'Komet Setan' Sang Pengiring Gerhana Matahari Total

Kabar Internasional

'Komet Setan' Sang Pengiring Gerhana Matahari Total

Rachmatunnisa - detikJabar
Minggu, 31 Mar 2024 04:00 WIB
Komet Setan
Komet Setan (Foto: via Daily Mail).
Jakarta -

Sebuah komet raksasa setara gunung everest diprediksi bisa dilihat pada akhir Maret dan selama gerhana Matahari pada 8 April. Para astronom pun telah merilis gambar komet yang dikenal dengan 'Komet Setan' itu.

Melansir detikInet, gambar-gambar yang diperlihatkan ini menunjukkan bola es raksasa menyembunyikan pusaran gas merah, hijau, dan biru di sekitar inti esnya.

Bentuk spiral yang terlihat seperti simbol yin dan yang, disebabkan oleh komet yang mengeluarkan aliran cryomagma saat berputar dan karena melakukan rotasi penuh dalam waktu dua minggu. Pancaran es tersebut terpelintir menjadi pusaran seperti yang terlihat pada gambar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat bintang dapat melihat komet tersebut dengan mata telanjang pada akhir bulan Maret dan selama fenomena gerhana Matahari tanggal 8 April. Mereka yang berada di daerah yang jauh dari lampu kota dan polusi cahaya, dapat melihat dengan jelas komet tersebut di langit malam.

Astrofotografer Jan Erik Vallestad menangkap gambar close-up menggunakan perangkat lunak khusus untuk memperbesar area koma komet, istilah ilmiah untuk awan debu es.

ADVERTISEMENT

Kenapa Disebut Komet Setan?

Komet yang diberi nama 12P/Pons-Brooks ini dikenal sebagai 'komet setan'. Julukan ini ia dapatkan sejak tahun lalu ketika sebuah foto menangkapnya dengan bentuk tapal kuda di puncaknya yang menyerupai tanduk.

Namun gambar terbaru Vallestad, yang diambil dari Norwegia, memberikan gambaran lebih rinci tentang Pons-Brooks saat ia bergerak lebih dekat ke Matahari.

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar astronom berfokus pada ekor komet, yang bertambah panjang setiap malam, namun Vallestad memutuskan untuk fokus pada inti komet.

"Saya hanya fokus pada inti komet, mengabaikan hampir semua hal lainnya. Banyak astronom percaya ledakan komet adalah tanda aktivitas kriovolkanik. Jadi ini mungkin menjadi bukti lebih lanjut mengenai hal tersebut," kata Vallestad seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (22/3/2024).

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini.

(mso/mso)


Hide Ads