Lebaran atau Idul Fitri 2024 tinggal menghitung hari. Menjelang datangnya momen istimewa bagi seluruh umat Islam itu, sering terdengar kata 'fitri' (فطر), 'fitrah' (فطرة), dan 'ifthar' (افطار).
Kata-kata itu berasal dari satu akar kata yang sama, yaitu kata dengan tiga huruf dalam bahasa Arab: fa, tha, ra (فطر). Dari akar itu pula muncul kata 'faathir' (فاطر).
Untuk mengurai silsilah kata-kata itu, detikJabar menelaah penjelasan yang didasarkan sarjana Muslim klasik kelahiran Ifriqi (Tunisia) tahun 1233 M, Ibnu Mandzhur dalam kamus "Lisaanul 'Arab" (Lisan Orang-orang Arab).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibnu Mandzhur dalam kamus tersebut menjelaskan kata tiga huruf فطر, setidaknya dalam 3 halaman. Secara garis besar, fitri, fitrah, maupun ifthar punya kesamaan makna.
Hari Raya Idul Fitri
Idul Fitri adalah hari raya yang dinantikan umat Islam di seantero dunia. Hari tersebut dirayakan ketika umat Islam genap melaksanakan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh.
Sebulan penuh Ramadan adakalaya hanya 29 hari atau penuh 30 hari, tergantung kondisi hilal yang dirukyat pada awal dan akhir Ramadan.
Seringkali, Idul Fitri diterjemahkan menjadi "kembali kepada kesucian". Jika makna itu terbentuk karena sebuah harapan untuk kembali memiliki jiwa dan diri yang bersih, maka itu pun bagus.
Akan tetapi, secara kebahasaan, Idul Fitri diterjemahkan demikian kurang mengena. Jika diurai, 'Id pada frasa Idul Fitri sering diartikan "kembali", sementara yang lebih sering ditemukan pada kamus, 'Id berarti hari raya.
'Id adalah kata untuk menyebutkan semua jenis hari raya yang berkembang pada masyarakat.
Kata 'Fitri' kerap diartikan "suci", sementara menurut Ibnu Mandzhur, kata 'fitri' merujuk kepada sesuatu yang terbuka, termasuk mulut yang terbuka ketika makan. Fitri juga merujuk pada orang berbuka puasa dengan memasukkan makanan ke mulut.
Dengan demikian, Idul Fitri punya makna lain selain "kembali suci", yaitu "hari raya makan".
Fitri (فطر)
Ibnu Mandzhur memasukkan lema kata فطر (Fatrun) yang berarti sama dengan kata الشق (As-Syaqqu, dengan tasyadid pada qaf). Artinya, sesuatu yang robek, pecah, terbelah, menganga, dsb.
Di dalam Al-Quran ada surat Al-Infithaar. Ayat pertama surat tersebut mengandung kata 'fatrun' yang artinya terbelah.
اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡ
"Apabila langit terbelah".
Ibnu Manzhur menjelaskan, dari kata 'fatrun' tersebut diambillah kata 'fitri' untuk menyebutkan 'berbukanya orang yang berpuasa'. Frasa Ibnu Mandzhur: فطر الصاءم (baca: Fitrus Shaaim).
Fitrah (فطرة)
Masih satu akar, ada kata Fitrah. Kata ini merujuk pada informasi tentang esensi penciptaan alam raya oleh Dzat Allah SWT.
Fitrah dipecah dari fiil madhi (kata kerja lampau) 'Fathara' (فطر) yang menghasilkan isim fail atau kata benda subjek 'Faathir' (فاطر).
Jika 'fatara' berarti menciptakan, maka 'faathir' berarti sang pencipta. Allah SWT pencipta semua ciptaan yang ada di alam raya.
Di dalam Al-Quran ada surat Faathir, surat ke-35. Ayat pertama surat itu berbunyi:
الحَمۡدُ لِلّٰهِ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ
"Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi".
Ibnu Mandzur menjelaskan, kata 'Fitrah' berarti 'permulaan', sebagaimana Allah memulai semua penciptaan.
Menurut Ibnu Mandzhur, ada kisah Ibnu Abbas (penulis kitab Tafsir Al-Quran pertama di dalam Islam: Tanwir Al-Miqbas min Tafsiri Ibni 'Abbas), tentang kata "Fitrah".
Kata Ibnu Abbas: Saya tidak kenal kata fitrah sebelumnya, sehingga dua orang baduy bertengkar memperebutkan sumur. Seorang dari keduanya berkata انا فطرتها (baca: Anaa fathartuhaa, akulah yang pertama memulainya, maksudnya pertama kali menggali sumur yang diperebutkan itu).
Secara garis besar, fitrah dapat diartikan permulaan, yang secara spesifik 'permulaan' ini menuntut manusia untuk ingat kepada awal mula dia diciptakan dan oleh siapa diciptakannya. Kembali kepada kesadaran itu akan mengarahkan manusia kepada 'kesucian'.
Di dalam suasana Ramadhan, ada kewajiban Zakat Fitrah. Yaitu, zakat atau sedekah wajib untuk 'menyucikan diri'.
"Fitrah itu sesuatu yang Allah SWT ciptakan supaya ciptaan itu mengenal-Nya karena sudah diciptakan," tulis Ibnu Mandzur.
Makna hari raya Idul Fitri sebagai "kembali kepada kesucian", barangkali akan lebih mengena jika di dalam bahasa Arabnya diucapkan "Idul Fitrah", sebagaimana penjelasan Ibnu Mandzhur tentang 'fitrah' itu.
Ifthar (افطار)
Umat Islam dari sejumlah negara mengajukan aktivitas berbuka puasa yang ada selama sebulan penuh setiap tahunnya, dan telah berlangsung berabad-abad, sebagai warisan budaya dunia tak benda. Usulan itu disepakati Unesco.
Lalu apa sebenarnya makna Ifthar?
Ifthar adalah pecahan dari kata فطر (fathara) dengan imbuhan hamzah qata' di awal kata menjadi 'افطر' (afthara) menggunakan wazan (format) af'ala-yuf'ilu-if'alan.
Jika format itu dipakai pada kata 'fathara' akan menjadi 'afthara-yufthiru-ifthaaran'. Dihasilkanlah kata 'Ifthar'.
Di antara fungsi wazan af'ala, yaitu untuk memberi makna "masuk pada sesuatu".
Misalnya, sudah jadwalnya untuk berbuka puasa karena sudah ada kumandang azan, maka orang-orang berbuka puasa. Buka puasa adalah 'fitri', maka 'iftar' berarti baru "masuk ke waktu berbuka puasa".
Sebenarnya, boleh jadi pada faktanya, sama saja penggunaannya antara 'fitri' dan 'ifthar'. Namun, rasa berbahasa seseorang akan dapat membedakan di antara keduanya.
Orang yang masuk kepada waktu berbuka puasa, belum diartikan dia batal puasanya jika belum minum atau makan. Seperti orang yang masuk kepada waktu salat tertentu, tidak dikatakan telah salat, sebelum dia pergi wudlu untuk melaksanakan salat itu.
Demikian sekelumit ragam makna 'Fitri' yang sering ditemukan sepanjang Ramadhan hingga Idul Fitri. Semoga berguna ya detikers!