Sudah tiga hari ini, bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu berbagi ruang dengan orang lain. Makan bersama-sama, beristirahat, hingga bermain mereka lakoni tanpa memikirkan apa yang ada di benak orangtua masing-masing.
Semuanya terjadi begitu saja, berawal saat hujan deras di Minggu (24/3/2024) malam. Sampai akhirnya longsor terjadi dari bukit setinggi 100 meter di belakang Kampung Gintung, RT 03/07, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Di hari Rabu (27/3/2024) misalnya, ada suguhan yang berbeda buat bocah-bocah itu. Mereka tak cuma berlarian kesana kemari, namun menjalani aktivitas belajar dan bermain dengan bimbingan dari para pengajar.
![]() |
Di Rabu sore misalnya, mereka beraktivitas seperti halnya sedang belajar di ruang kelas namun dengan suasana yang lebih riang. Diselingi permainan atau ice breaking agar bocah-bocah itu tak bosan dengan kegiatannya.
Teriakan bocah-bocah itu terdengar nyaring. Menjawab apa yang ditanyakan pengajar dan relawan trauma healing. Diselingi lagi dengan bernyanyi, menghilangkan kejenuhan selama di pengungsian.
"Iya senang, tadi bisa belajar lagi terus sambil bermain. Sambil nyanyi-nyanyi juga," kata Fahri saat berbincang dengan detikJabar di posko pengungsian bencana longsor Cipongkor, Rabu (27/3/2024).
Fahri belajar menulis, membaca, dan berhitung. Bocah itu masih duduk di bangku kelas 1 SDN Padakati, yang kini disulap jadi posko pengungsian 527 warga terdampak longsor.
"Tadi juga belajar tepuk puasa 'Tidak makan, tidak minum, jaga mata, jaga mulut, jaga hati'. Asalnya kan enggak tahu," kata Fahri sembari memeragakan tepuk puasa.
Bocah lainnya, Alika, benar-benar senang saat diberi balon yang sudah dibentuk seperti topi. Ia mengenakan balon topi itu lalu berlari-lari dengan teman-temannya di tenda trauma healing.
"Senang dapat balon, banyak balonnya. Bisa main sama teman-teman," kata Alika malu-malu.
![]() |
Memang, pengajar dan relawan mendekor tenda trauma healing itu sedemikian rupa. Paling mudah dan bakal mencolok di mata bocah-bocah itu yakni memasang balon warna-warni yang diikatkan di kerangka tenda. Setiap bocah yang ikut trauma healing, diberikan balon.
Berdasarkan data di posko pengungsian, setidaknya 110 bocah terdampak bencana longsor tersebut. Mereka tinggal di pengungsian yang dipusatkan di Gor Desa Cibenda, SDN 1 Cibenda, dan SDN 1 Padakati.
"Hari ini kita berikan anak-anak materi yang bersifat menghibur. Tujuannya untuk mengobati traumatik akibat bencana, dengan harapan bisa membantu memulihkan rasa takut pascabencana longsor," kata Yusuf Efendi, guru SDN 1 Padakati yang terlibat jadi tim trauma healing. (yum/yum)