230 Juta Perempuan di Dunia Telah 'Disunat', Afrika-Asia Paling Banyak

Kabar Internasional

230 Juta Perempuan di Dunia Telah 'Disunat', Afrika-Asia Paling Banyak

Suci Risanti Rahmadania - detikJabar
Minggu, 10 Mar 2024 23:30 WIB
Felistar Titian from the indigenous Maasai community carries oil to bless the girls during an alternative rite of passage into adulthood, shunning the traditional genital mutilation which has been outlawed in Kiloh village of Imaroro location in Kajiado county, Kenya April 8, 2022. Picture taken April 8, 2022. REUTERS/Thomas Mukoya
Perempuan di Kenya Rayakan Kedewasaan Usai Ritual Sunat Perempuan Dilarang. Foto: REUTERS/THOMAS MUKOYA
Jakarta -

Sekitar 230 juuta perempuan telah menghilangkan sebagian atau seluruh alat kelamin bagian luar, yang biasanya disebut sunat atau khitan perempuan, dalam medis disebut sirkumsisi. Lebih dari 230 juta perempuan itu telah memutilasi alat kelamin atau disebut female genital mutilation (FGM).

Mengutip dari detikHealth, laporan yang dirilis UNICEF pada Jumat yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, mengungkapkan angka tersebut telah meningkat sebesar 30 juta atau 15 persen dibandingkan dengan data yang dirilis sekitar delapan tahun yang lalu.

Dari data yang dikumpulkan, UNICEF menemukan bahwa kemajuan untuk mengatasi FGM masih terlambat dan tidak sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 5, sasaran 5.3) yang berfokus mengakhiri praktik tersebut pada tahun 2030.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, mengatakan bahwa khitan atau sunat perempuan tanpa alasan medis sangat merugikan dan membahayakan perempuan itu sendiri.

"Pemotongan alat kelamin perempuan merugikan tubuh anak perempuan, meredupkan masa depan mereka, dan membahayakan nyawa mereka," kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF, dikutip dari press rilis resmi UNICEF, Minggu (10/3).

ADVERTISEMENT

Ia menemukan adanya tren yang mengkhawatirkan, mayoritas yang menjadi sasaran dari praktik ini yaitu anak-anak balita, berusia lima tahun ke bawah.

Adapun dalam laporan tersebut UNICEF mencatat peningkatan jumlah kasus di negara-negara yang masih melakukannya. Di antaranya Afrika yang masih menjadi wilayah dengan kasus terbanyak FGM yaitu 144 juta kasus, diikuti oleh Asia 80 juta kasus, dan Timur Tengah enam juta kasus.

Untuk itu, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, UNICEF mendesak masyarakat dan pemimpin global untuk meningkatkan upaya dalam mengakhiri diskriminasi dan ketidaksetaraan gender, memprioritaskan hak-hak anak perempuan, melacak prevalensi FGM dengan lebih baik, serta membuka layanan bagi anak perempuan.

"Kita perlu memperkuat upaya ini 27 kali lebih cepat untuk mengakhiri praktik berbahaya ini," kata badan tersebut.

Artikel ini telah tayang di detikHealth dengan judul Lebih dari 230 Juta Perempuan di Dunia 'Disunat', Paling Sering Terjadi di Negara Ini.

(suc/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads