resmi, tapi kesannya cukup menyenangkan. Apalagi, hal tersebut dilakukan sambil menunggu azab magrib berkumandang.

Memainkan tamiya di trek yang disediakan pedagang tidak bayar, tapi biasanya anak-anak yang memainkan tamiya di trek itu membeli kebutuhan aksesoris atau mengisi baterai casnya ke penjual mainan tersebut.

Bagi saya, yang saat itu sangat menyukai mainan ini uang bekal yang seharusnya dibelikan makanan habis dibelikan aksesoris tamiya. Karena pada saat itu, tak jarang ketika melihat tamiya orang lain modelnya bagus, maka ingin mengikutinya, meskipun tidak jajan di sekolah atau harus sekadar menabung beberapa hari saja.

Itulah sepenggal momen yang dialami Wisma Putra bersama teman-temannya di Kampung Sukasari, Desa Mekarpawitan, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung. Bila detikers pernah merasakan pengalaman yang sama, boleh ikut membagikan kenanganannya di kolom komentar di bawah ini.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads