Peristiwa itu diawali oleh hujan deras yang mengguyur selama tiga jam dengan intensitas deras. Bencana itu menerjang kala warga sedang terlelap menjelang sahur. Tiba-tiba, gemuruh material longsor mendekat hingga akhirnya menerjang permukiman warga yang berada di sepanjang jalurnya.
"Rumah saya rusak, tapi alhamdulillah masih bisa selamat. Kebetulan nggak sampai tertimbun rumahnya," kata Firmansyah (29), warga setempat saat berbincang di lokasi kejadian, Senin (25/3/2024).
Sebelum longsor menerjang, ia tak punya pikiran macam-macam. Meskipun saat itu, ia bisa melihat debit air di depan rumahnya serta di sawah di sekeliling permukiman warga sempat meninggi.
"Jadi saya sempat cek dulu keluar rumah, ternyata air itu deras sekali. Mungkin karena khawatir ada sesuatu, kakak saya langsung mengungsi ke rumah saya. Nah sekitar jam 11 malam, baru kejadian longsor," kata Firman.
Nahas, kakaknya yang seorang lagi ternyata ikut tersapu longsor yang menerjang. Kakaknya saat itu berada di dalam rumah, ia hilang bersama dengan rumah yang bangunannya rusak parah.
"Jadi kakak saya yang satu lagi ternyata tertimbun longsor karena beda rumah. Sekarang masih proses pencarian sama petugas, mudah-mudahan selamat," kata Firman.
Warga lainnya, Asep Gunawan (38), juga menjadi saksi ngerinya longsor dari bukit setinggi 100 meter di belakang permukiman warga. Malam itu, ia sedang mengaji selepas menjalankan salat tarawih.
"Kebetulan saya lagi mengaji di rumah, nah sekitar jam 9-an itu ada air masuk ke dapur. Ternyata dari situ bercampur lumpur, kemudian baru longsor," kata Asep.
Saat itu ia langsung menyelamatkan diri. Jika dilihat, lumpur material longsor yang merendam rumahnya mencapai 2 sampai 2,5 meter. Rumahnya langsung ambruk seketika.
"Ya langsung rusak, barang-barang habis. Sekarang saya langsung ke pengungsian, belum tahu gimana kedepannya mudah-mudahan ada bantuan," kata Asep. (sud/sud)